“Pergi. Mama tidak membutuhkanmu!”Sean memandang ke Riana yang tak mau didekatinya. Semalam sang mama pingsan di depan kamar lalu dilarikan ke rumah sakit. Saat sadar di pagi hari, Riana tidak mau melihat Sean di sana.“Tapi Mama harus makan,” ucap Sean mencoba sabar.Riana memandang ke Sean, lalu tersenyum kecut mendengar ucapan Sean.“Untuk apa? Mama lebih baik sakit bahkan mati daripada harus menghadapimu yang seperti ini!” amuk Riana.“Kamu tahu, mama capek, Sean. Mama capek melihatmu keras kepala sampai buta dan tidak bisa melihat mana yang baik dan buruk. Berapa usiamu, hah? Sampai-sampai kamu tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk! Percuma kamu terlihat dewasa jika pikiranmu masih kekanak-kanakan!” amuk Riana lagi dengan napas tak beraturan.Sean hanya diam mendengar ucapan Riana, belum lagi sang mama memalingkan muka darinya.Saat Riana baru saja selesai mengamuk, Renata dan Dhira datang ke sana karena dihubungi pembantu Riana jika wanita itu masuk rumah sak
“Kamu yakin mau menikah, bukan karena keinginan Mama?” tanya Dharu saat menemui Dhira di kamar.Dhira memandang ke Dharu, lalu menganggukkan kepala.“Iya,” jawab Dhira tapi tak semangat seperti biasanya.“Tapi Papa bilang kamu mau menikah karena Mama menjodohkanmu.”Dharu terkejut saat mendengar kabar kalau Dhira sudah memutuskan untuk menikah. Malam itu dia dan Briana ke sana untuk ikut menerima lamaran dari Sean.“Iya memang Mama menjodohkan, tapi ternyata Mama menjodohkanku dengan pria yang aku kenal. Pria yang dulu nolong aku,” jawab Dhira menjelaskan agar Dharu tidak salah paham.“Pria yang menolongmu? Maksudmu pria yang menolongmu waktu kamu mau diculik?” tanya Dharu memastikan.Dhira mengangguk-angguk membalas pertanyaan Dharu.Dharu menatap Dhira yang kembali diam. Dia merasa aneh karena Dhira tak seperti biasanya.“Tapi, kalau kamu merasa tidak yakin dengan pernikahan ini. Jangan dipaksakan, jangan sampai kamu menderita,” ucap Dharu mengingatkan. Dia takkan bisa membiarkan ad
Milia sedang berbelanja siang itu. Dia sekarang sangat senang karena sudah putus dari Sean dan bisa bersama dengan Ryan, pria yang menjadi selingkuhannya.“Hidupku rasanya menyenangkan sekali,” gumam Milia sambil berjalan menenteng paper bag berisi barang belanjaannya.Saat melewati toko elektronik, Milia menghentikan langkah karena ekor matanya menangkap gambar berita yang sedang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta.Milia membalikkan badan menghadap televisi besar itu, hingga melihat berita yang sedang ditayangkan.Salah satu acara di stasiun televisi itu sedang meliput berita tentang rencana pernikahan anak-anak dari dua keluarga kaya dan berpengaruh di kota itu.“Sean.” Milia terkejut melihat foto Sean dipampangkan di sana.“Tidak, tidak mungkin. Pasti hanya mirip saja,” gumam Milia tak percaya jika foto di berita adalah Sean. Meski begitu Milia masih mencoba memperhatikan, hingga dia benar-benar tak percaya jika itu Sean. Apalagi di sana tertulis jelas nama Sean Gumantara.
Milia masih menunggu resepsionis menghubungi Sean. Dia sangat yakin jika Sean pasti mau menemuinya. Milia masih memperhatikan hingga melihat resepsionis mengangguk-anggukkan kepala. Dia pun penuh percaya diri mengira Sean akan datang.“Bagaimana?” tanya Milia setelah resepsionis menutup telepon.Resepsionis tersenyum, lalu menjawab, “Maaf sekali, Pak Sean tidak bisa menemui Anda karena beliau sedang sibuk. Untuk jadwal janji temu juga penuh sampai satu bulan kemudian, jadi beliau benar-benar tidak bisa menemui Anda.”Milia mengepalkan telapak tangan. Dia benar-benar tak menyangka jika Sean akan mengabaikan dirinya.“Apa kamu yakin? Mana mungkin Sean tidak mau menemuiku?” tanya Milia tak percaya.“Ya, memang Pak Sean bilang begitu. Saya harap Anda paham,” jawab resepsionis tetap sopan meski Milia terlihat menjengkelkan.Milia terlihat sangat kesal. Dia tidak terima jika Sean tak mau menemuinya.**Di ruangan Sean. Dia masih berpikir apakah Milia sudah pergi. Dia ingin sekali menemui, ta
Riana sudah ada di butik bersama Dhira dan Renata. Para orang tua di sana karena ingin memesan baju untuk diseragamkan saat acara pernikahan nanti.“Dhira, ini bagus. Kamu cobain ya, nanti misal mau tambah apa, atau modelnya mau yang gimana, bilang saja.” Riana memberikan satu gaun untuk dicoba Dhira.Pernikahan Dhira dan Sean direncanakan secara mendadak, jadi mereka tidak sempat kalau harus memesan secara khusus.“Iya, Tan.” Dhira menerima gaun itu sambil mengangguk.“Kok, Tan? Mama dong, Dhir. Kan nanti aku juga jadi mamamu,” ucap Riana.Dhira hanya mengangguk membalas ucapan Riana. Dia lalu pergi ke ruang ganti untuk mencoba gaun itu.Riana terlihat sangat senang, lalu duduk bersama Renata yang sedang melihat-lihat desain baju yang tersedia di butik itu.“Sepertinya ini bagus, kan?” tanya Renata menunjuk ke gambar yang ada di katalog.“Warnanya tidak terlalu mencolok dan sepertinya cocok untuk kita atau menantuku,” ucap Renata lagi.“Iya, ini juga bagus,” balas Riana lalu menoleh
Riana benar-benar geram karena Milia masih saja mencoba mengganggu Sean, apalagi sekarang tahu kalau Sean sebenarnya kaya.Riana tak bisa membiarkan itu, lalu dia nekat pergi menemui Milia untuk memperingatkan agar tak mengganggu Sean lagi.Riana pergi ke kafe tempat Milia bekerja, di sana dia melihat Milia yang sedang melayani tamu. Riana berjalan dengan gaya angkuh menghampiri Milia. Jika dulu Riana berpura-pura miskin, sekarang dia memperlihatkan siapa dia.“Selamat datang, Anda mau pesan apa?” tanya Milia ramah karena tak tahu siapa Riana.Riana hanya menatap datar mendengar ucapan Milia, membuat wanita itu bingung kenapa Riana menatapnya seperti itu.“Aku mau bicara denganmu,” ucap Riana dengan ekspresi wajah dingin.Milia agak terkejut, tapi karena Riana terlihat sangat serius, membuatnya mengangguk setuju.Riana mengajak Milia duduk di salah satu meja di kafe itu. Dia menatap datar ke Milia yang terus tersenyum seperti dipaksakan.“Apa ada masalah?” tanya Milia tetap sopan.“Ka
Milia tersenyum dalam hati karena Sean terpancing ucapannya. Dia kembali memasang wajah memelas, lalu menjawab, “Aku tahu kamu masih membenciku karena aku selingkuh, tapi setiap manusia juga pernah membuat kesalahan.”Milia mencoba menjejali Sean dengan kalimat menyedihkan agar menaruh simpati kepadanya.Sean masih menatap datar, apalagi Milia tak menjawab pertanyaannya.“Aku tidak punya waktu banyak untuk mendengar ucapanmu,” ucap Sean dengan tegas.Bukan karena dia sangat membenci Milia, tapi dia takut kembali iba dan tak bisa meninggalkan wanita itu.Milia terkejut mendengar ucapan Sean. Dia menatap dengan ekspresi wajah sendu, lalu kembali bicara.“Ada wanita mengaku kalau dia mamamu. Dia mengancamku, jika aku mengganggumu maka dia akan melakukan sesuatu ke keluargaku. Aku hanya ingin minta maaf kepadamu, aku menyesal tapi kenapa tidak ada yang percaya?”Milia benar-benar terlihat kasihan dan seperti menderita agar Sean percaya.Sean tak menanggapi berlebih meski sebenarnya kesal
“Kenapa Mama harus mengancam Milia?”Begitu pulang ke rumah, Sean langsung menegur sang mama.Riana menatap datar mendengar ucapan Sean.“Agar dia lebih tahu diri,” balas Riana dengan tenang.“Apa tidak cukup aku setuju menikah dengan pilihan Mama? Haruskah Mama mengganggu kehidupan Milia lagi?” tanya Sean dengan rasa tak senang.Riana membanting majalah yang ada di tangan saat mendengar suara Sean membentak dirinya. Dia menatap tajam ke sang putra, tak percaya Sean masih mencampuri urusan Milia.“Ucapanmu ini cukup membuktikan kalau kamu tak bisa lepas dari wanita itu! Kamu lebih memilih membelanya ketimbang memahami niatan mama!” Riana langsung mengamuk sambil menatap tajam ke Sean.“Mama benar-benar tidak habis pikir. Jika kamu merasa kalau yang mama lakukan salah, lalu bagaimana dengan wanita itu? Selingkuh bahkan tidur dengan pria lain, masih kamu anggap dia baik? Buka matamu, Sean! Mama geram padamu!”Riana murka hingga membongkar kebusukan Milia yang lain. Dia mengambil sesuatu