Briana tak bisa tidur nyenyak semalaman sejak Dharu pergi. Sesekali dia bangun untuk mengecek apakah suaminya menghubungi, hingga sampai pagi tapi Dharu belum pulang dan belum menghubungi juga.Pagi itu Briana sudah selesai mandi, saat baru saja keluar dari kamar mandi, ponselnya berdering dan membuat Briana langsung mengecek siapa yang menghubungi.Briana tersenyum melihat nama Dharu terpampang di layar ponsel, dia langsung menjawab panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Briana saat menjawab panggilan dari Dharu.“Sudah teratasi, tapi ada beberapa data yang terhapus,” jawab Dharu dari seberang panggilan.Briana sangat terkejut dan kini mencemaskan Dharu yang pasti sedang sangat frustasi.“Apa sudah terlacak siapa yang meretas?” tanya Briana meski itu sedikit mustahil.“Tim sudah menemukan asal peretas itu masuk, aku tidak akan pulang karena ingin melakukan investigasi. Tidak masalah, kan?” tanya Dharu meminta izin karena tak menepati janji untuk pulang.“Ya, tidak masalah,” jawab Briana m
Dharu melipat kedua tangan di depan dada, menunggu staff membuktikan jika tak bersalah dan semalam benar-benar tak datang ke kantor.Hingga terdengar suara ketukan pintu yang membuat semua orang di ruangan itu menoleh. Pintu terbuka setelah Dika mempersilakan, hingga Dharu dan Dika sama-sama terkejut melihat siapa yang datang.“Kenapa kamu malah ke sini?” tanya Dharu ke wanita yang tak lain sekretarisnya.Sekretaris Dharu melirik ke pria yang sedang disidak dan melihat pria itu mengangguk memintanya mendekat.Dika sampai melongo, lalu memandang ke staff yang dituduh sebagai penyebab sistem perusahaan diretas.“Dia pacarmu?” tanya Dika seolah tak percaya.Staff itu mengangguk pasrah. Di perusahaan itu sudah ada peraturan jika tak boleh pacaran dengan sesama karyawan untuk menghindari ketidakprofesionalan saat bekerja. Sebab itulah staff panik saat diminta membuktikan kalau dirinya punya pacar.Mengabaikan SOP yang berlaku. Dharu tetap harus menginterogasi dulu untuk menguak siapa pelak
Siang itu para direksi perusahaan Dharu menghadiri rapat membahas sistem yang baru saja diretas hingga mengakibatkan penurunan harga saham pagi ini.“Bagaimana sistem inti perusahaan bisa disusupi peretas? Bukankah selama bertahun-tahun tidak ada yang bisa menyusup? Apa perusahaan ini mengalami penurunan kualitas?”Salah satu direksi langsung mencecar karena merasa paling dirugikan akibat penurunan saham yang lumayan signifikan.Dharu memandang ke direksi yang baru saja melayangkan protes. Dia lalu mencoba menjelaskan duduk perkara masalah yang terjadi.“Saya tahu selama ini tak ada yang bisa menyusup ke sistem kita karena kecanggihan pengamanan sistem perusahaan. Namun, hal ini tentunya tidak terjadi begitu saja. Peretas itu tidak masuk melalui celah di luar, melainkan masuk dari server yang terbuka tanpa keamanan di dalam perusahaan,” ujar Dharu mulai menjelaskan.“Selama ini tidak yang ceroboh melakukan itu? Apa kamu yakin kalau masalahnya memang dari sana?” Direksi tadi kembali pr
Rani sudah bersiap ke kafe karena masuk siang. Dia berjalan melewati lorong menuju jalan raya untuk perg ke halte bus.Saat berjalan menuju halte. Dia melihat Briana yang baru saja menutup pintu mobil. Dia berjalan menghampiri untuk menyapa, tapi tiba-tiba melihat seorang pria membekap Briana.Hei! Tolong!” Rani berteriak kencang meminta tolong.Pria yang membekap Briana terkejut. Dia melihat beberapa orang di dalam supermarket dan di seberang jalan memandang ke arahnya. Tak ingin tertangkap, pria itu memilih melepas Briana lalu berlari untuk kabur.Rani sangat terkejut melihat Briana jatuh ke tanah. Dia berlari dan ada beberapa orang yang menghampiri.“Kak, bangun!” Rani mencoba membangunkan Briana yang tak sadarkan diri.“Pak, tolong!” Rani meminta orang yang berkerumun untuk memasukkan Briana ke mobil.Penjahat tadi kabur saat dikejar orang-orang yang menolong Rani. Rani sendiri segera membawa Briana ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.Saat sampai di rumah sakit, Briana langsu
“Wajahmu agak pucat. Apa kamu baik-baik saja?” tanya Dharu saat Briana sampai di kantornya.Briana terkejut mendengar pertanyaan Dharu. Dia mencoba tersenyum lalu kembali menyajikan kopi untuk suaminya.“Mungkin karena cuaca di luar tadi sangat panas. Aku masih harus menunggu montir datang mengganti ban. Tadi sampai keringetan ketika menunggu ban diganti,” jawab Briana membuat alasan agar Dharu tak cemas.Dharu mengangguk percaya mendengar jawaban Briana. Dia menikmati kopi yang dibawa istrinya, lalu memandang Briana yang sedang mengupas buah.“Apa pekerjaanmu tidak banyak sampai kamu bisa meluangkan waktu ke sini?” tanya Dharu.“Banyak, tapi demi suami, tentunya aku harus bisa meluangkan waktu untuk suamiku,” jawab Briana lalu memotong apel, kemudian menyodorkan ke Dharu.Dharu menahan senyum mendengar jawaban Briana, hingga tiba-tiba berpikir jika selama beberapa tahun ini Briana pasti sangat perhatian ke Farhan tapi sayangnya pria itu tak tahu terima kasih. Dharu mendadak cemburu k
Mirna sedang menyetrika seperti biasa. Dia mulai terbiasa dengan pekerjaannya itu apalagi Briana tak memperlakukannya buruk.Saat masih sibuk menyetrika, ponsel Mirna berdering dan membuat wanita itu mengecek siapa yang menghubungi. Dia lalu menjawab panggilan itu.“Halo.” Mirna menjawab dengan hati-hati.“Ma.”Mirna sangat terkejut karena Farhan yang menghubunginya.“Mama bekerja di mana?” tanya Farhan dari seberang panggilan.“Kenapa kamu tiba-tiba menghubungi mama?” tanya Mirna balik karena agak panik.Mirna sampai menoleh ke arah pintu untuk memastikan tidak ada yang mendengarnya bicara dengan Farhan.“Kamu masih dicari polisi, kenapa sekarang tiba-tiba menghubungi mama?” tanya Mirna lagi.Mirna tak mendengar jawaban dari Farhan, hingga kemudian Farhan akhirnya bicara. “Polisi takkan menangkapku. Tenang saja, Ma. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan cepat.”Mirna terkejut mendengar ucapan Farhan.“Apa maksudmu? Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Mirna benar-benar panik.“Apa ya
Saat malam hari. Orang suruhan Dharu masih mengikuti Toni sesuai dengan perintah yang mereka dapatkan. Mereka masih memantau pria itu yang baru saja turun dari mobil di sebuah restoran.“Kita tidak bisa masuk ke sana begitu saja,” kata salah satu orang suruhan Dika.“Kita lihat saja dulu, apa ada orang yang kita kenal keluar atau masuk dari restoran itu,” balas pria yang lain.Keduanya masih menunggu di mobil sambil mengawasi sekitar, termasuk orang-orang yang keluar masuk dari restoran itu.Toni masuk ke salah satu private room. Dia melihat Sandi yang sudah ada di sana.“Aku sudah melakukan apa yang kamu katakan,” ucap Toni ketika duduk berhadapan dengan Sandi.Sandi memberi isyarat ke Ibra, hingga asistennya itu mengembalikan kartu tanda pengenal milik Toni.“Tenang saja, mereka tidak akan tahu kalau kartu tanda pengenalmu yang digunakan untuk masuk ke ruang administrasi,” ucap Sandi.Toni mengambil kembali kartu tanda pengenal di perusahaan Dharu lalu memasukkan ke saku jasnya.“Tu
“Jadi apa ini maksudnya Sandi terlibat?” tanya Dharu setelah melihat rekaman kamera dashboard mobil anak buahnya.“Ya, aku berpikir seperti itu. Meski terlihat kebetulan, tapi ini agak aneh,” jawab Dika.Dika lalu memperlihatkan data di ponselnya.“Aku baru mendapatkan ini. Pak Toni memiliki saham di perusahaan Sandi, dan data ini baru masuk beberapa jam lalu,” ucap Dika menjelaskan.Dharu berpikir sejenak mendengar ucapan Dika. Jika memang Toni terlibat dengan Sandi, ada kemungkinan pria itu yang membantu peretas agar bisa menyusup ke sistem.“Di parkiran ada mobil kantor yang memiliki kamera dashboard, coba cek untuk memastikan apakah ada sesuatu yang mencurigakan di malam itu. Bukankah tidak menutup kemungkinan jika kamera itu menangkap sesuatu, apalagi mobil itu terparkir di dekat pintu keluar parkiran?”Tiba-tiba saja Dharu berpikiran ke sana setelah mencurigai seseorang.“Aku akan mengeceknya besok,” ucap Dika karena tak mungkin langsung ke perusahaan malam itu.Dharu mengangguk
Dhira dan Sean pergi ke IGD rumah sakit mereka berada sekarang. Renata di sana karena mengantar Briana yang mau melahirkan.“Ma.” Dhira langsung memanggil sang mama.“Kenapa kamu cepat sekali ke sini?” tanya Renata keheranan.“Karena aku baru periksa, jadi waktu Mama telepon, aku ada di sini,” jawab Dhira.“Periksa? Kamu sakit?” tanya Renata dengan kepanikan berlipat karena ucapan Dhira.Dhira melebarkan senyum, lantas menunjukkan hasil USG. “Tidak sakit, tapi sedang hamil. Ini, cucu kedua Mama dan Papa.”Dhira memberitahu dengan bangga, sampai membuat Renata sangat syok dan senang.“Ya Tuhan, mama tak percaya. Mama senang sekali mendengar kabar ini.” Renata langsung memeluk karena sangat bahagia.Dhira juga bahagia karena bisa menyenangkan hati sang mama.Saat keduanya saling berpelukan, tiba-tiba terdengar suara bayi yang membuat mereka terkejut.“Sudah lahir? Cepat sekali?” Dhira terkejut, apalagi melihat perawat keluar masuk ruang penanganan.Briana sudah melahirkan di ruang IGD se
“Dhira, kamu di mana?”Sean keluar dari ruang ganti mencari keberadaan Dhira yang tak menyahut padahal dia sudah memanggilnya sejak tadi. Dhira keluar dari kamar mandi, tentu saja hal itu membuat Sean keheranan.“Kenapa masuk kamar mandi lagi?” tanya Sean karena Dhira sudah mandi sejak tadi.Dhira menutup mulutnya seolah merasakan sesuatu yang ingin keluar, tapi dia tetap berjalan menghampiri Sean.Usia pernikahan mereka sudah berjalan tiga bulan. Sean sudah menerima Dhira sepenuhnya, hingga hubungan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik.“Kamu baik-baik saja?” tanya Sean karena Dhira agak pucat.“Entah, sejak tadi rasanya pusing dan mual,” jawab Dhira.Sean langsung menyentuh kening Dhira, tapi tak merasa panas.“Apa sangat pusing?” tanya Sean memastikan.Dhira sibuk mengikat dasi Sean saat mendengar pertanyaan itu.“Iya lumayan, tadi seperti berputar lalu aku mual,” jawab Dhira kemudian menatap Sean dengan wajah memelas.“Kita ke rumah sakit untuk memastikan kamu sakit apa
Riana memang bertindak kejam, tapi semua itu semata-mata dilakukan untuk melindungi Sean dari hal-hal yang tak diinginkan.Milia diam mendengar ucapan Riana. Dia hanya menunduk sambil meremas jemari karena tak bisa berbuat apa-apa.Ibu Milia juga diam karena takut, lalu memberanikan diri menatap Riana.“Kalau kami pergi dari kota ini, bagaimana dengan usaha pakaian kami? Masa mau ditinggal begitu saja? Misal mau dijual juga tidak bisa cepat laku,” ujar ibu Milia yang takut jika masih di kota itu akan dipersulit Riana.Milia terkejut mendengar ucapan sang ibu, apa itu artinya ibunya mau pindah karena ancaman Riana.“Aku akan membelinya, kalau perlu rumah sekalian akan aku beli dua kali lipat dari harga aslinya, asal kalian pergi dari kehidupan putraku!” Riana tak segan memuluskan keinginan ibu Milia asal pergi dari kota itu.Ibu Milia membayangkan uang sangat banyak yang akan diterimanya jika dijual ke Riana. Dia yang mata duitan langsung setuju begitu saja.“Baik, saya setuju menjualny
Saat sore hari, Sean pulang dan menemui Riana yang sedang bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Kamu sudah mengosongkan jadwal agar minggu depan tidak ada kendala, kan? Ingat, pernikahanmu itu minggu depan,” ucap Riana langsung mengingatkan, jangan sampai Sean lupa dan masih membuat jadwal kegiatan di perusahaan.“Mama tenang saja, Vino sudah mengatur semuanya,” balas Sean.Riana mengangguk-angguk senang karena sekarang Sean mudah diatur.“Ma, aku mau menceritakan sesuatu, tapi aku harap Mama tidak berpikiran buruk atau panik dulu,” ucap Sean ingin memberitahu soal Milia.Sean hanya ingin sang mama tahu saja, agar kelak jika terjadi sesuatu atau Milia membuat ulah, sang mama tak benar-benar syok karena sudah tahu dan mendengar sendiri darinya.Riana menoleh Sean saat mendengar apa yang dikatakan oleh putranya itu. Dia menurunkan satu kaki yang sejak tadi disilangkan, dahinya berkerut halus karena penasaran.“Memangnya kamu mau menceritakan apa?” tanya Riana dengan pikiran negati
Dhira langsung bicara tegas agar Milia sadar diri. Dia tak akan kasihan meski Milia sedang hamil, dia sadar kalau wanita seperti Milia, tidak akan puas jika hanya dikasih hati. Begitu mendapat kebaikan, wanita itu akan melunjak tak tahu diri.Milia terdiam mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Kamu pikir dengan datang menemui Sean, kamu bisa memintanya bertanggung jawab atas janin yang bukan miliknya? Kamu mungkin tak tahu, Sean sudah tahu segalanya tentang kebusukanmu.” Dhira terus bicara untuk menyadarkan Milia.Milia sangat terkejut mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Bahkan tahu kalau kamu selama ini sering tidur dengan pria lain. Sungguh aku ingin tertawa, baru kali ini melihat wanita tak tahu diri sepertimu, sudah selingkuh dan tidur dengan pria lain, tapi minta pertanggungjawaban ke pria yang kamu buang.” Dhira menjejali telinga Milia dengan fakta bahkan tak peduli itu bisa mempengaruhi pikiran dan janin Milia.
Sean mulai nyaman bersama Dhira. Sikap Dhira yang apa adanya saat bicara, membuat Sean merasa tenang.Sean keluar dari lift sambil menatap ponsel, dia mencoba menghubungi Dhira karena ingin mengajak makan siang, tapi Dhira tak menjawab panggilan darinya.“Ke mana dia?” Sean bertanya-tanya karena Dhira mengabaikan panggilan darinya.Sean berpikir apa mungkin Dhira sedang rapat atau bertemu klien, membuatnya memilih mengirim pesan kalau akan datang ke perusahaan Dhira.Saat Sean baru saja keluar dari lobi, Sean terkejut karena ada yang mencegah langkahnya.“Sean.” Milia muncul di sana dengan mata bengkak dan wajah penuh linangan air mata.“Apa lagi yang kamu inginkan?” tanya Sean mulai malas, apalagi dia sudah tahu semua kebusukan Milia.“Sean, kumohon maafkan aku. Saat ini aku tidak tahu harus bagaimana, aku membutuhkanmu,” ucap Milia sambil menggenggam telapak tangan Sean.Sean me
Milia terduduk lemas di kursi selasar yang ada di poliklinik rumah sakit. Dia menatap hasil pemeriksaan akan kondisinya sekarang ini.Milia sangat syok dan bingung karena dia ternyata sedang hamil sembilan minggu.“Bagaimana ini?” Milia mengguyar kasar rambutnya ke belakang menatap hasil tes itu.Milia mencoba menghubungi Ryan tapi sayangnya panggilannya tidak dijawab. Akhirnya Milia memutuskan pergi ke perusahaan Ryan untuk membahas masalah kehamilannya. Apalagi Ryan pernah berjanji akan menikahinya setelah Milia putus dari Sean.Milia pergi ke perusahaan Ryan, lalu menemui bagian respsionis.“Pak Ryan ada di kantornya?” tanya Mila saat bertemu resepsionis.“Maaf, apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis.Milia bingung karena belum membuat janji. Kalau dia jujur belum membuat janji, dia pasti akan diusir dari sana. Dia kemudian mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan chat lamanya saat Ryan mengajak bertemu tanpa memperlihatkan tanggal yang tertera.“Dia memintaku
Sean masih mencoba meminta maaf, dia sudah menyadari kesalahan dan ingin hubungannya dengan sang mama membaik.Riana akhirnya menatap Sean saat mendengar permintaan maaf putranya itu."Aku benar-benar sudah sadar, aku selama ini memang salah karena tak mempercayai apa yang Mama katakan," ucap Sean lagi."Kamu benar-benar sudah paham dengan apa yang mama lakukan?" tanya Riana sambil menatap Sean.Sean mendongak lalu menatap Riana sambil menganggukkan kepala.Riana lega saat melihat Sean sungguh-sungguh meminta maaf, dia lalu meminta Sean agar bangun."Aku sungguh-sungguh meminta maaf," ucap Sean.Riana tersenyum mendengar permintaan maaf dari Sean."Mama lega kalau memang benar kamu sudah sadar. Feeling orang tua itu tidak salah, Sean. Sejak awal, mama sebenarnya tak pernah masalah kamu mau sama siapa. Tapi, saat melihat attitude Milia yang buruk, mama langsung mundur. Bukan karena dia miskin, tapi karena memang dia memiliki sifat dan perilaku yang tidak baik. Jadi, kamu sekarang paham
Dhira pergi ke taman sesuai dengan permintaan Sean. Dia sebenarnya merasa agak aneh karena Sean meminta bertemu tak seperti biasanya.Dhira melihat Sean yang sudah duduk di taman menunggunya. Dia mendekat lalu duduk di samping Sean tanpa menyapa. Keduanya diam cukup lama tak ada yang bicara, Dhira sendiri tak mau buka suara sampai Sean yang mengawalinya.Setelah lama diam, Sean akhirnya menghela napas kasar. Dhira mendengar suara helaan itu tapi sengaja tak menoleh ke Sean.“Ternyata sekarang aku sadar jika sudah salah dan terlalu buta karena cinta,” ucap Sean lalu tersenyum getir.Dhira terkejut mendengar Sean tiba-tiba bicara seperti itu. Dia menoleh Sean, lalu membalas, “Memang benar, kenapa baru sadarnya sekarang?”Sean menoleh Dhira yang bicara blak-blakan, meski kesal tapi dia sadar jika Dhira hanya jujur saja.“Mama marah besar karena sikapku. aku merasa bersalah sudah membuat Mama sedih, padahal sebenarnya Mama selalu memberikan yang terbaik,” ucap Sean lagi lalu sedikit menun