Siang itu para direksi perusahaan Dharu menghadiri rapat membahas sistem yang baru saja diretas hingga mengakibatkan penurunan harga saham pagi ini.“Bagaimana sistem inti perusahaan bisa disusupi peretas? Bukankah selama bertahun-tahun tidak ada yang bisa menyusup? Apa perusahaan ini mengalami penurunan kualitas?”Salah satu direksi langsung mencecar karena merasa paling dirugikan akibat penurunan saham yang lumayan signifikan.Dharu memandang ke direksi yang baru saja melayangkan protes. Dia lalu mencoba menjelaskan duduk perkara masalah yang terjadi.“Saya tahu selama ini tak ada yang bisa menyusup ke sistem kita karena kecanggihan pengamanan sistem perusahaan. Namun, hal ini tentunya tidak terjadi begitu saja. Peretas itu tidak masuk melalui celah di luar, melainkan masuk dari server yang terbuka tanpa keamanan di dalam perusahaan,” ujar Dharu mulai menjelaskan.“Selama ini tidak yang ceroboh melakukan itu? Apa kamu yakin kalau masalahnya memang dari sana?” Direksi tadi kembali pr
Rani sudah bersiap ke kafe karena masuk siang. Dia berjalan melewati lorong menuju jalan raya untuk perg ke halte bus.Saat berjalan menuju halte. Dia melihat Briana yang baru saja menutup pintu mobil. Dia berjalan menghampiri untuk menyapa, tapi tiba-tiba melihat seorang pria membekap Briana.Hei! Tolong!” Rani berteriak kencang meminta tolong.Pria yang membekap Briana terkejut. Dia melihat beberapa orang di dalam supermarket dan di seberang jalan memandang ke arahnya. Tak ingin tertangkap, pria itu memilih melepas Briana lalu berlari untuk kabur.Rani sangat terkejut melihat Briana jatuh ke tanah. Dia berlari dan ada beberapa orang yang menghampiri.“Kak, bangun!” Rani mencoba membangunkan Briana yang tak sadarkan diri.“Pak, tolong!” Rani meminta orang yang berkerumun untuk memasukkan Briana ke mobil.Penjahat tadi kabur saat dikejar orang-orang yang menolong Rani. Rani sendiri segera membawa Briana ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.Saat sampai di rumah sakit, Briana langsu
“Wajahmu agak pucat. Apa kamu baik-baik saja?” tanya Dharu saat Briana sampai di kantornya.Briana terkejut mendengar pertanyaan Dharu. Dia mencoba tersenyum lalu kembali menyajikan kopi untuk suaminya.“Mungkin karena cuaca di luar tadi sangat panas. Aku masih harus menunggu montir datang mengganti ban. Tadi sampai keringetan ketika menunggu ban diganti,” jawab Briana membuat alasan agar Dharu tak cemas.Dharu mengangguk percaya mendengar jawaban Briana. Dia menikmati kopi yang dibawa istrinya, lalu memandang Briana yang sedang mengupas buah.“Apa pekerjaanmu tidak banyak sampai kamu bisa meluangkan waktu ke sini?” tanya Dharu.“Banyak, tapi demi suami, tentunya aku harus bisa meluangkan waktu untuk suamiku,” jawab Briana lalu memotong apel, kemudian menyodorkan ke Dharu.Dharu menahan senyum mendengar jawaban Briana, hingga tiba-tiba berpikir jika selama beberapa tahun ini Briana pasti sangat perhatian ke Farhan tapi sayangnya pria itu tak tahu terima kasih. Dharu mendadak cemburu k
Mirna sedang menyetrika seperti biasa. Dia mulai terbiasa dengan pekerjaannya itu apalagi Briana tak memperlakukannya buruk.Saat masih sibuk menyetrika, ponsel Mirna berdering dan membuat wanita itu mengecek siapa yang menghubungi. Dia lalu menjawab panggilan itu.“Halo.” Mirna menjawab dengan hati-hati.“Ma.”Mirna sangat terkejut karena Farhan yang menghubunginya.“Mama bekerja di mana?” tanya Farhan dari seberang panggilan.“Kenapa kamu tiba-tiba menghubungi mama?” tanya Mirna balik karena agak panik.Mirna sampai menoleh ke arah pintu untuk memastikan tidak ada yang mendengarnya bicara dengan Farhan.“Kamu masih dicari polisi, kenapa sekarang tiba-tiba menghubungi mama?” tanya Mirna lagi.Mirna tak mendengar jawaban dari Farhan, hingga kemudian Farhan akhirnya bicara. “Polisi takkan menangkapku. Tenang saja, Ma. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan cepat.”Mirna terkejut mendengar ucapan Farhan.“Apa maksudmu? Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Mirna benar-benar panik.“Apa ya
Saat malam hari. Orang suruhan Dharu masih mengikuti Toni sesuai dengan perintah yang mereka dapatkan. Mereka masih memantau pria itu yang baru saja turun dari mobil di sebuah restoran.“Kita tidak bisa masuk ke sana begitu saja,” kata salah satu orang suruhan Dika.“Kita lihat saja dulu, apa ada orang yang kita kenal keluar atau masuk dari restoran itu,” balas pria yang lain.Keduanya masih menunggu di mobil sambil mengawasi sekitar, termasuk orang-orang yang keluar masuk dari restoran itu.Toni masuk ke salah satu private room. Dia melihat Sandi yang sudah ada di sana.“Aku sudah melakukan apa yang kamu katakan,” ucap Toni ketika duduk berhadapan dengan Sandi.Sandi memberi isyarat ke Ibra, hingga asistennya itu mengembalikan kartu tanda pengenal milik Toni.“Tenang saja, mereka tidak akan tahu kalau kartu tanda pengenalmu yang digunakan untuk masuk ke ruang administrasi,” ucap Sandi.Toni mengambil kembali kartu tanda pengenal di perusahaan Dharu lalu memasukkan ke saku jasnya.“Tu
“Jadi apa ini maksudnya Sandi terlibat?” tanya Dharu setelah melihat rekaman kamera dashboard mobil anak buahnya.“Ya, aku berpikir seperti itu. Meski terlihat kebetulan, tapi ini agak aneh,” jawab Dika.Dika lalu memperlihatkan data di ponselnya.“Aku baru mendapatkan ini. Pak Toni memiliki saham di perusahaan Sandi, dan data ini baru masuk beberapa jam lalu,” ucap Dika menjelaskan.Dharu berpikir sejenak mendengar ucapan Dika. Jika memang Toni terlibat dengan Sandi, ada kemungkinan pria itu yang membantu peretas agar bisa menyusup ke sistem.“Di parkiran ada mobil kantor yang memiliki kamera dashboard, coba cek untuk memastikan apakah ada sesuatu yang mencurigakan di malam itu. Bukankah tidak menutup kemungkinan jika kamera itu menangkap sesuatu, apalagi mobil itu terparkir di dekat pintu keluar parkiran?”Tiba-tiba saja Dharu berpikiran ke sana setelah mencurigai seseorang.“Aku akan mengeceknya besok,” ucap Dika karena tak mungkin langsung ke perusahaan malam itu.Dharu mengangguk
Mirna terkejut mendengar pertanyaan Briana, hingga dia panik karena bingung harus menjawab apa.“Kamu tahu kalau Farhan menjadi buronan. Jika kamu tahu keberadaannya tapi kamu malah menyembunyikannya, maka kamu bisa ikut dipenjara,” ujar Briana menakut-nakuti.Mirna terkejut mendengar ucapan Briana lalu mencoba menjelaskan.“Aku tidak tahu dia di mana, tapi tadi memang dia tiba-tiba menghubungiku.” Mirna mengeluarkan ponsel lalu memperlihatkan nomor tak dikenal di aktivitas panggilan.“Aku mencoba menasihatinya agar dia menyerahkan diri dan menerima hukuman, bukankah takkan terlalu lama daripada dia terus menjadi buronan. Tapi dia tidak mau dan terus berkata kalau masih ....” Mirna menjeda ucapannya dan terlihat bingung untuk melanjutkan.“Masih apa? Katakan saja.” Briana mencoba menekan agar Mirna mau jujur.“Dia masih tidak terima karena suamimu membuat kami bangkrut. Entah apa yang akan dilakukannya, tapi Farhan tak mau menyerahkan diri,” ucap Mirna ragu-ragu.Briana menghela napas
“Aku sudah mengecek rekaman Cctv di dashboard dan tidak hal yang mencurigakan. Aku tidak mendapatkan apa-apa dari Cctv dashboard mobil,” kata Dika menjelaskan.Dharu berpikir dengan keras. Jika tak bisa mendapatkan bukti dari dalam, berarti mereka harus mendapatkan bukti dari luar.“Orang suruhanmu masih memantau Toni?” tanya Dharu.“Masih, aku sudah meminta mereka untuk terus memantau serta melaporkan ke mana dan dengan siapa pria itu pergi,” jawab Dika.Dharu mengangguk mendengar jawaban Dika. Dia yakin jika bisa mendapatkan bukti yang bisa menjerat dua orang itu.Saat Dika dan Dharu masih mencoba mencari cara mendapatkan bukti. Salah satu staff IT datang ke ruangan Dharu membawa sebuah berkas.“Apa kalian menemukan sesuatu?” tanya Dharu ke staff itu.“Iya, Pak. Kami berhasil melacak asal sistem yang meretas sistem kita. Meski ini tidak akurat, tapi setidaknya bisa dijadikan petunjuk,” kata staff itu memberikan data yang baru didapatkan timnya yang sudah bekerja lebih dari 24 jam unt