Sean pergi ke rumah orang tua Milia. Kekasihnya itu memang dari keluarga sederhana, kedua orang tua Milia hanya pengusaha kecil sebuah toko pakaian.“Ayo,” ajak Milia sambil menggandeng tangan Sean yang baru saja memarkirkan motor.Sean mengangguk sambil memulas senyum lalu berjalan bersama Milia menuju rumah sederhana keluarga kekasihnya itu.“Yah, Bu. Aku pulang.” Milia memberi salam sebelum masuk.Orang tua Milia keluar dari kamar dan melihat putrinya pulang bersama Sean. Mereka tampak tak senang meski sebelumnya berkata ingin bertemu dengan Sean.“Duduklah,” kata Milea meminta Sean untuk duduk.Sean mengangguk lalu duduk di sofa yang ada di sana.“Ini, Sean belikan buat Ayah dan Ibu.” Milia memberikan barang yang tadi dibeli Sean di mall.Orang tua Milia hanya menengok sekilas ke paper bag yang diberikan Milia.Sean melihat orang tua Milia yang terlihat tak senang, tapi dia berusaha untuk tenang.“Yah, Bu. Sean datang untuk membahas yang pernah aku ceritakan,” kata Milia sambil me
Milia masuk rumah saat Sean sudah pergi, lalu menemui kedua orang tuanya yang sedang melihat barang pemberian Sean.“Kamu tuh bisa nyari yang lebih kaya, kenapa harus sama Sean?” tanya sang ibu keheranan dengan keputusan Milia.“Bener, Sean itu kerjaannya apa? Hanya tukang bengkel saja, gajinya juga nggak seberapa. Aku yakin dia akan mundur karena nggak sanggup membayar maharnya. Jangan sampai dia utang buat bayar mahar,” timpal ayah Milia.Milia menatap kedua orang tuanya lalu berkata, “Kita lihat saja nanti Yah, Bu. Sean itu soalnya gampang banget aku mintai, aku minta apa pun dituruti. Andai dia nggak sanggup bayar mahar dan mau mundur, ya biarkan saja. Lagian aku usuh 50 juta juga biar dia mikir. Aku mau sama dia, karena hanya dia yang bisa mencukupi kebutuhan dan keinginanku.”“Ya, kalau memang kamu bisa dapat yang lebih kaya. Tinggalin saja Sean kalau memang tidak segera nikahin kamu,” ucap sang ibu.Milia hanya diam. Dia memang awalnya menyukai Sean, tapi saat tahu kalau Sean h
“Tumben kamu ambil cuti?” tanya Renata karena Dhira menemani Aldric membuat tugas lalu seharian di rumah.Dhira menoleh sang mama. Dia sejak tadi melamun lalu disadarkan dengan kedatangan sang mma.“Iya, pagi tadi sebenarnya agak malas karena sedang datang bulan, jadi izin libur, tapi Aldric malah mengajak keluar,” jawab Dhira lalu bangun dan duduk bersila di atas ranjang.“Tapi tidak sampai demam, kan?” tanya Renata lalu menyentuh kening Dhira.“Nggak, hanya sakit perut saja seperti biasa,” jawab Dhira.Renata mengangguk-angguk mendengar jawaban Dhira.“Ya sudah, mama pikir kenapa kamu tumben izin nggak ke kantor, padahal besok juga libur,” ucap Renata.Dhira hanya melebarkan senyum, lalu melihat sang mama meninggalkan kamar. Dhira mengambil bantal, lantas memeluk dan meletakkan dagu di atas bantal.Dhira sebenarnya sedang memikirkan Sean, apalagi tadi sangat jelas melihat pria itu di mall.“Apa Sean lupa, ya? Atau dia memang tak mengharapkan balasan? Kenapa aku sangat berharap dia m
Hari berikutnya. Dhira memilih keluar jalan-jalan karena merasa bingung harus apa. Tak biasanya dia pergi di hari libur karena lebih suka menghabiskan waktu di rumah, tapi karena hari ini merasa sangat jenuh membuat Dhira memilih keluar.Dhira pergi ke kafe tempat dirinya pertama kali bertemu Sean, berharap bisa melihat pria itu lagi di sana. Dhira memesan minuman dan duduk di dekat jendela, dia minum sambil memperhatikan jalan, berharap bisa melihat Sean.“Aku seperti orang bodoh,” gumam Dhira sambil menggeleng kepala pelan karena tingkahnya benar-benar di luar prediksi.Dhira sadar jika berada di sana takkan membuatnya bertemu Sean. Dia bisa saja menghubungi, tapi takutnya akan dianggap aneh dan dia takut mengganggu pekerjaan Sean.“Andai aku tahu di mana dia bekerja, pasti lebih mudah karena aku bisa berpura datang mengecek mobil,” gumam Dhira lagi lalu mengembuskan napas kasar.Dhira akhirnya menghabiskan minumannya, lalu memilih meninggalkan kafe karena dia sudah berada di sana cu
Dhira mengikuti mobil yang dikemudikan Sean untuk memastikan apakah Sean benar-benar memiliki kekasih atau bukan. Dia mengawasi dari jauh, melihat Sean bertukar mobil dengan motor, lalu pria itu pergi lagi mengendarai motor.Dhira benar-benar sangat penasaran, hingga melihat Sean berhenti di dekat sebuah kafe lalu turun dari motor. Saat itu, Dhira melihat seorang wanita berjalan menghampiri Sean dengan senyum mengembang, bahkan langsung menggandeng tangan Sean.“Dia benar-benar sudah punya kekasih,” gumam Dhira penuh rasa kecewa.Awalnya Dhira berharap bisa mendekati Sean lalu menjalin hubungan dengan pria itu, tapi sekarang keinginannya itu pupus sudah.“Apa sebenarnya yang kamu harapkan, Dhira.” Dhira tersenyum getir karena merasa sangat sakit.Dhira masih memperhatikan Sean bersama wanita itu, lalu Sean mengemudikan mobil meninggalkan tempat itu.Sean mengajak Milia jalan ke taman, mereka sudah ada di taman lalu berjalan berdua.“Bagaimana dengan rencana kita?” tanya Milia saat mere
“Di mana Dhira?” tanya Dharu yang malam itu datang berkunjung ke rumah.Briana juga mencari keberadaan Dhira yang biasanya berkumpul bersama keluarga sebelum jam makan malam.Renata memandang ke atas saat mendengar pertanyaan Dharu, lalu kembali menatap putranya itu.“Tadi Dhira pergi, tapi saat pulang dia seperti marah atau sedih, entahlah mama juga tidak tahu. Yang jelas saat mama panggil, dia bilang lelah dan mau istirahat, tapi sampai sekarang malah sama sekali belum keluar dari kamar,” jawab Renata menjelaskan.Evan, Dharu, dan yang lain terkejut karena tidak tahu Dhira mengurung diri.“Aku akan coba menemuinya,” ucap Dharu lalu pergi ke kamar Dhira.Dharu sudah berada di depan kamar Dhira, hingga kemudian mengetuk pintu kamar adiknya itu.“Dhira!” Dharu memanggil setelah mengetuk.Tak lama setelah Dharu memanggil, pintu kamar terbuka dan terlihat Dhira yang berpenampilan acak-acakan seperti baru bangun tidur.“Ada apa?” tanya Dhira sambil menatap kembarannya itu.Dharu memperhati
Dhira terus memikirkan perselingkuhan yang tadi dilihatnya. Dia tentunya kesal karena wanita yang dicintai Sean, ternyata malah selingkuh di belakang pria itu.“Jika aku memberitahu Sean, apa dia akan percaya?”Dhira benar-benar tidak bisa tenang, apalagi yang diselingkuhi adalah orang yang disukainya. Dia mengambil ponsel, lalu nekat menghubungi Sean.Dhira menunggu panggilan itu dijawab, hingga akhirnya Sean menjawab panggilan itu.“Halo.”Dhira terlihat lega mendengar suara Sean.“Apa kamu sibuk?” tanya Dhira saat panggilannya dijawab Sean.“Tidak juga, ada apa?” tanya Sean balik dari seberang panggilan.“Apa bisa bertemu sebentar, ada hal yang ingin kusampaikan,” jawab Dhira nekat ingin memberitahu Sean meski tanpa bukti.Dhira menunggu balasan dari Sean, hingga pria itu kembali bicara.“Maaf, aku tidak bisa,” balas Sean.Dhira agak kecewa, tapi kemudian kembali bicara.“Aku ingin memberitahumu sesuatu, jika kamu tidak bisa menemuiku, maka dengarkan apa yang akan kukatakan,” ucap
“Tunggu, bisa bicara sebentar?”Riana tiba-tiba mengejar Renata yang baru saja keluar dari kafe setelah berkumpul dengan teman-teman sosialita.Renata menghentikan langkah, lalu menoleh ke Riana yang berjalan menghampirinya.“Kamu dari keluarga Danantya, kan?” tanya Riana memastikan.“Ya, kita sering berkumpul seperti ini, tapi sepertinya kita juga jarang sekali berkomunikasi satu sama lain,” jawab Renata menjelaskan.Riana tertawa kecil mendengar ucapan Renata yang sangat benar, hingga kemudian bertanya, “Apa kita bisa bicara sebentar?”Renata diam menatap Riana, sepertinya dia bisa menebak alasan Riana ingin bicara dengannya.“Tentu,” balas Renata mengiakan ajakan Riana.Keduanya pergi ke restoran yang lebih private agar bisa mengobrol berdua.“Apa kamu mengajakku ke sini untuk membahas ide para wanita itu?” tanya Renata langsung menebak.Riana tersenyum mendengar pertanyaan Renata, hingga kemudian membalas, “Ya, aku tiba-tiba saja berpikir jika ide itu tidak buruk juga.”Renata dia