Mirna terkejut mendengar pertanyaan Briana, hingga dia panik karena bingung harus menjawab apa.“Kamu tahu kalau Farhan menjadi buronan. Jika kamu tahu keberadaannya tapi kamu malah menyembunyikannya, maka kamu bisa ikut dipenjara,” ujar Briana menakut-nakuti.Mirna terkejut mendengar ucapan Briana lalu mencoba menjelaskan.“Aku tidak tahu dia di mana, tapi tadi memang dia tiba-tiba menghubungiku.” Mirna mengeluarkan ponsel lalu memperlihatkan nomor tak dikenal di aktivitas panggilan.“Aku mencoba menasihatinya agar dia menyerahkan diri dan menerima hukuman, bukankah takkan terlalu lama daripada dia terus menjadi buronan. Tapi dia tidak mau dan terus berkata kalau masih ....” Mirna menjeda ucapannya dan terlihat bingung untuk melanjutkan.“Masih apa? Katakan saja.” Briana mencoba menekan agar Mirna mau jujur.“Dia masih tidak terima karena suamimu membuat kami bangkrut. Entah apa yang akan dilakukannya, tapi Farhan tak mau menyerahkan diri,” ucap Mirna ragu-ragu.Briana menghela napas
“Aku sudah mengecek rekaman Cctv di dashboard dan tidak hal yang mencurigakan. Aku tidak mendapatkan apa-apa dari Cctv dashboard mobil,” kata Dika menjelaskan.Dharu berpikir dengan keras. Jika tak bisa mendapatkan bukti dari dalam, berarti mereka harus mendapatkan bukti dari luar.“Orang suruhanmu masih memantau Toni?” tanya Dharu.“Masih, aku sudah meminta mereka untuk terus memantau serta melaporkan ke mana dan dengan siapa pria itu pergi,” jawab Dika.Dharu mengangguk mendengar jawaban Dika. Dia yakin jika bisa mendapatkan bukti yang bisa menjerat dua orang itu.Saat Dika dan Dharu masih mencoba mencari cara mendapatkan bukti. Salah satu staff IT datang ke ruangan Dharu membawa sebuah berkas.“Apa kalian menemukan sesuatu?” tanya Dharu ke staff itu.“Iya, Pak. Kami berhasil melacak asal sistem yang meretas sistem kita. Meski ini tidak akurat, tapi setidaknya bisa dijadikan petunjuk,” kata staff itu memberikan data yang baru didapatkan timnya yang sudah bekerja lebih dari 24 jam unt
Dharu berjalan keluar dari lift menuju ruangan ayahnya. Dia membawa stopmap di tangan kanan, lalu masuk ke ruangan sang papa setelah mengetuk pintu lebih dulu.“Apa ada kabar baik?” tanya Evan ketika melihat Dharu datang.“Iya,” jawab Dharu lalu memberikan berkas yang dibawa ke sang papa.Evan menerima berkas itu, lalu Dharu menjelaskan saat Evan sedang membuka berkas itu.“Pak Toni terlibat dalam peretasan kemarin,” ucap Dharu.Evan langsung menatap ke Dharu saat mendengar apa yang dikatakan oleh putranya itu.“Kamu sudah menyelidikinya?” tanya Evan.“Sudah,” jawab Dharu, “sehari sebelum kejadian, Pak Toni bertemu dengan seseorang di salah satu restoran. Aku mendapatkan rekaman Cctv-nya, lalu sehari setelahnya dia bertemu dengan seseorang lagi. Di sini aku curiga jika memang Pak Toni bekerja dengan seseorang untuk kepentingannya,” ujar Dharu panjang lebar.Evan melihat bukti yang Dharu miliki, lalu memandang ke putranya itu.“Jadi, siapa yang bekerjasama dengannya sampai dia tega ber
Farhan berada di mobil yang terparkir tak jauh dari rumah Briana. Dia melihat mobil Briana datang dan masuk rumah, hingga membuatnya segera membuka ponsel.[Briana dan suaminya sudah pulang. Mama paham apa yang harus dilakukan, kan?]Farhan mengirimkan pesan ke Mirna, hingga tak lama kemudian mendapat balasan dari sang mama.[Iya.]Farhan tersenyum miring membaca pesan balasan dari Mirna. Dia meletakkan ponsel lalu menunggu sampai sang mama melakukan tugasnya.Di rumah Briana. Mirna memandang botol yang diberikan Farhan. Dia memandang keluar kamar lalu kembali menatap botol itu.Mirna memasukkan botol itu ke saku seragam pelayan, lalu keluar dari kamar. Saat baru saja keluar, kebetulan Briana datang mencarinya.“Bikinin kopi 2, nanti antar ke kamar!” perintah Briana lalu pergi tanpa menunggu balasan dari Mirna.Mirna menatap Briana pergi lalu tampak berpiki sejenak sebelum kemudian pergi ke dapur membuat kopi untuk Briana.Briana kembali ke kamar. Dharu sedang mandi saat Briana masuk
Sesaat sebelumnya. Mirna terlihat ragu saat akan pergi dari kamar Briana. Dia kembali berbalik lalu mengetuk pintu kamar Briana dengan sangat kencang.Briana yang baru saja masuk akhirnya kembali membuka pintu dan melihat ekspresi wajah panik Mirna.“Ada apa?” tanya Briana keheranan.“Aku mau menyampaikan sesuatu, ini penting,” jawab Mirna.Briana mengerutkan alis bingung mendengar jawaban Mirna.“Biar aku masuk kamar dan menjelaskan semuanya,” kata Mirna mencoba meyakinkan.Briana masih memegang nampan berisi cangkir teh, hingga Dharu keluar untuk melihat apa yang terjadi.Mirna akhirnya diizinkan masuk karena memaksa. Hingga Briana dan Dharu menatap keheranan karena Mirna lancang minta masuk.Mirna tidak tahu apakah yang dilakukannya benar atau tidak. Namun, dia takut jika terseret masalah karena ulah putranya yang dendam ke Dharu dan Briana. Dia masih punya anak lain yang perlu perhatiannya, sehingga Mirna tak mau mengorbankan dirinya sendiri demi Farhan sebab dia tahu, saat terjad
Briana menoleh ke belakang, melihat sebuah mobil tampak melaju di belakang mobilnya.“Sepertinya Mama memang tidak bohong kalau Farhan merencanakan ini semua,” ucap Briana yang memangku Dharu.“Berarti rencanaku sudah tepat,” balas Dharu.Briana mengangguk lalu memandang ke sopir.“Pak, apa pun yang terjadi dan siapa pun yang tanya soal suamiku, bilang dia keracunan,” ucap Briana menekankan untuk melancarkan rencana mereka.“Siap, Non.”Briana kembali menoleh ke belakang, hingga masih melihat mobil yang membuntuti mereka.Dharu sudah menghubungi dokter pribadi keluarga dan memberitahukan rencananya. Saat mobil mereka sampai di depan IGD, dokter dan perawat sudah menunggu.Mereka memperlakukan Dharu seperti benar-benar keracunan untuk meyakinkan Farhan jika Mirna sudah melakukan tugasnya. Dharu sendiri memiliki keyakinan kalau Farhan takkan membiarkannya selamat, sehingga sekarang menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan untuk memancing Farhan keluar.Farhan melihat dari jauh Dharu yan
“Lebih baik kamu pulang,” ucap Dharu sambil menatap Briana yang duduk di tepian ranjang.“Bagaimana bisa aku pulang, sedangkan ada kemungkinan bahaya yang akan menyerangmu,” balas Briana sambil menggenggam erat telapak tangan Dharu.Dharu tersenyum mendengar balasan Briana, lalu berkata, “Jika kamu di sini, aku yakin Farhan tidak akan muncul. Kamu pulanglah, ada Dika dan yang lain bersembunyi di sekitarku. Kamu jangan mencemaskan apa pun.”Briana menghela napas kasar mendengar ucapan Dharu, meski banyak yang melindungi Dharu, tapi tetap saja Briana cemas.“Dika sudah menyuruh beberapa orang agar mengawalmu pulang untuk berjaga-jaga. Perlihatkanlah ke Farhan kalau kamu tidak menungguiku, sehingga dia mulai beraksi. Aku yakin sekarang ini dia sedang memantau dan menunggu ada kesempatan untuk menyerangku,” ujar Dharu menjelaskan.Briana berpikir sejenak, hingga akhirnya mengangguk setuju untuk meninggalkan suaminya.“Tetaplah terlihat sedih, aku hanya butuh kamu terlihat tak menjagaku,”
Dharu berbaring layaknya orang sakit. Dia memejamkan mata tapi dalam kondisi sadar karena harus waspada. Hening suasana ruangan itu, hanya terdengar detak jam dan sesekali terdengar suara langkah kaki di luar.“Apa kamu yakin dia akan muncul untuk menghabisimu.”Dharu mendengar suara Dika melalui earphone yang terpasang di telinganya. Dia menggerutu karena Dika malah bicara.“Kita tunggu saja dan tetap waspada,” balas Dharu dengan suara lirih dan mata masih terpejam.Lama Dharu menunggu, hingga dia sesekali membuka mata agar tidak tertidur. Hingga saat tengah malam, terdengar suara pintu terbuka. Dharu melirik ada cahaya yang menyelinap masuk dari luar dan ada bayangan yang masuk ke kamar itu sebelum akhirnya pintu kembali tertutu.Dharu mencoba menajamkan pendengaran, tapi tak bisa karena telinga tertutup earphone, sampai akhirnya dia merasakan ada bayangan di dekatnya.Dharu membuka mata dengan cepat, hingga melihat seorang pria memakai masker sudah memegang kain seperti siap diguna