Milia masih menunggu resepsionis menghubungi Sean. Dia sangat yakin jika Sean pasti mau menemuinya. Milia masih memperhatikan hingga melihat resepsionis mengangguk-anggukkan kepala. Dia pun penuh percaya diri mengira Sean akan datang.“Bagaimana?” tanya Milia setelah resepsionis menutup telepon.Resepsionis tersenyum, lalu menjawab, “Maaf sekali, Pak Sean tidak bisa menemui Anda karena beliau sedang sibuk. Untuk jadwal janji temu juga penuh sampai satu bulan kemudian, jadi beliau benar-benar tidak bisa menemui Anda.”Milia mengepalkan telapak tangan. Dia benar-benar tak menyangka jika Sean akan mengabaikan dirinya.“Apa kamu yakin? Mana mungkin Sean tidak mau menemuiku?” tanya Milia tak percaya.“Ya, memang Pak Sean bilang begitu. Saya harap Anda paham,” jawab resepsionis tetap sopan meski Milia terlihat menjengkelkan.Milia terlihat sangat kesal. Dia tidak terima jika Sean tak mau menemuinya.**Di ruangan Sean. Dia masih berpikir apakah Milia sudah pergi. Dia ingin sekali menemui, ta
Riana sudah ada di butik bersama Dhira dan Renata. Para orang tua di sana karena ingin memesan baju untuk diseragamkan saat acara pernikahan nanti.“Dhira, ini bagus. Kamu cobain ya, nanti misal mau tambah apa, atau modelnya mau yang gimana, bilang saja.” Riana memberikan satu gaun untuk dicoba Dhira.Pernikahan Dhira dan Sean direncanakan secara mendadak, jadi mereka tidak sempat kalau harus memesan secara khusus.“Iya, Tan.” Dhira menerima gaun itu sambil mengangguk.“Kok, Tan? Mama dong, Dhir. Kan nanti aku juga jadi mamamu,” ucap Riana.Dhira hanya mengangguk membalas ucapan Riana. Dia lalu pergi ke ruang ganti untuk mencoba gaun itu.Riana terlihat sangat senang, lalu duduk bersama Renata yang sedang melihat-lihat desain baju yang tersedia di butik itu.“Sepertinya ini bagus, kan?” tanya Renata menunjuk ke gambar yang ada di katalog.“Warnanya tidak terlalu mencolok dan sepertinya cocok untuk kita atau menantuku,” ucap Renata lagi.“Iya, ini juga bagus,” balas Riana lalu menoleh
Riana benar-benar geram karena Milia masih saja mencoba mengganggu Sean, apalagi sekarang tahu kalau Sean sebenarnya kaya.Riana tak bisa membiarkan itu, lalu dia nekat pergi menemui Milia untuk memperingatkan agar tak mengganggu Sean lagi.Riana pergi ke kafe tempat Milia bekerja, di sana dia melihat Milia yang sedang melayani tamu. Riana berjalan dengan gaya angkuh menghampiri Milia. Jika dulu Riana berpura-pura miskin, sekarang dia memperlihatkan siapa dia.“Selamat datang, Anda mau pesan apa?” tanya Milia ramah karena tak tahu siapa Riana.Riana hanya menatap datar mendengar ucapan Milia, membuat wanita itu bingung kenapa Riana menatapnya seperti itu.“Aku mau bicara denganmu,” ucap Riana dengan ekspresi wajah dingin.Milia agak terkejut, tapi karena Riana terlihat sangat serius, membuatnya mengangguk setuju.Riana mengajak Milia duduk di salah satu meja di kafe itu. Dia menatap datar ke Milia yang terus tersenyum seperti dipaksakan.“Apa ada masalah?” tanya Milia tetap sopan.“Ka
Milia tersenyum dalam hati karena Sean terpancing ucapannya. Dia kembali memasang wajah memelas, lalu menjawab, “Aku tahu kamu masih membenciku karena aku selingkuh, tapi setiap manusia juga pernah membuat kesalahan.”Milia mencoba menjejali Sean dengan kalimat menyedihkan agar menaruh simpati kepadanya.Sean masih menatap datar, apalagi Milia tak menjawab pertanyaannya.“Aku tidak punya waktu banyak untuk mendengar ucapanmu,” ucap Sean dengan tegas.Bukan karena dia sangat membenci Milia, tapi dia takut kembali iba dan tak bisa meninggalkan wanita itu.Milia terkejut mendengar ucapan Sean. Dia menatap dengan ekspresi wajah sendu, lalu kembali bicara.“Ada wanita mengaku kalau dia mamamu. Dia mengancamku, jika aku mengganggumu maka dia akan melakukan sesuatu ke keluargaku. Aku hanya ingin minta maaf kepadamu, aku menyesal tapi kenapa tidak ada yang percaya?”Milia benar-benar terlihat kasihan dan seperti menderita agar Sean percaya.Sean tak menanggapi berlebih meski sebenarnya kesal
“Kenapa Mama harus mengancam Milia?”Begitu pulang ke rumah, Sean langsung menegur sang mama.Riana menatap datar mendengar ucapan Sean.“Agar dia lebih tahu diri,” balas Riana dengan tenang.“Apa tidak cukup aku setuju menikah dengan pilihan Mama? Haruskah Mama mengganggu kehidupan Milia lagi?” tanya Sean dengan rasa tak senang.Riana membanting majalah yang ada di tangan saat mendengar suara Sean membentak dirinya. Dia menatap tajam ke sang putra, tak percaya Sean masih mencampuri urusan Milia.“Ucapanmu ini cukup membuktikan kalau kamu tak bisa lepas dari wanita itu! Kamu lebih memilih membelanya ketimbang memahami niatan mama!” Riana langsung mengamuk sambil menatap tajam ke Sean.“Mama benar-benar tidak habis pikir. Jika kamu merasa kalau yang mama lakukan salah, lalu bagaimana dengan wanita itu? Selingkuh bahkan tidur dengan pria lain, masih kamu anggap dia baik? Buka matamu, Sean! Mama geram padamu!”Riana murka hingga membongkar kebusukan Milia yang lain. Dia mengambil sesuatu
Dhira pergi ke taman sesuai dengan permintaan Sean. Dia sebenarnya merasa agak aneh karena Sean meminta bertemu tak seperti biasanya.Dhira melihat Sean yang sudah duduk di taman menunggunya. Dia mendekat lalu duduk di samping Sean tanpa menyapa. Keduanya diam cukup lama tak ada yang bicara, Dhira sendiri tak mau buka suara sampai Sean yang mengawalinya.Setelah lama diam, Sean akhirnya menghela napas kasar. Dhira mendengar suara helaan itu tapi sengaja tak menoleh ke Sean.“Ternyata sekarang aku sadar jika sudah salah dan terlalu buta karena cinta,” ucap Sean lalu tersenyum getir.Dhira terkejut mendengar Sean tiba-tiba bicara seperti itu. Dia menoleh Sean, lalu membalas, “Memang benar, kenapa baru sadarnya sekarang?”Sean menoleh Dhira yang bicara blak-blakan, meski kesal tapi dia sadar jika Dhira hanya jujur saja.“Mama marah besar karena sikapku. aku merasa bersalah sudah membuat Mama sedih, padahal sebenarnya Mama selalu memberikan yang terbaik,” ucap Sean lagi lalu sedikit menun
Sean masih mencoba meminta maaf, dia sudah menyadari kesalahan dan ingin hubungannya dengan sang mama membaik.Riana akhirnya menatap Sean saat mendengar permintaan maaf putranya itu."Aku benar-benar sudah sadar, aku selama ini memang salah karena tak mempercayai apa yang Mama katakan," ucap Sean lagi."Kamu benar-benar sudah paham dengan apa yang mama lakukan?" tanya Riana sambil menatap Sean.Sean mendongak lalu menatap Riana sambil menganggukkan kepala.Riana lega saat melihat Sean sungguh-sungguh meminta maaf, dia lalu meminta Sean agar bangun."Aku sungguh-sungguh meminta maaf," ucap Sean.Riana tersenyum mendengar permintaan maaf dari Sean."Mama lega kalau memang benar kamu sudah sadar. Feeling orang tua itu tidak salah, Sean. Sejak awal, mama sebenarnya tak pernah masalah kamu mau sama siapa. Tapi, saat melihat attitude Milia yang buruk, mama langsung mundur. Bukan karena dia miskin, tapi karena memang dia memiliki sifat dan perilaku yang tidak baik. Jadi, kamu sekarang paham
Milia terduduk lemas di kursi selasar yang ada di poliklinik rumah sakit. Dia menatap hasil pemeriksaan akan kondisinya sekarang ini.Milia sangat syok dan bingung karena dia ternyata sedang hamil sembilan minggu.“Bagaimana ini?” Milia mengguyar kasar rambutnya ke belakang menatap hasil tes itu.Milia mencoba menghubungi Ryan tapi sayangnya panggilannya tidak dijawab. Akhirnya Milia memutuskan pergi ke perusahaan Ryan untuk membahas masalah kehamilannya. Apalagi Ryan pernah berjanji akan menikahinya setelah Milia putus dari Sean.Milia pergi ke perusahaan Ryan, lalu menemui bagian respsionis.“Pak Ryan ada di kantornya?” tanya Mila saat bertemu resepsionis.“Maaf, apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis.Milia bingung karena belum membuat janji. Kalau dia jujur belum membuat janji, dia pasti akan diusir dari sana. Dia kemudian mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan chat lamanya saat Ryan mengajak bertemu tanpa memperlihatkan tanggal yang tertera.“Dia memintaku