Terima kasih yang sudah membaca sampai bab ini. Saya berterima kasih dan senang kalau kalian mau meninggalkan komentar atau ulasan dan bintang 5 di bagian depan. Terima kasih
“Farhan mulai meneror Briana, aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut,” ucap Dharu saat Dika menemuinya di ruang kerja hari itu.“Dia tidak akan mungkin berani menerormu, karena itu sasarannya berpindah ke Briana yang mungkin baginya lebih mudah untuk disasar,” balas Dika.Dharu menghela napas kasar, telunjuknya mengetuk-ngetuk di meja.“Sampai detik ini orang suruhan kita belum juga bisa menangkapnya. Bagaimana mungkin tidak bisa, sedangkan dia sepertinya ada di sekitar Briana?”Dharu mulai berpikir keras demi keselamatan Briana.“Aku akan minta tambahan orang untuk mencarinya, kalau perlu memberikan imbalan besar bagi yang menemukannya. Bagaimana?” tanya Dika memberikan ide.Dharu berpikir sejenak, hingga merasa hanya itu yang bisa dilakukan sekarang.“Baiklah, lakukan apa pun asal Farhan bisa tertangkap!” perintah Dharu.Dika mengangguk lalu pamit keluar dari ruang kerja Dharu. Saat baru saja Dika keluar, ponsel Dharu berdering dengan nama Dhira terpampang di layar.“Ada apa?” tany
Briana pergi bersama Medha untuk makan siang bersama. Mereka pergi ke kafe yang tidak terlalu jauh dengan perusahaan. Keduanya sudah duduk di salah satu meja menunggu dilayani.“Selamat datang, kalian mau pesan apa?”Briana menoleh ke pelayan yang menghampiri, hingga sangat terkejut saat melihat siapa yang berdiri di samping meja.“Rani?”Rani siap mencatat, hingga terkejut ketika baru menyadari jika wanita yang duduk di meja itu adalah Briana.Medha juga terkejut melihat Rani di sana. Dia baru saja meletakkan tas di samping, sehingga tak menyadari kalau Rani datang sebagai pelayan.Rani gelagapan melihat Briana dan Medha, tapi karena tetap harus profesional bekerja. Dia tetap melayani Briana dan Medha.“Kalian mau pesan apa?” tanya Rani dengan suara lirih sambil menunduk malu.Briana dan Medha saling tatap. Medha sendiri terlihat puas melihat keluarga Farhan satu persatu hidup susah.Briana sempat terdiam sejenak, lalu akhirnya memesan minuman dan makanan begitu juga dengan Medha.Ra
“Kalau salah menu atau ada yang kurang berkenan, aku akan menggantinya,” ucap Rani cepat dengan suara gemetar karena takut terkena masalah.Briana melihat kepanikan dalam tatapan mata Rani. Dia menyodorkan lebih dekat, lalu berkata, “Tidak ada masalah, aku tiba-tiba merasa makanan ini kelebihan untukku. Ambillah kembali, makan atau terserah, tapi akan tetap aku bayar.”Briana menyodorkan piring itu tanpa menatap Rani, menunggu sampai mantan iparnya itu mengambil.Medha hanya diam karena sudah bisa menebak maksud Briana. Dia melirik Rani yang bingung dan panik, lalu berkata, “Ambil saja daripada kamu terkena komplain, bukankah terpenting kami yang membayar?”Rani menoleh ke Medha, lalu akhirnya mengambil piring dari tangan Briana.“Baik.” Rani akhirnya pergi meninggalkan meja Briana dan Medha.Medha menatap Briana yang bersiap makan, lalu berkata, “Kasih tinggal kasih, kenapa harus ada acara bilang kebanyakan pesan?”Medha menggeleng kepala, lalu mengambil alat makan.“Dia akan besar k
“Aku sudah memperingatkannya. Jika dia masih mengganggumu, aku akan benar-benar menyebar aibnya agar dia sadar diri.”Dharu menemui Dhira lalu memberitahukan apa yang sudah dilakukannya.“Terima kasih,” ucap Dhira lega karena memiliki saudara yang sangat melindunginya.“Sepertinya dia belum kapok meski istrinya tahu kalau dia berselingkuh. Dia membuang Rani lalu beraninya mengejarmu, dia benar-benar tak punya muka.” Dharu bicara dengan emosi meluap karena kesal.“Aku juga tidak tahu, kenapa harus aku? Padahal menggodanya saja tidak pernah, bagaimana bisa dia mengejarku,” gerutu Dhira lelah dan malas karena Sandi terus mengganggunya.Dharu menatap Dhira yang kesal. Tentunya dia tahu seperti apa sifat sang adik, sehingga percaya jika apa yang Sandi lakukan bukan karena Dhira melakukan sesuatu ke pria itu.“Sudah, yang penting aku sudah memperingatkannya. Jika dia masih tak mengindahkan peringatanku, maka aku akan membuatnya menyesal seumur hidupnya karena berani mengganggumu,” ucap Dhar
Sandi begitu kesal karena Dharu berani mengancamnya. Dia tak menyangka kalau Dharu memiliki bukti kalau dia memiliki wanita simpanan.“Lebih baik untuk sekarang Anda jangan gegabah, Pak. Saranku, berhenti saja mengejar Nona Dhira,” ujar Ibra mencoba menasihati agar aib bosnya itu aman.Sandi langsung menatap tajam ke Ibra. Dia tak menyangka akan kalah dalam mendapatkan wanita hingga berakhir mendapat ancaman.“Dia pikir bisa melakukan segalanya, bahkan berani mengancamku!” geram Sandi.“Tapi itu kenyataannya, Pak. Saya tahu kalau istri Anda tidak akan bisa membangkang meski Anda memiliki simpanan, tapi keluarga Nona Dhira juga pasti takkan diam jika Anda terus mengganggunya. Saya harap Anda memikirkan ini dengan baik untuk sekarang,” ujar Ibra mencoba menasihati.Sandi sangat kesal meskipun apa yang dikatakan Ibra semuanya benar. Dia sangat penasaran dengan Dhira, karena itu Sandi berusaha keras ingin mendapatkan wanita itu, tapi sayangnya dia lupa kalau Dhira memiliki saudara yang se
Malam semakin larut, kini di kamar itu hanya terdengar suara denting jam dinding dengan jarum jam yang terus berputar. Dharu memeluk Briana saat mereka tidur, hingga lelap mereka terganggu karena suara ponsel Dharu yang terus berdering.“Ponselmu terus berdering, lihatlah dulu siapa yang menghubungi,” ucap Briana dengan suara serak.Dharu sebenarnya enggan menjawab panggilan itu, tapi karena Briana meminta melihat siapa yang menghubungi, membuat Dharu akhirnya menyalakan lampu kemudian melihat jam dindin menunjukkan pukul satu malam.Dharu mengambil ponsel, melihat nama Dika terpampang di layar.“Hal apa yang membuatmu sampai menghubungiku di tengah malam?” tanya Dharu sambil memijat kening karena merasa pusing.“Sistem perusahaan diretas seseorang dan sampai sekarang belum bisa dipulihkan.”Dharu langsung membuka mata lebar mendengar ucapan Dika. Dia sampai duduk dengan tegap karena mendengar sistem perusahaannya diretas.“Kamu sudah meminta tim IT untuk menanganinya?” tanya Dharu.“
Briana tak bisa tidur nyenyak semalaman sejak Dharu pergi. Sesekali dia bangun untuk mengecek apakah suaminya menghubungi, hingga sampai pagi tapi Dharu belum pulang dan belum menghubungi juga.Pagi itu Briana sudah selesai mandi, saat baru saja keluar dari kamar mandi, ponselnya berdering dan membuat Briana langsung mengecek siapa yang menghubungi.Briana tersenyum melihat nama Dharu terpampang di layar ponsel, dia langsung menjawab panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Briana saat menjawab panggilan dari Dharu.“Sudah teratasi, tapi ada beberapa data yang terhapus,” jawab Dharu dari seberang panggilan.Briana sangat terkejut dan kini mencemaskan Dharu yang pasti sedang sangat frustasi.“Apa sudah terlacak siapa yang meretas?” tanya Briana meski itu sedikit mustahil.“Tim sudah menemukan asal peretas itu masuk, aku tidak akan pulang karena ingin melakukan investigasi. Tidak masalah, kan?” tanya Dharu meminta izin karena tak menepati janji untuk pulang.“Ya, tidak masalah,” jawab Briana m
Dharu melipat kedua tangan di depan dada, menunggu staff membuktikan jika tak bersalah dan semalam benar-benar tak datang ke kantor.Hingga terdengar suara ketukan pintu yang membuat semua orang di ruangan itu menoleh. Pintu terbuka setelah Dika mempersilakan, hingga Dharu dan Dika sama-sama terkejut melihat siapa yang datang.“Kenapa kamu malah ke sini?” tanya Dharu ke wanita yang tak lain sekretarisnya.Sekretaris Dharu melirik ke pria yang sedang disidak dan melihat pria itu mengangguk memintanya mendekat.Dika sampai melongo, lalu memandang ke staff yang dituduh sebagai penyebab sistem perusahaan diretas.“Dia pacarmu?” tanya Dika seolah tak percaya.Staff itu mengangguk pasrah. Di perusahaan itu sudah ada peraturan jika tak boleh pacaran dengan sesama karyawan untuk menghindari ketidakprofesionalan saat bekerja. Sebab itulah staff panik saat diminta membuktikan kalau dirinya punya pacar.Mengabaikan SOP yang berlaku. Dharu tetap harus menginterogasi dulu untuk menguak siapa pelak