Share

BAB 6. Yaslin Dalam Kepanikan

     “kalian semua ikuti saya!”

     Semua pelamar yang ada di sana merasa bingung dengan seruan HRD itu. Terutama Yaslin. Hatinya bertanya-tanya  ke mana HRD akan membawanya dan pelamar lainnya. 

     Mereka semua disuruh masuk ke dalam sebuah ruangan yang tidak jauh dari ruangan sebelumnya. Ruangan itu cukup luas dengan kursi-kursi tersusun rapi. Semua pelamar mulai duduk di kursi yang sudah di sediakan. 

     Sambil duduk di kursinya, Yaslin melihat ke sana dan ke mari mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi. Terlihat HRD dan beberapa orang lainnya begitu sibuk berbisik sambil mondar-mandir ke sana ke mari. 

     Lama menunggu, akhirnya HRD mulai berbicara, “Sebentar lagi pimpinan perusahaan ini akan masuk ke ruangan ini. Kemungkinan besar beliau ingin mengetes kemampuan kalian sesuai posisi yang kalian lamar. Jadi saya mohon untuk segera mempersiapkan diri kalian.”

     Jantung Yaslin mulai berdetak kencang setelah mendengar ucapan HRD itu. Dirinya mulai panik. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya nanti. Dia bahkan tidak mengerti tugas dari pekerjaan yang ingin dilamarnya. Dia hanya menuruti ucapan David untuk mengatakan kalau dia adalah istrinya David ketika sedang di Interview.

     “Siang semuanya!” Lamunan Yaslin dipecahkan oleh suara seorang pria yang berbicara menggunakan pengeras suara.

     Yaslin mengarahkan pandangannya ke depan, melihat ke arah orang yang memberikan salam barusan. 

     “Tarun?” Yaslin dikejutkan dengan Tarun yang sudah berada di ruangan itu. Detak jantungnya semakin keras. Semakin banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya.

     “Mohon maaf kalau mendadak saya ingin bertemu dengan kalian semua.” Tarun menaruh beberapa barang bawaannya setelah itu berdiri menghadap semua pelamar. “Saya hanya ingin melihat seberapa jauh keahlian kalian. Nanti saya akan panggil nama kalian secara acak untuk maju ke depan dan jelaskan apa saja keahlian yang kalian miliki.”

     Jantung Yaslin semakin berdegup kencang. Dia panik, bingung apa yang harus dia lakukan. Ingin rasanya dia pergi dari sana, tapi hanya ada satu pintu keluar yang berada di depan. Jika dia ingin keluar dengan alasan apa pun, mau tidak mau dia harus melewati Tarun. 

     “Ok, saya langsung mulai saja, ya!” seru Tarun sambil memegang selembar kertas berisi daftar nama para pelamar kerja.

     Yaslin semakin cemas. Telapak tangannya mulai terasa dingin. Dia menatap tajam ke arah Tarun, “Kalau dia memang bukan Tarun, mantan suamiku, dia pasti tidak akan memanggil namaku.” 

     “Yang pertama, Yuliani silakan maju!” Tarun memanggil satu nama. 

     Yaslin mulai sedikit bernapas lega. Dia bersyukur bukan namanya yang dipanggil. Tetapi jantungnya masih saja berdetak kencang, karena dia tahu yang dipanggil untuk maju ke depan pasti bukan hanya satu orang saja.

     Di depan, Tarun tersenyum tipis melihat gelagat Yaslin. Dia yakin pasti Yaslin sedang dalam kondisi gelisah. Dirinya tahu betul, pasti Yaslin melamar di perusahaannya menggunakan orang dalam. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah David, suami barunya. Karena sepengetahuannya Yaslin hannyalah lulusan SMK dan tidak pernah berkuliah. Sedangkan lowongan yang sedang di buka dikhususkan untuk orang-orang yang sudah berkuliah.

     “Yuliani tolong segera maju bersama dengan Yaslin,” ucap Tarun, melirik Yaslin sambil tersenyum tipis.

     Yaslin yang sedang menunduk langsung mendongak terkejut menatap tajam ke arah Tarun.

     “Tolong yang sudah di panggil segera maju!” ucap salah seorang staf yang berada di sana. 

     Dengan penuh gelisah Yaslin mulai berdiri dari duduknya. Detak jantungnya begitu kencang, telapak tangannya semakin dingin. Dia mulai melangkah maju ke depan menghampiri Tarun. Sedangkan Yuliani yang terlebih dahulu maju sudah berada di depan. 

     Saat Yaslin dan Yuliani sudah berada di depan menghadap para pelamar lainnya, Tarun mulai mengajukan pertanyaan pada mereka.

     “Jadi apa saja yang kalian bisa? Coba dari Yaslin dulu, deh.” Tarun berusaha membuat Yaslin semakin gelisah. Tujuan awalnya memang untuk mempermalukan Yaslin di depan orang-orang banyak.

     Yaslin hanya terpaku, dia tidak tahu harus mulai dari mana. Karena setiap yang dia katakan nantinya, akan mempermalukan dirinya sendiri. Mulutnya mulai gemetar, keringatan mulai bercucuran di dalam ruangan ber-AC tersebut. 

     “Kok diam, sih?” Tarun memancing Yaslin, yang padahal dirinya sudah tahu apa alasan Yaslin terdiam. “kalau begitu seperti ini saja, deh, saat kuliah kamu ambil jurusan apa?”

     Yaslin melirik ke arah Tarun dengan gugup, “Teknik komputer, Pak!” Yaslin memilih untuk berbohong.

     “Loh, bagus itu. Lumayan sesuai sama posisi yang sedang kita cari sekarang.” Tarun mengangguk-angguk. Dia yang sadar Yaslin sedang berbohong, mencoba kembali memancing Yaslin. “Coba sekarang kamu sebutin satu saja keahlianmu. Agar saya bisa mempertimbangkan kamu untuk masuk di perusahaan saya.”

     Yaslin semakin panik. Dia bingung ingin menjawab apa. Dia malah semakin yakin kalau pria yang berada di sampingnya adalah mantan suaminya. Walau dirinya masih bingung bagaimana bisa mantan suaminya yang dulunya adalah seorang pengangguran tiba-tiba saja memiliki perusahaan besar seperti sekarang ini. 

     “Saya bisa menyalahkan komputer, Pak,” Yaslin menjawab asal. Dia tidak tahu lagi apa yang ingin diunggulkan dari dirinya. Karena dia bukanlah murid pintar saat di sekolah dulu. 

     Satu ruangan tertawa mendengar jawaban Yaslin. Tak terkecuali staf-staf yang ada di sana. Tapi tidak dengan Tarun. 

     “Kenapa kalian semua tertawa? Memangnya apa yang salah kalau dia bisa menyalahkan komputer? Memangnya kalian tidak bisa?” Nada bicara Tarun mulai meninggi, menatap tajam semua orang yang berada di sana. Seketika satu ruangan hening.

     “Yaslin, kamu langsung saya terima menjadi pegawai di perusahaan ini! Sisanya terserah dengan HRD,” ucap Tarun sambil berjalan ke arah meja. Dia mengambil beberapa barangnya yang diletakkan di atas meja, lalu mengajak Yaslin untuk segera pergi dari ruangan itu.

M.Ra

Loh, kok tiba-tiba Tarun langsung terima Yaslin jadi pegawai, sih? 😳

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status