Sandi sudah sangat panik karena berita perselingkuhannya terbongkar, lalu Toni juga ditangkap atas dugaan terlibat peretasan yang terjadi di perusahaan Dharu.“Pak, lebih baik Anda pergi dari sekarang sebelum terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan,” ucap Ibra karena banyak wartawan yang mulai mencari keberadaan Sandi.Sandi mengepalkan erat. Dia merasa semua yang terjadi karena ulah Dharu. Sandi berpikir jika Dharu pasti sudah tahu kalau dia terlibat dalam peretasan sistem perusahaan, sehingga sekarang memberikan foto-foto perselingkuhannya ke publik agar dia mendapat masalah.“Apa kamu pikir aku akan kalah begitu saja?” Sandi menatap geram ke Ibra.Ibra sangat terkejut melihat tatapan Sandi, tapi berusaha untuk tetap tenang.“Pak, sekarang bukan masalah menang atau kalah. Tapi ini demi nama baik Anda. Saya akan berusaha mencari cara untuk menutup kasus ini, tapi Anda lebih baik bersembunyi dulu,” kata Ibra menjelaskan.“Di luar sana wartawan menanti Anda, meminta klarifikasi Anda at
“Dari kesaksian pelaku penculikan dan juga kesaksian Toni, apa kita bisa menjerat Sandi?” tanya Dharu ke kuasa hukum keluarga untuk mendiskusikan kasus yang menimpa Dhira juga.Dhira duduk dirangkul Briana dan terus ditenangkan karena masih gemetar.“Pelakunya saja sudah mengaku, masa tidak bisa membuat pria itu mendekam di penjara?” Dhira benar-benar tidak terima kalau sampai Sandi bebas begitu saja.“Anda tenang saja, polisi sudah membuat laporan percobaan penculikan Anda, lalu akan segera melakukan tindakan dengan menangkap dalang dari rencana penculikan itu. Kami akan memantaunya, Anda jangan cemas,” ucap pengacara.Setelah berdiskusi panjang, akhirnya pengacara undur diri.Dhira masih mengembuskan napas berulang kali untuk meredam kecemasannya. Dia benar-benar tak menyangka kalau Sandi berniat menculiknya.“Kamu tenang saja, pria itu pasti akan hancur,” ucap Dharu sambil menggenggam telapak tangan Dhira.Dhira mengangguk mendengar ucapan Dharu, tubuhnya masih terasa lemas karena
“Apa yang membuat kalian datang ke sini? Aku tidak membuat kesalahan, kan?” tanya Mirna setelah mempersilakan Briana dan Dharu masuk.“Tidak,” jawab Briana.Rani keluar membawa dua cangkir teh lalu disuguhkan untuk Briana dan Dharu.“Kami hanya punya teh karena setelah ini akan pergi dari sini,” ucap Rani setelah menyajikan teh itu.Briana cukup terkejut menengar ucapan Rani, hingga menatap iparnya itu lalu ke mantan mertuanya.“Kalian mau pindah kontrakan?” tanya Briana memastikan.Mirna menoleh Rani yang duduk di sampingnya, kemudian memandang ke Briana lagi.“Rani merasa tak nyaman dengan berita yang beredar, apalagi ada foto dirinya yang menjadi selingkuhan. Meski fotonya diblur, tapi tetap saja Rani takut kalau ada yang mengenalinya. Jadi aku memutuskan ingin mengajaknya pindah ke luar kota. Setidaknya kami juga bisa memulai kehidupan baru di sana,” jawab Mirna sambil tersenyum getir karena harus pergi dari kota itu.Briana cukup terkejut hingga menoleh Dharu. Mereka tak bercerit
“Apa ada masalah?” tanya Mirna terkejut karena ada yang mencarinya, bahkan sampai menemui saat dirinya baru keluar dari kantor polisi.“Bisa kita bicara di tempat yang lebih pribadi?” tanya pria itu sambil tersenyum.Mirna mengangguk-angguk pelan meski ragu. Dia lantas ikut pria itu yang mengajaknya pergi ke kafe di dekat kantor polisi.Mirna duduk dengan perasaan cemas, apalagi pria itu membuka tas yang dibawa lalu mengeluarkan sesuatu.Pria itu kembali memandang Mirna setelah mengeluarkan sebuah stopmap.“Saya mendapat amanat untuk memberikan ini kepada Anda,” kata pria itu memberikan stopmap yang dibawa ke Mirna.Mirna bingung hingga tak langsung menerima stopmap itu.“Ini apa dan dari siapa?” tanya Mirna.Pria itu tersenyum lalu berkata, “Sebaiknya Bu Mirna lihat dulu.”Mirna akhirnya menerima stopmap itu lalu membuka isinya. Dia terkejut ada kartu ATM dan juga surat pembayaran sebuah ruko dan rumah.“Apa ini?” tanya Mirna bingung.“Begini, Bu Briana meminta agar saya menyiapkan se
“Masih ada yang lain?” tanya Briana setelah menandatangani berkas yang disodorkan sekretarisnya.“Ini yang terakhir,” jawab sekretaris Briana.Briana mengangguk lalu memberikan berkas yang baru saja ditandatanganinya.Sekretaris Briana pergi meninggalkan ruangan itu, hingga beberapa saat kemudian telepon kabel di mejanya berdering, membuat Briana menjawab panggilan itu.“Selamat siang Bu Briana.”“Siang.” Briana menjawab sambil memperhatikan laptop.“Maaf, di lobi ada yang ingin bertemu dengan Anda tapi belum membuat janji. Apa Anda ingin menemuinya?” tanya resepsionis dari seberang panggilan.“Siapa?” tanya Briana.“Dia bilang namanya Mirna,” jawab resepsionis.Briana terlihat tak terkejut mendengar jawaban resepsionis, hingga akhirnya berkata, “Suruh tunggu, aku akan turun.”Setelah mendapat jawaban dari resepsionis. Briana menutup panggilan lalu keluar dari ruang kerjanya. Dia pergi ke lantai bawah, lantas berjalan keluar dari lift saat sampai di lobi.Briana melihat Mirna datang m
Dhira menunggu di sebuah kafe. Pria yang menolongnya mau datang menerima tawaran darinya hingga membuat Dhira sangat senang.Hingga saat sedang menunggu, Dhira melihat pria yang menolongnya datang menggunakan motor. Dia terus memperhatikan pria itu, penampilan pria itu sederhana tapi entah kenapa bisa membuat Dhira tertarik.Dhira duduk dengan benar ketika pria itu masuk kafe, saat pria itu menoleh ke arahnya, entah kenapa jantungnya berdegup dengan sangat cepat.“Apa kamu menunggu lama? Aku terjebak macet jadi agak lama sampai,” kata pria itu saat sudah bertemu Dhira.“Tidak, tidak lama. Aku juga baru saja sampai,” balas Dhira mendadak tegang.Pria itu mengangguk lantas duduk berhadapan dengan Dhira.Dhira memilih memanggil pelayan dulu untuk memesan, lalu kemudian menatap pria yang duduk berhadapan dengannya.“Apa penanganan kasusnya berjalan lancar?” tanya pria itu.“Bukti dan saksinya sudah cukup, dalangnya juga sudah ditangkap. Aku bersyukur hari itu ada kamu, kalau tidak entah b
Kini Briana bisa bernapas lega karena akhirnya masalah Farhan sudah selesai. Proses hukum sudah berjalan karena Farhan melakukan banyak tindak pidana.“Sekarang kamu sudah bisa hidup tenang. Apa ada sesuatu yang sangat ingin kamu lakukan?” tanya Dharu saat duduk berdua dengan Briana di balkon kamar.Briana menoleh Dharu, lalu membalas, “Tidak ada. Aku hanya ingin hidup tenang seperti dulu meski takkan sama karena sudah tidak ada Papa di sini.”Briana tiba-tiba teringat dengan sang papa hingga membuatnya sedih.Dharu meraih telapak tangan Briana lalu menggenggamnya erat.“Papamu pasti sudah sangat lega karena akhirnya kamu bisa lepas dari hal yang membuatnya cemas,” ucap Dharu.Briana mengangguk mendengar ucapan Dharu, senang karena dia juga lega bisa keluar dari kehidupan yang sebenarnya tak diinginkan.“Bagaimana kalau kita menambah anggota keluarga?” tanya Dharu sambil memandang Briana.Briana terkejut mendengar ucapan Dharu hingga menatap bingung ke suaminya itu.“Menambah anggota b
Dhira menatap ponselnya terus menerus, ini sudah lebih dari satu minggu tapi Sean tak pernah menghubunginya lagi.“Tidak mungkinkan kalau aku tiba-tiba menghubunginya dan menanyakan keinginannya seperti yang pernah dia janjikan? Bukankah aku akan terkesan murahan?”Dhira berpikir dua kali meski sangat ingin sekali bertemu Sean. Dia juga sudah berusaha mencari di mana bengkel tempat Sean bekerja, tapi ternyata tidak bisa menemukan tempat kerja pria itu.“Kenapa kamu sangat misterius, Sean?” Dhira benar-benar dibuat penasaran dan tidak bisa mengabaikan pria itu sama sekali.Dhira menghela napas kasar, lalu meletakkan ponsel di nakas, kemudian keluar dari kamarnya.“Kak.” Aldric yang baru saja keluar dari kamar menghentikan langkah Dhira.Dhira menghentikan langkah lalu menoleh ke Aldric yang berjalan menghampirinya.“Ada apa?” tanya Dhira.“Kamu ada waktu? Apa hari ini ada rencana keluar?” tanya Aldric saat sudah berdiri di hadapan sang kakak.“Tidak,” jawab Dhira, “memangnya kenapa?” t