“Aku sudah mengecek rekaman Cctv di dashboard dan tidak hal yang mencurigakan. Aku tidak mendapatkan apa-apa dari Cctv dashboard mobil,” kata Dika menjelaskan.Dharu berpikir dengan keras. Jika tak bisa mendapatkan bukti dari dalam, berarti mereka harus mendapatkan bukti dari luar.“Orang suruhanmu masih memantau Toni?” tanya Dharu.“Masih, aku sudah meminta mereka untuk terus memantau serta melaporkan ke mana dan dengan siapa pria itu pergi,” jawab Dika.Dharu mengangguk mendengar jawaban Dika. Dia yakin jika bisa mendapatkan bukti yang bisa menjerat dua orang itu.Saat Dika dan Dharu masih mencoba mencari cara mendapatkan bukti. Salah satu staff IT datang ke ruangan Dharu membawa sebuah berkas.“Apa kalian menemukan sesuatu?” tanya Dharu ke staff itu.“Iya, Pak. Kami berhasil melacak asal sistem yang meretas sistem kita. Meski ini tidak akurat, tapi setidaknya bisa dijadikan petunjuk,” kata staff itu memberikan data yang baru didapatkan timnya yang sudah bekerja lebih dari 24 jam unt
Dharu berjalan keluar dari lift menuju ruangan ayahnya. Dia membawa stopmap di tangan kanan, lalu masuk ke ruangan sang papa setelah mengetuk pintu lebih dulu.“Apa ada kabar baik?” tanya Evan ketika melihat Dharu datang.“Iya,” jawab Dharu lalu memberikan berkas yang dibawa ke sang papa.Evan menerima berkas itu, lalu Dharu menjelaskan saat Evan sedang membuka berkas itu.“Pak Toni terlibat dalam peretasan kemarin,” ucap Dharu.Evan langsung menatap ke Dharu saat mendengar apa yang dikatakan oleh putranya itu.“Kamu sudah menyelidikinya?” tanya Evan.“Sudah,” jawab Dharu, “sehari sebelum kejadian, Pak Toni bertemu dengan seseorang di salah satu restoran. Aku mendapatkan rekaman Cctv-nya, lalu sehari setelahnya dia bertemu dengan seseorang lagi. Di sini aku curiga jika memang Pak Toni bekerja dengan seseorang untuk kepentingannya,” ujar Dharu panjang lebar.Evan melihat bukti yang Dharu miliki, lalu memandang ke putranya itu.“Jadi, siapa yang bekerjasama dengannya sampai dia tega ber
Farhan berada di mobil yang terparkir tak jauh dari rumah Briana. Dia melihat mobil Briana datang dan masuk rumah, hingga membuatnya segera membuka ponsel.[Briana dan suaminya sudah pulang. Mama paham apa yang harus dilakukan, kan?]Farhan mengirimkan pesan ke Mirna, hingga tak lama kemudian mendapat balasan dari sang mama.[Iya.]Farhan tersenyum miring membaca pesan balasan dari Mirna. Dia meletakkan ponsel lalu menunggu sampai sang mama melakukan tugasnya.Di rumah Briana. Mirna memandang botol yang diberikan Farhan. Dia memandang keluar kamar lalu kembali menatap botol itu.Mirna memasukkan botol itu ke saku seragam pelayan, lalu keluar dari kamar. Saat baru saja keluar, kebetulan Briana datang mencarinya.“Bikinin kopi 2, nanti antar ke kamar!” perintah Briana lalu pergi tanpa menunggu balasan dari Mirna.Mirna menatap Briana pergi lalu tampak berpiki sejenak sebelum kemudian pergi ke dapur membuat kopi untuk Briana.Briana kembali ke kamar. Dharu sedang mandi saat Briana masuk
Sesaat sebelumnya. Mirna terlihat ragu saat akan pergi dari kamar Briana. Dia kembali berbalik lalu mengetuk pintu kamar Briana dengan sangat kencang.Briana yang baru saja masuk akhirnya kembali membuka pintu dan melihat ekspresi wajah panik Mirna.“Ada apa?” tanya Briana keheranan.“Aku mau menyampaikan sesuatu, ini penting,” jawab Mirna.Briana mengerutkan alis bingung mendengar jawaban Mirna.“Biar aku masuk kamar dan menjelaskan semuanya,” kata Mirna mencoba meyakinkan.Briana masih memegang nampan berisi cangkir teh, hingga Dharu keluar untuk melihat apa yang terjadi.Mirna akhirnya diizinkan masuk karena memaksa. Hingga Briana dan Dharu menatap keheranan karena Mirna lancang minta masuk.Mirna tidak tahu apakah yang dilakukannya benar atau tidak. Namun, dia takut jika terseret masalah karena ulah putranya yang dendam ke Dharu dan Briana. Dia masih punya anak lain yang perlu perhatiannya, sehingga Mirna tak mau mengorbankan dirinya sendiri demi Farhan sebab dia tahu, saat terjad
Briana menoleh ke belakang, melihat sebuah mobil tampak melaju di belakang mobilnya.“Sepertinya Mama memang tidak bohong kalau Farhan merencanakan ini semua,” ucap Briana yang memangku Dharu.“Berarti rencanaku sudah tepat,” balas Dharu.Briana mengangguk lalu memandang ke sopir.“Pak, apa pun yang terjadi dan siapa pun yang tanya soal suamiku, bilang dia keracunan,” ucap Briana menekankan untuk melancarkan rencana mereka.“Siap, Non.”Briana kembali menoleh ke belakang, hingga masih melihat mobil yang membuntuti mereka.Dharu sudah menghubungi dokter pribadi keluarga dan memberitahukan rencananya. Saat mobil mereka sampai di depan IGD, dokter dan perawat sudah menunggu.Mereka memperlakukan Dharu seperti benar-benar keracunan untuk meyakinkan Farhan jika Mirna sudah melakukan tugasnya. Dharu sendiri memiliki keyakinan kalau Farhan takkan membiarkannya selamat, sehingga sekarang menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan untuk memancing Farhan keluar.Farhan melihat dari jauh Dharu yan
“Lebih baik kamu pulang,” ucap Dharu sambil menatap Briana yang duduk di tepian ranjang.“Bagaimana bisa aku pulang, sedangkan ada kemungkinan bahaya yang akan menyerangmu,” balas Briana sambil menggenggam erat telapak tangan Dharu.Dharu tersenyum mendengar balasan Briana, lalu berkata, “Jika kamu di sini, aku yakin Farhan tidak akan muncul. Kamu pulanglah, ada Dika dan yang lain bersembunyi di sekitarku. Kamu jangan mencemaskan apa pun.”Briana menghela napas kasar mendengar ucapan Dharu, meski banyak yang melindungi Dharu, tapi tetap saja Briana cemas.“Dika sudah menyuruh beberapa orang agar mengawalmu pulang untuk berjaga-jaga. Perlihatkanlah ke Farhan kalau kamu tidak menungguiku, sehingga dia mulai beraksi. Aku yakin sekarang ini dia sedang memantau dan menunggu ada kesempatan untuk menyerangku,” ujar Dharu menjelaskan.Briana berpikir sejenak, hingga akhirnya mengangguk setuju untuk meninggalkan suaminya.“Tetaplah terlihat sedih, aku hanya butuh kamu terlihat tak menjagaku,”
Dharu berbaring layaknya orang sakit. Dia memejamkan mata tapi dalam kondisi sadar karena harus waspada. Hening suasana ruangan itu, hanya terdengar detak jam dan sesekali terdengar suara langkah kaki di luar.“Apa kamu yakin dia akan muncul untuk menghabisimu.”Dharu mendengar suara Dika melalui earphone yang terpasang di telinganya. Dia menggerutu karena Dika malah bicara.“Kita tunggu saja dan tetap waspada,” balas Dharu dengan suara lirih dan mata masih terpejam.Lama Dharu menunggu, hingga dia sesekali membuka mata agar tidak tertidur. Hingga saat tengah malam, terdengar suara pintu terbuka. Dharu melirik ada cahaya yang menyelinap masuk dari luar dan ada bayangan yang masuk ke kamar itu sebelum akhirnya pintu kembali tertutu.Dharu mencoba menajamkan pendengaran, tapi tak bisa karena telinga tertutup earphone, sampai akhirnya dia merasakan ada bayangan di dekatnya.Dharu membuka mata dengan cepat, hingga melihat seorang pria memakai masker sudah memegang kain seperti siap diguna
Di rumah mewah Sandi. Pagi itu istri Sandi murka melihat berita yang beredar di beberapa stasiun televisi. Dia masuk kamar dan langsung menarik selimut yang menutupi tubuh suaminya.Sandi sangat terkejut dengan yang dilakukan istrinya sampai menatap ke sang istri yang berdiri di samping ranjang.“Lihat! Lihat kelakuanmu sekarang tersebar ke publik! Mau ditaruh mana mukamu, hah!” amuk sang istri sambil menunjuk ke televisi yang sudah dinyalakan agar suaminya melihat.Sandi kesal karena sang istri membangunkan dengan cara tak sopan, tapi kekesalan itu tak bisa diluapkan begitu melihat berita yang beredar.“Kurang apa aku, hah? Mentang-mentang aku takut denganmu, lalu kamu melakukan dan melakukan terus semua itu. Kamu memang tidak ada kapoknya, kalau sudah begini, siapa yang malu, hah!” amuk sang istri.“Diam kamu!” bentak Sandi yang pusing karena video dan foto-foto perselingkuhannya tersebar tapi sang istri malah mengomel terus.“Kamu hanya bisa dan terus membentak agar membuatku takut
Dhira dan Sean pergi ke IGD rumah sakit mereka berada sekarang. Renata di sana karena mengantar Briana yang mau melahirkan.“Ma.” Dhira langsung memanggil sang mama.“Kenapa kamu cepat sekali ke sini?” tanya Renata keheranan.“Karena aku baru periksa, jadi waktu Mama telepon, aku ada di sini,” jawab Dhira.“Periksa? Kamu sakit?” tanya Renata dengan kepanikan berlipat karena ucapan Dhira.Dhira melebarkan senyum, lantas menunjukkan hasil USG. “Tidak sakit, tapi sedang hamil. Ini, cucu kedua Mama dan Papa.”Dhira memberitahu dengan bangga, sampai membuat Renata sangat syok dan senang.“Ya Tuhan, mama tak percaya. Mama senang sekali mendengar kabar ini.” Renata langsung memeluk karena sangat bahagia.Dhira juga bahagia karena bisa menyenangkan hati sang mama.Saat keduanya saling berpelukan, tiba-tiba terdengar suara bayi yang membuat mereka terkejut.“Sudah lahir? Cepat sekali?” Dhira terkejut, apalagi melihat perawat keluar masuk ruang penanganan.Briana sudah melahirkan di ruang IGD se
“Dhira, kamu di mana?”Sean keluar dari ruang ganti mencari keberadaan Dhira yang tak menyahut padahal dia sudah memanggilnya sejak tadi. Dhira keluar dari kamar mandi, tentu saja hal itu membuat Sean keheranan.“Kenapa masuk kamar mandi lagi?” tanya Sean karena Dhira sudah mandi sejak tadi.Dhira menutup mulutnya seolah merasakan sesuatu yang ingin keluar, tapi dia tetap berjalan menghampiri Sean.Usia pernikahan mereka sudah berjalan tiga bulan. Sean sudah menerima Dhira sepenuhnya, hingga hubungan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik.“Kamu baik-baik saja?” tanya Sean karena Dhira agak pucat.“Entah, sejak tadi rasanya pusing dan mual,” jawab Dhira.Sean langsung menyentuh kening Dhira, tapi tak merasa panas.“Apa sangat pusing?” tanya Sean memastikan.Dhira sibuk mengikat dasi Sean saat mendengar pertanyaan itu.“Iya lumayan, tadi seperti berputar lalu aku mual,” jawab Dhira kemudian menatap Sean dengan wajah memelas.“Kita ke rumah sakit untuk memastikan kamu sakit apa
Riana memang bertindak kejam, tapi semua itu semata-mata dilakukan untuk melindungi Sean dari hal-hal yang tak diinginkan.Milia diam mendengar ucapan Riana. Dia hanya menunduk sambil meremas jemari karena tak bisa berbuat apa-apa.Ibu Milia juga diam karena takut, lalu memberanikan diri menatap Riana.“Kalau kami pergi dari kota ini, bagaimana dengan usaha pakaian kami? Masa mau ditinggal begitu saja? Misal mau dijual juga tidak bisa cepat laku,” ujar ibu Milia yang takut jika masih di kota itu akan dipersulit Riana.Milia terkejut mendengar ucapan sang ibu, apa itu artinya ibunya mau pindah karena ancaman Riana.“Aku akan membelinya, kalau perlu rumah sekalian akan aku beli dua kali lipat dari harga aslinya, asal kalian pergi dari kehidupan putraku!” Riana tak segan memuluskan keinginan ibu Milia asal pergi dari kota itu.Ibu Milia membayangkan uang sangat banyak yang akan diterimanya jika dijual ke Riana. Dia yang mata duitan langsung setuju begitu saja.“Baik, saya setuju menjualny
Saat sore hari, Sean pulang dan menemui Riana yang sedang bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Kamu sudah mengosongkan jadwal agar minggu depan tidak ada kendala, kan? Ingat, pernikahanmu itu minggu depan,” ucap Riana langsung mengingatkan, jangan sampai Sean lupa dan masih membuat jadwal kegiatan di perusahaan.“Mama tenang saja, Vino sudah mengatur semuanya,” balas Sean.Riana mengangguk-angguk senang karena sekarang Sean mudah diatur.“Ma, aku mau menceritakan sesuatu, tapi aku harap Mama tidak berpikiran buruk atau panik dulu,” ucap Sean ingin memberitahu soal Milia.Sean hanya ingin sang mama tahu saja, agar kelak jika terjadi sesuatu atau Milia membuat ulah, sang mama tak benar-benar syok karena sudah tahu dan mendengar sendiri darinya.Riana menoleh Sean saat mendengar apa yang dikatakan oleh putranya itu. Dia menurunkan satu kaki yang sejak tadi disilangkan, dahinya berkerut halus karena penasaran.“Memangnya kamu mau menceritakan apa?” tanya Riana dengan pikiran negati
Dhira langsung bicara tegas agar Milia sadar diri. Dia tak akan kasihan meski Milia sedang hamil, dia sadar kalau wanita seperti Milia, tidak akan puas jika hanya dikasih hati. Begitu mendapat kebaikan, wanita itu akan melunjak tak tahu diri.Milia terdiam mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Kamu pikir dengan datang menemui Sean, kamu bisa memintanya bertanggung jawab atas janin yang bukan miliknya? Kamu mungkin tak tahu, Sean sudah tahu segalanya tentang kebusukanmu.” Dhira terus bicara untuk menyadarkan Milia.Milia sangat terkejut mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Bahkan tahu kalau kamu selama ini sering tidur dengan pria lain. Sungguh aku ingin tertawa, baru kali ini melihat wanita tak tahu diri sepertimu, sudah selingkuh dan tidur dengan pria lain, tapi minta pertanggungjawaban ke pria yang kamu buang.” Dhira menjejali telinga Milia dengan fakta bahkan tak peduli itu bisa mempengaruhi pikiran dan janin Milia.
Sean mulai nyaman bersama Dhira. Sikap Dhira yang apa adanya saat bicara, membuat Sean merasa tenang.Sean keluar dari lift sambil menatap ponsel, dia mencoba menghubungi Dhira karena ingin mengajak makan siang, tapi Dhira tak menjawab panggilan darinya.“Ke mana dia?” Sean bertanya-tanya karena Dhira mengabaikan panggilan darinya.Sean berpikir apa mungkin Dhira sedang rapat atau bertemu klien, membuatnya memilih mengirim pesan kalau akan datang ke perusahaan Dhira.Saat Sean baru saja keluar dari lobi, Sean terkejut karena ada yang mencegah langkahnya.“Sean.” Milia muncul di sana dengan mata bengkak dan wajah penuh linangan air mata.“Apa lagi yang kamu inginkan?” tanya Sean mulai malas, apalagi dia sudah tahu semua kebusukan Milia.“Sean, kumohon maafkan aku. Saat ini aku tidak tahu harus bagaimana, aku membutuhkanmu,” ucap Milia sambil menggenggam telapak tangan Sean.Sean me
Milia terduduk lemas di kursi selasar yang ada di poliklinik rumah sakit. Dia menatap hasil pemeriksaan akan kondisinya sekarang ini.Milia sangat syok dan bingung karena dia ternyata sedang hamil sembilan minggu.“Bagaimana ini?” Milia mengguyar kasar rambutnya ke belakang menatap hasil tes itu.Milia mencoba menghubungi Ryan tapi sayangnya panggilannya tidak dijawab. Akhirnya Milia memutuskan pergi ke perusahaan Ryan untuk membahas masalah kehamilannya. Apalagi Ryan pernah berjanji akan menikahinya setelah Milia putus dari Sean.Milia pergi ke perusahaan Ryan, lalu menemui bagian respsionis.“Pak Ryan ada di kantornya?” tanya Mila saat bertemu resepsionis.“Maaf, apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis.Milia bingung karena belum membuat janji. Kalau dia jujur belum membuat janji, dia pasti akan diusir dari sana. Dia kemudian mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan chat lamanya saat Ryan mengajak bertemu tanpa memperlihatkan tanggal yang tertera.“Dia memintaku
Sean masih mencoba meminta maaf, dia sudah menyadari kesalahan dan ingin hubungannya dengan sang mama membaik.Riana akhirnya menatap Sean saat mendengar permintaan maaf putranya itu."Aku benar-benar sudah sadar, aku selama ini memang salah karena tak mempercayai apa yang Mama katakan," ucap Sean lagi."Kamu benar-benar sudah paham dengan apa yang mama lakukan?" tanya Riana sambil menatap Sean.Sean mendongak lalu menatap Riana sambil menganggukkan kepala.Riana lega saat melihat Sean sungguh-sungguh meminta maaf, dia lalu meminta Sean agar bangun."Aku sungguh-sungguh meminta maaf," ucap Sean.Riana tersenyum mendengar permintaan maaf dari Sean."Mama lega kalau memang benar kamu sudah sadar. Feeling orang tua itu tidak salah, Sean. Sejak awal, mama sebenarnya tak pernah masalah kamu mau sama siapa. Tapi, saat melihat attitude Milia yang buruk, mama langsung mundur. Bukan karena dia miskin, tapi karena memang dia memiliki sifat dan perilaku yang tidak baik. Jadi, kamu sekarang paham
Dhira pergi ke taman sesuai dengan permintaan Sean. Dia sebenarnya merasa agak aneh karena Sean meminta bertemu tak seperti biasanya.Dhira melihat Sean yang sudah duduk di taman menunggunya. Dia mendekat lalu duduk di samping Sean tanpa menyapa. Keduanya diam cukup lama tak ada yang bicara, Dhira sendiri tak mau buka suara sampai Sean yang mengawalinya.Setelah lama diam, Sean akhirnya menghela napas kasar. Dhira mendengar suara helaan itu tapi sengaja tak menoleh ke Sean.“Ternyata sekarang aku sadar jika sudah salah dan terlalu buta karena cinta,” ucap Sean lalu tersenyum getir.Dhira terkejut mendengar Sean tiba-tiba bicara seperti itu. Dia menoleh Sean, lalu membalas, “Memang benar, kenapa baru sadarnya sekarang?”Sean menoleh Dhira yang bicara blak-blakan, meski kesal tapi dia sadar jika Dhira hanya jujur saja.“Mama marah besar karena sikapku. aku merasa bersalah sudah membuat Mama sedih, padahal sebenarnya Mama selalu memberikan yang terbaik,” ucap Sean lagi lalu sedikit menun