Dhira sangat terkejut mendengar ucapan Renata, bahkan sekarang menatap Renata dengan rasa tak percaya.
“Mama mau jodohin aku dengan Sean? Untuk apa?” Dhira terlihat emosi mendengar ucapan sang mama.
“Dengerin mama dulu, Dhir.” Renata mencoba menenangkan.
Dhira sangat emosi, meski dirinya pernah tertarik dengan Sean, tapi saat melihat sikap pria itu, membuat Dhira tak berminat sama sekali.
“Mamanya Sean cerita kalau putranya itu jadi buruk sejak pacaran dengan yang namanya Milia itu. Bahkan hubungan Tante Riana dan Sean jadi memburuk karena Sean tak mau mendengar fakta dari Tante Riana,” ujar Renata menjelaskan.
Dhira langsung tersenyum miring mendengar ucapan Renata, memang benar Sean tak mau melihat fakta karena terlalu bucin.
“Tapi itu bukan urusan kita, Ma. Mereka juga bukan siapa-siapa kita,” balas Dhira mencoba untuk mengabaikan.
“Iya, mama tahu jika bukan urusan
Keesokan harinya. Dhira sudah bersiap ke kantor seperti biasa. Saat baru saja sampai di lantai bawah, Dhira bertemu dengan Renata.“Apa kamu sudah memikirkan apa yang mama bicarakan kemarin?” tanya Renata memastikan lagi.Dhira diam mendengar pertanyaan sang mama, lalu akhirnya menjawab, “Aku akan mencobanya, soal hasil aku tidak bisa menjanjikan.”Renata terlihat semringah mendengar jawaban Dhira, lalu berkata, “Kalau begitu nanti siang kamu datang ke restoran yang sudah mama pesan. Mama sudah menyiapkan makan siang untuk kalian agar lebih saling mengenal dan dekat.”Dhira mengangguk mendengar ucapan Renata, lalu membalas, “Tapi aku harap Mama tidak berharap banyak dari perjodohan ini.“Tidak masalah, yang terpenting kamu mau menjalaninya dulu,” ucap Renata mencoba optimi.Di rumah Sean. Riana sedang sarapan bersama Sean. Dia melirik ke Sean yang hanya diam sejak tadi.“Kamu jangan lupa, Sean. Siang nanti temui Dhira. Dia setuju bertemu denganmu, jadi jangan ingkar apalagi sampai mem
“Mama yakin mau menjodohkanku dengannya?” Begitu pulang, Sean langsung menemui Riana.Riana sedang menikmati kopi saat Sean datang. Wanita itu melirik dan melihat Sean yang terlihat kesal.“Tentu saja yakin. Mama tidak pernah ragu dengan pilihan mama,” balas Riana dengan santainya sambil meletakkan cangkir di meja.Sean menghela napas frustasi, lalu duduk di dekat sang mama.“Dia kasar dan galak. Bahkan dia tidak mau mengalah dan terus menghinaku.” Sean mengadu berharap sang mama memilih calon lain.Riana menatap Sean yang kesal, lalu membalas, “Bagus, setidaknya dia tegas jadi bisa mengarahkanmu dan melawanmu kalau kamu salah jalan.”Sean benar-benar tak bisa berkata-kata mendengar ucapan sang mama.“Sudah mama bilang, mama hanya akan menikahkanmu dengan Dhira. Jika bukan Dhira, maka mama tidak akan merestui.”“Mama yakin, kamu menolak karena ingin kembali ke Milia, kan? Kamu ini memang bodoh, Sean! Kamu benar-benar sudah dibutakan oleh cinta wanita itu!” amuk Riana geram dan tak pe
“Pergi. Mama tidak membutuhkanmu!”Sean memandang ke Riana yang tak mau didekatinya. Semalam sang mama pingsan di depan kamar lalu dilarikan ke rumah sakit. Saat sadar di pagi hari, Riana tidak mau melihat Sean di sana.“Tapi Mama harus makan,” ucap Sean mencoba sabar.Riana memandang ke Sean, lalu tersenyum kecut mendengar ucapan Sean.“Untuk apa? Mama lebih baik sakit bahkan mati daripada harus menghadapimu yang seperti ini!” amuk Riana.“Kamu tahu, mama capek, Sean. Mama capek melihatmu keras kepala sampai buta dan tidak bisa melihat mana yang baik dan buruk. Berapa usiamu, hah? Sampai-sampai kamu tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk! Percuma kamu terlihat dewasa jika pikiranmu masih kekanak-kanakan!” amuk Riana lagi dengan napas tak beraturan.Sean hanya diam mendengar ucapan Riana, belum lagi sang mama memalingkan muka darinya.Saat Riana baru saja selesai mengamuk, Renata dan Dhira datang ke sana karena dihubungi pembantu Riana jika wanita itu masuk rumah sak
“Kamu yakin mau menikah, bukan karena keinginan Mama?” tanya Dharu saat menemui Dhira di kamar.Dhira memandang ke Dharu, lalu menganggukkan kepala.“Iya,” jawab Dhira tapi tak semangat seperti biasanya.“Tapi Papa bilang kamu mau menikah karena Mama menjodohkanmu.”Dharu terkejut saat mendengar kabar kalau Dhira sudah memutuskan untuk menikah. Malam itu dia dan Briana ke sana untuk ikut menerima lamaran dari Sean.“Iya memang Mama menjodohkan, tapi ternyata Mama menjodohkanku dengan pria yang aku kenal. Pria yang dulu nolong aku,” jawab Dhira menjelaskan agar Dharu tidak salah paham.“Pria yang menolongmu? Maksudmu pria yang menolongmu waktu kamu mau diculik?” tanya Dharu memastikan.Dhira mengangguk-angguk membalas pertanyaan Dharu.Dharu menatap Dhira yang kembali diam. Dia merasa aneh karena Dhira tak seperti biasanya.“Tapi, kalau kamu merasa tidak yakin dengan pernikahan ini. Jangan dipaksakan, jangan sampai kamu menderita,” ucap Dharu mengingatkan. Dia takkan bisa membiarkan ad
Milia sedang berbelanja siang itu. Dia sekarang sangat senang karena sudah putus dari Sean dan bisa bersama dengan Ryan, pria yang menjadi selingkuhannya.“Hidupku rasanya menyenangkan sekali,” gumam Milia sambil berjalan menenteng paper bag berisi barang belanjaannya.Saat melewati toko elektronik, Milia menghentikan langkah karena ekor matanya menangkap gambar berita yang sedang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta.Milia membalikkan badan menghadap televisi besar itu, hingga melihat berita yang sedang ditayangkan.Salah satu acara di stasiun televisi itu sedang meliput berita tentang rencana pernikahan anak-anak dari dua keluarga kaya dan berpengaruh di kota itu.“Sean.” Milia terkejut melihat foto Sean dipampangkan di sana.“Tidak, tidak mungkin. Pasti hanya mirip saja,” gumam Milia tak percaya jika foto di berita adalah Sean. Meski begitu Milia masih mencoba memperhatikan, hingga dia benar-benar tak percaya jika itu Sean. Apalagi di sana tertulis jelas nama Sean Gumantara.
Milia masih menunggu resepsionis menghubungi Sean. Dia sangat yakin jika Sean pasti mau menemuinya. Milia masih memperhatikan hingga melihat resepsionis mengangguk-anggukkan kepala. Dia pun penuh percaya diri mengira Sean akan datang.“Bagaimana?” tanya Milia setelah resepsionis menutup telepon.Resepsionis tersenyum, lalu menjawab, “Maaf sekali, Pak Sean tidak bisa menemui Anda karena beliau sedang sibuk. Untuk jadwal janji temu juga penuh sampai satu bulan kemudian, jadi beliau benar-benar tidak bisa menemui Anda.”Milia mengepalkan telapak tangan. Dia benar-benar tak menyangka jika Sean akan mengabaikan dirinya.“Apa kamu yakin? Mana mungkin Sean tidak mau menemuiku?” tanya Milia tak percaya.“Ya, memang Pak Sean bilang begitu. Saya harap Anda paham,” jawab resepsionis tetap sopan meski Milia terlihat menjengkelkan.Milia terlihat sangat kesal. Dia tidak terima jika Sean tak mau menemuinya.**Di ruangan Sean. Dia masih berpikir apakah Milia sudah pergi. Dia ingin sekali menemui, ta
Riana sudah ada di butik bersama Dhira dan Renata. Para orang tua di sana karena ingin memesan baju untuk diseragamkan saat acara pernikahan nanti.“Dhira, ini bagus. Kamu cobain ya, nanti misal mau tambah apa, atau modelnya mau yang gimana, bilang saja.” Riana memberikan satu gaun untuk dicoba Dhira.Pernikahan Dhira dan Sean direncanakan secara mendadak, jadi mereka tidak sempat kalau harus memesan secara khusus.“Iya, Tan.” Dhira menerima gaun itu sambil mengangguk.“Kok, Tan? Mama dong, Dhir. Kan nanti aku juga jadi mamamu,” ucap Riana.Dhira hanya mengangguk membalas ucapan Riana. Dia lalu pergi ke ruang ganti untuk mencoba gaun itu.Riana terlihat sangat senang, lalu duduk bersama Renata yang sedang melihat-lihat desain baju yang tersedia di butik itu.“Sepertinya ini bagus, kan?” tanya Renata menunjuk ke gambar yang ada di katalog.“Warnanya tidak terlalu mencolok dan sepertinya cocok untuk kita atau menantuku,” ucap Renata lagi.“Iya, ini juga bagus,” balas Riana lalu menoleh
Riana benar-benar geram karena Milia masih saja mencoba mengganggu Sean, apalagi sekarang tahu kalau Sean sebenarnya kaya.Riana tak bisa membiarkan itu, lalu dia nekat pergi menemui Milia untuk memperingatkan agar tak mengganggu Sean lagi.Riana pergi ke kafe tempat Milia bekerja, di sana dia melihat Milia yang sedang melayani tamu. Riana berjalan dengan gaya angkuh menghampiri Milia. Jika dulu Riana berpura-pura miskin, sekarang dia memperlihatkan siapa dia.“Selamat datang, Anda mau pesan apa?” tanya Milia ramah karena tak tahu siapa Riana.Riana hanya menatap datar mendengar ucapan Milia, membuat wanita itu bingung kenapa Riana menatapnya seperti itu.“Aku mau bicara denganmu,” ucap Riana dengan ekspresi wajah dingin.Milia agak terkejut, tapi karena Riana terlihat sangat serius, membuatnya mengangguk setuju.Riana mengajak Milia duduk di salah satu meja di kafe itu. Dia menatap datar ke Milia yang terus tersenyum seperti dipaksakan.“Apa ada masalah?” tanya Milia tetap sopan.“Ka
Dhira dan Sean pergi ke IGD rumah sakit mereka berada sekarang. Renata di sana karena mengantar Briana yang mau melahirkan.“Ma.” Dhira langsung memanggil sang mama.“Kenapa kamu cepat sekali ke sini?” tanya Renata keheranan.“Karena aku baru periksa, jadi waktu Mama telepon, aku ada di sini,” jawab Dhira.“Periksa? Kamu sakit?” tanya Renata dengan kepanikan berlipat karena ucapan Dhira.Dhira melebarkan senyum, lantas menunjukkan hasil USG. “Tidak sakit, tapi sedang hamil. Ini, cucu kedua Mama dan Papa.”Dhira memberitahu dengan bangga, sampai membuat Renata sangat syok dan senang.“Ya Tuhan, mama tak percaya. Mama senang sekali mendengar kabar ini.” Renata langsung memeluk karena sangat bahagia.Dhira juga bahagia karena bisa menyenangkan hati sang mama.Saat keduanya saling berpelukan, tiba-tiba terdengar suara bayi yang membuat mereka terkejut.“Sudah lahir? Cepat sekali?” Dhira terkejut, apalagi melihat perawat keluar masuk ruang penanganan.Briana sudah melahirkan di ruang IGD se
“Dhira, kamu di mana?”Sean keluar dari ruang ganti mencari keberadaan Dhira yang tak menyahut padahal dia sudah memanggilnya sejak tadi. Dhira keluar dari kamar mandi, tentu saja hal itu membuat Sean keheranan.“Kenapa masuk kamar mandi lagi?” tanya Sean karena Dhira sudah mandi sejak tadi.Dhira menutup mulutnya seolah merasakan sesuatu yang ingin keluar, tapi dia tetap berjalan menghampiri Sean.Usia pernikahan mereka sudah berjalan tiga bulan. Sean sudah menerima Dhira sepenuhnya, hingga hubungan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik.“Kamu baik-baik saja?” tanya Sean karena Dhira agak pucat.“Entah, sejak tadi rasanya pusing dan mual,” jawab Dhira.Sean langsung menyentuh kening Dhira, tapi tak merasa panas.“Apa sangat pusing?” tanya Sean memastikan.Dhira sibuk mengikat dasi Sean saat mendengar pertanyaan itu.“Iya lumayan, tadi seperti berputar lalu aku mual,” jawab Dhira kemudian menatap Sean dengan wajah memelas.“Kita ke rumah sakit untuk memastikan kamu sakit apa
Riana memang bertindak kejam, tapi semua itu semata-mata dilakukan untuk melindungi Sean dari hal-hal yang tak diinginkan.Milia diam mendengar ucapan Riana. Dia hanya menunduk sambil meremas jemari karena tak bisa berbuat apa-apa.Ibu Milia juga diam karena takut, lalu memberanikan diri menatap Riana.“Kalau kami pergi dari kota ini, bagaimana dengan usaha pakaian kami? Masa mau ditinggal begitu saja? Misal mau dijual juga tidak bisa cepat laku,” ujar ibu Milia yang takut jika masih di kota itu akan dipersulit Riana.Milia terkejut mendengar ucapan sang ibu, apa itu artinya ibunya mau pindah karena ancaman Riana.“Aku akan membelinya, kalau perlu rumah sekalian akan aku beli dua kali lipat dari harga aslinya, asal kalian pergi dari kehidupan putraku!” Riana tak segan memuluskan keinginan ibu Milia asal pergi dari kota itu.Ibu Milia membayangkan uang sangat banyak yang akan diterimanya jika dijual ke Riana. Dia yang mata duitan langsung setuju begitu saja.“Baik, saya setuju menjualny
Saat sore hari, Sean pulang dan menemui Riana yang sedang bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Kamu sudah mengosongkan jadwal agar minggu depan tidak ada kendala, kan? Ingat, pernikahanmu itu minggu depan,” ucap Riana langsung mengingatkan, jangan sampai Sean lupa dan masih membuat jadwal kegiatan di perusahaan.“Mama tenang saja, Vino sudah mengatur semuanya,” balas Sean.Riana mengangguk-angguk senang karena sekarang Sean mudah diatur.“Ma, aku mau menceritakan sesuatu, tapi aku harap Mama tidak berpikiran buruk atau panik dulu,” ucap Sean ingin memberitahu soal Milia.Sean hanya ingin sang mama tahu saja, agar kelak jika terjadi sesuatu atau Milia membuat ulah, sang mama tak benar-benar syok karena sudah tahu dan mendengar sendiri darinya.Riana menoleh Sean saat mendengar apa yang dikatakan oleh putranya itu. Dia menurunkan satu kaki yang sejak tadi disilangkan, dahinya berkerut halus karena penasaran.“Memangnya kamu mau menceritakan apa?” tanya Riana dengan pikiran negati
Dhira langsung bicara tegas agar Milia sadar diri. Dia tak akan kasihan meski Milia sedang hamil, dia sadar kalau wanita seperti Milia, tidak akan puas jika hanya dikasih hati. Begitu mendapat kebaikan, wanita itu akan melunjak tak tahu diri.Milia terdiam mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Kamu pikir dengan datang menemui Sean, kamu bisa memintanya bertanggung jawab atas janin yang bukan miliknya? Kamu mungkin tak tahu, Sean sudah tahu segalanya tentang kebusukanmu.” Dhira terus bicara untuk menyadarkan Milia.Milia sangat terkejut mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Bahkan tahu kalau kamu selama ini sering tidur dengan pria lain. Sungguh aku ingin tertawa, baru kali ini melihat wanita tak tahu diri sepertimu, sudah selingkuh dan tidur dengan pria lain, tapi minta pertanggungjawaban ke pria yang kamu buang.” Dhira menjejali telinga Milia dengan fakta bahkan tak peduli itu bisa mempengaruhi pikiran dan janin Milia.
Sean mulai nyaman bersama Dhira. Sikap Dhira yang apa adanya saat bicara, membuat Sean merasa tenang.Sean keluar dari lift sambil menatap ponsel, dia mencoba menghubungi Dhira karena ingin mengajak makan siang, tapi Dhira tak menjawab panggilan darinya.“Ke mana dia?” Sean bertanya-tanya karena Dhira mengabaikan panggilan darinya.Sean berpikir apa mungkin Dhira sedang rapat atau bertemu klien, membuatnya memilih mengirim pesan kalau akan datang ke perusahaan Dhira.Saat Sean baru saja keluar dari lobi, Sean terkejut karena ada yang mencegah langkahnya.“Sean.” Milia muncul di sana dengan mata bengkak dan wajah penuh linangan air mata.“Apa lagi yang kamu inginkan?” tanya Sean mulai malas, apalagi dia sudah tahu semua kebusukan Milia.“Sean, kumohon maafkan aku. Saat ini aku tidak tahu harus bagaimana, aku membutuhkanmu,” ucap Milia sambil menggenggam telapak tangan Sean.Sean me
Milia terduduk lemas di kursi selasar yang ada di poliklinik rumah sakit. Dia menatap hasil pemeriksaan akan kondisinya sekarang ini.Milia sangat syok dan bingung karena dia ternyata sedang hamil sembilan minggu.“Bagaimana ini?” Milia mengguyar kasar rambutnya ke belakang menatap hasil tes itu.Milia mencoba menghubungi Ryan tapi sayangnya panggilannya tidak dijawab. Akhirnya Milia memutuskan pergi ke perusahaan Ryan untuk membahas masalah kehamilannya. Apalagi Ryan pernah berjanji akan menikahinya setelah Milia putus dari Sean.Milia pergi ke perusahaan Ryan, lalu menemui bagian respsionis.“Pak Ryan ada di kantornya?” tanya Mila saat bertemu resepsionis.“Maaf, apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis.Milia bingung karena belum membuat janji. Kalau dia jujur belum membuat janji, dia pasti akan diusir dari sana. Dia kemudian mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan chat lamanya saat Ryan mengajak bertemu tanpa memperlihatkan tanggal yang tertera.“Dia memintaku
Sean masih mencoba meminta maaf, dia sudah menyadari kesalahan dan ingin hubungannya dengan sang mama membaik.Riana akhirnya menatap Sean saat mendengar permintaan maaf putranya itu."Aku benar-benar sudah sadar, aku selama ini memang salah karena tak mempercayai apa yang Mama katakan," ucap Sean lagi."Kamu benar-benar sudah paham dengan apa yang mama lakukan?" tanya Riana sambil menatap Sean.Sean mendongak lalu menatap Riana sambil menganggukkan kepala.Riana lega saat melihat Sean sungguh-sungguh meminta maaf, dia lalu meminta Sean agar bangun."Aku sungguh-sungguh meminta maaf," ucap Sean.Riana tersenyum mendengar permintaan maaf dari Sean."Mama lega kalau memang benar kamu sudah sadar. Feeling orang tua itu tidak salah, Sean. Sejak awal, mama sebenarnya tak pernah masalah kamu mau sama siapa. Tapi, saat melihat attitude Milia yang buruk, mama langsung mundur. Bukan karena dia miskin, tapi karena memang dia memiliki sifat dan perilaku yang tidak baik. Jadi, kamu sekarang paham
Dhira pergi ke taman sesuai dengan permintaan Sean. Dia sebenarnya merasa agak aneh karena Sean meminta bertemu tak seperti biasanya.Dhira melihat Sean yang sudah duduk di taman menunggunya. Dia mendekat lalu duduk di samping Sean tanpa menyapa. Keduanya diam cukup lama tak ada yang bicara, Dhira sendiri tak mau buka suara sampai Sean yang mengawalinya.Setelah lama diam, Sean akhirnya menghela napas kasar. Dhira mendengar suara helaan itu tapi sengaja tak menoleh ke Sean.“Ternyata sekarang aku sadar jika sudah salah dan terlalu buta karena cinta,” ucap Sean lalu tersenyum getir.Dhira terkejut mendengar Sean tiba-tiba bicara seperti itu. Dia menoleh Sean, lalu membalas, “Memang benar, kenapa baru sadarnya sekarang?”Sean menoleh Dhira yang bicara blak-blakan, meski kesal tapi dia sadar jika Dhira hanya jujur saja.“Mama marah besar karena sikapku. aku merasa bersalah sudah membuat Mama sedih, padahal sebenarnya Mama selalu memberikan yang terbaik,” ucap Sean lagi lalu sedikit menun