“Kita kembali ke kamar.”Aleya kembali ke hendak kembali ke kamarnya, tapi perhatiannya tertuju kepada seorang perempuan berusia empat puluh enam tahun. Dia berpakaian rapi dengan kemeja putih lengan panjang dengan aksen renda di kerahnya, dipadukan dengan rok selutut berwarna hijau toska terlihat elegan ditambah sepatu warna senada dengan roknya.Penampilan elegannya kontras dengan wajahnya dengan struktur tegas, bahkan dengan lirikan matanya saja membuat orang meringis ketakutan.“Siapa dia?” tanya Aleya menghentikan langkahnya.Rita yang berdiri di belakang Aleya segera menjelaskan.“Beliau adalah Ibu Wanda Waliwatu. Beliau mantan tentara yang sudah pensiun dini karena cidera parah di tubuhnya. Sekarang dia bekerja sebagai guru kepribadian. Tugasnya mendidik anak-anak bermasalah agar menjadi anak yang disiplin.”Mendengarkan penjelasan Rita membuat Aleya mengangguk mengerti. Pertama kali melihat wanita tersebut membuat Aleya takut. Sosoknya terlihat tidak ramah.“Hoo. Untuk apa dia
“Aleya! Cepat masuk!”Suara teriakan Wanda menggema dari dalam rumah, sontak membuat Aleya dan Rita terlonjak. Tanpa pikir panjang keduanya ke dalam rumah menghampiri sumber suara.Di ruang tamu, Wanda sudah berdiri tegak dengan tatapan tajam, seolah akan menerkam mereka berdua.“Apa kamu melamun di luar? Jangan melamun seperti orang bodoh!” sentaknya.Napas Aleya memburu, suaranya tercekat, tubuhnya gemetar ketakutan. Mendengar teriakan dari Wanda membuka rasa trauma mendalam pada saat masih menjadi istri Jarvis. Hampir setiap hari Jarvis atau Belina berteriak kepadanya kemudian memukulnya tanpa sebab.Wanda menghampiri Aleya yang terlihat ketakutan, “Kamu takut mendengar suaraku?” tanya Wanda sambil menunjuk ke arah Aleya.Aleya menahan tangis, “I-iya.” Suaranya bergetar.“Bagus! Itu yang aku inginkan. Kamu takut kepadaku.”Wanda tidak menunjukkan rasa iba melihat Aleya ketakutan. Namun, Rita malah khawatir dengan psikologi Aleya yang mempunyai rasa trauma dalam hidupnya.“Ibu Wanda
“Kenapa banyak yang memusuhiku?”Aleya termenung dan memikirkan ucapan Wanda yang mengira dia berpura-pura takut. Ucapan yang sering di lontarkan oleh Belina. Hatinya benar-benar tercabik oleh ucapan Wanda. Dadanya kini merasa sesak.“Nyonya, tenanglah. Mereka tidak mengenal Nyonya, mereka tidak tahu apa-apa.” Rita berjongkok di hadapan Aleya dan berusaha menatap kedua matanya.“Sama seperti Nyonya yang tidak mengenal Tuan. Apa yang Nyonya pikirkan? Saat itu Nyonya mengira Tuan orang yang kejam dan tidak berperasaan, tapi sekarang Nyonya bisa merasakan sendiri sifat asli Tuan yang mulai terkuak setelah mengenal lebih dekat, bukan?”Semua ucapan Rita membuat Aleya tertegun, “Mungkin kamu benar. Bu Wanda tidak tahu apa-apa mengenai aku. Tapi, hati ini rasanya ...” suara Aleya tercekat, ada emosi luar biasa yang menekan hatinya sehingga sulit untuk mengutarakannya.“Tenanglah, Nyonya. Aku dan Tuan Yavid akan terus menjagamu.” Rita memberikan perhatian penuh kepada majikannya tersebut.Al
“Semoga saja ibumu di sana tidak menyesal melahirkan kamu.”Wanda melanjutkan ucapan tajamnya. Hal tersebut membuat kecemasan di dalam diri Aleya kembali muncul. Ia kemudian berdiri sambil mengepalkan tangannya.“To-tolong jangan libatkan ibuku,” ujar Aleya menahan air matanya, ia mulai meremas-remas tangannya sendiri, tanda-tanda kecemasan mulai muncul lagi.Melihat Aleya cemas malah membuat Wanda tersenyum, seolah belum puas ia ingin membuat wanita berambut hitam sebahu itu marah.“Kenapa? kamu menyesal menjadi penyebab meninggalnya ibumu?” Wanda terlihat sengaja memancing amarah Aleya.Aleya marah, tapi dia tidak berani memukul Wanda. Rasa takut dalam dirinya membuatnya hanya bisa menangis dan meremas kedua tangannya dengan kuat, sehingga membuat kedua tangannya lecet terkena kuku jarinya sendiri.“Anda tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan saya. Jangan bicara seperti itu,” teriak Aleya sambil menangis.Rita kemudian menghampiri Wanda, “Bu. Anda terlalu jauh mencampuri urusan priba
“Aku tidak suka dibohongi. Jika semua ucapanmu bohong, maka aku sendiri yang akan menghabisimu!”Wanda menatap Rita dengan wajah serius. Cerita yang dia dengar dari Rita masih belum membuatnya percaya sepenuhnya. Karena cerita Belina mengenai kejelekan Aleya benar-benar membuat semua orang tersihir dan mempercayainya, termasuk Wanda.Rita merasa diposisi yang benar, maka ia tidak takut dengan ancaman dari Wanda.“Aku yang menyaksikan sendiri bagaimana Nyonya bertahan selama setahun di rumah Jarvis. Aku sendiri yang melihat langsung bagaimana ayah kandungnya sendiri memperlakukan Aleya seperti budak peliharaan. Jadi, aku tidak takut dengan semua ancaman dari Bu Wanda.”Rita kali ini tidak gentar berhadapan dengan Wanda. Karena melihat sikapnya yang menghakimi Aleya secara menyakitkan, tanpa tahu cerita yang sebenarnya.“Rita,” panggil Aleya dari dalam kamar, suaranya masih lemah.Rita segera menghampiri Aleya, disusul oleh Wanda yang berjalan sambil menatap mereka berdua dengan sinis.
“Ternyata kamu masih hidup, Aleya.”Mila tersenyum sinis, ia merasa masih ada kesempatan untuk mendapatkan tanda tangan Aleya. Mila tidak merasa bersalah sama sekali, padahal ia hampir membuat Aleya meninggal.Aleya hanya bisa menatapnya dengan kebencian. Ia tidak punya nyali jika harus memukul atau menyakiti Mila dan Belina.Terkadang Aleya membenci dirinya sendiri karena terlalu diperbudak oleh rasa takut yang berlebihan dalam hatinya.“Aku akan menghubungi Mamaku untuk segera ke sini membawa dokumen yang harus kamu tanda tangani, kakak.” Mila tertawa setelah melihat Aleya menangis.“Aku tidak akan tanda tangan,” pekik Aleya.Belina kemudian menghampiri Aleya dengan wajah kesal.“Wanita sialan! Kenapa kamu keras kepala, hah? Jika kamu ingin hidup tenang, maka tanda tangani dokumen itu dan aku akan melepaskanmu.”Belina menarik rambut Aleya dari belakang, sehingga kepada Siti terdongak.“Aku sudah berakting sangat luar biasa, sehingga semua orang di Endosiana pasti mempercayai ucapan
“Mama Belinaaa, tolong aku!”Pekik Mila yang kesakitan akibat goresan kaca yang membuat lehernya berdarah. Tangan Aleya bergetar melakukan hal mengerikan tersebut untuk pertama kalinya, tangannya juga berdarah karena memegang pecahan kaca yang tajam di setiap sisinya. Tindakannya ini berseberangan dengan suara hatinya yang ketakutan setengah mati.Aleya mencoba membuang jauh rasa takut dan iba yang selalu membuatnya terus mengalah kepada Mila. Kali ini ia menjadi sosok yang menakutkan bagi Mila.Belina melihat leher Mila yang mulai terluka, sebagai tanda jika Aleya tidak main-main dengan ancamannya.“Sial! Hentikan!” teriak Belina sambil terus meringis kesakitan.Akhirnya semua penjaga yang memukuli Wanda berhenti atas perintah Belina. Perlahan Aleya berjalan memutari Belina dan mendekati Wanda.“Kalian semua pergi ke sisi Belina, cepat!” teriak Aleya.Suaranya bergetar, napasnya memburu, tapi ia mencoba bertahan agar tidak hilang kesadaran.Wanda yang segera bangkit, lalu menatap sem
“Anda mendorong Nona Mila?”Rita terkejut Aleya bisa melakukan hal tersebut. Biasanya majikannya itu hanya memendam rasa marah, tapi kali ini ia mengeluarkan marahnya kepada adik tirinya tersebut.“Dari mana Nyonya mendapatkan keberanian itu?” tanya Rita sambil menghapus darah yang ada di telapak tangan Aleya yang robek karena menggenggam potongan kaca.“Entahlah, tapi ketika aku melihat Bu Wanda dipukul dan ditendang terus menerus tanpa ampun oleh para penjaga Belina, tiba-tiba saja keberanian itu muncul dan terlintas untuk mengancam para penjaga agar mau hentikan pemukulan itu.”Raut wajah Aleya terlihat tidak senang.“Nyonya menyesal melakukan itu?” tanya Rita pelan. Ia tahu betul jika majikannya tersebut mempunyai hati yang lembut.“Tidak. Justru aku baru tahu kalau aku bisa melakukan hal itu, seharusnya keberanian itu muncul dari dulu,” Aleya menghela napas panjang.Wanda merasa tersentuh mendengar cerita Aleya yang bilang keberaniannya muncul ketika ia di siksa oleh pukulan dan
“Habislah aku.”Rita mengadu kepada Wanda melalui smart phonenya. Jika Wanda ada di sampingnya, mungkin sekarang Rita akan memeluknya. Wanita yang didaulat sebagai penjaga Aleya itu ketakutan membayangkan amarah Tuannya jika mengetahui Aleya pergi ke luar rumah tanpa izin darinya.“Tunggu dulu. Jangan terburu-buru ambil kesimpulan jika kemarahan Tuan adalah hal yang menakutkan.” Suara Wanda terdengar serius.“Apa maksud kamu?” Rita mengerutkan dahinya.“Lihat ke arah pintu! Siapa yang datang?”Rita segera melihat ke arah pintu, kedua matanya melotot terkejut.“Sial! Segerombolan orang munafik datang bersamaan. Apa yang harus aku lakukan?”“Tenang! Aleya pasti sudah memperkirakan semua risikonya. Kamu harus tetap berada di dekatnya, terus fokus.” Wanda memberikan perintah dari balik smart phonenya.“Baiklah, aku akan ....” Rita terdiam dan baru menyadari sesuatu, “bagaimana Bu Wanda tahu Angelina dan Mila datang? Bu Wanda ada di sini?” tanyanya sambil memperhatikan sekitar.Rita meliha
“Nyonya, sebaiknya kita kembali ke rumah.”Sekali lagi Rita meminta Aleya untuk mengurungkan niatnya pergi ke pameran lukisan yang ada di Egypt Hall. Selain ingin melihat karya lukisan lain, ia juga berniat bertemu dengan James.“Rita, kita sudah sampai di sini. Kamu percaya saja, rencanaku pasti akan berhasil,” Aleya mencoba meyakinkan Rita, “dari tadi kamu selalu mencegahku untuk bertemu dengan James.” Aleya menggerutu sambil menunggu Rita membukakan pintu mobilnya.Aleya turun dari mobil dengan anggun. Ia berjalan menuju pintu masuk, hampir semua mata tertuju kepadanya. Bahkan seorang pria muda tidak rela mengedipkan matanya ketika melihat Aleya lewat di hadapannya.Senyum Aleya mengembang sepanjang ia berjalan, penampilannya menunjukkan jika ia bukanlah wanita biasa. Sedangkan Rita berjalan di belakang Aleya sambil mengawasi sekitarnya.Masih terngiang di pikiran Rita mengenai firasat tidak baik yang dirasakan Wanda. Semuanya menjadi terasa menakutkan karena ia juga merasakan fira
“Kamu sudah bangun?”Suara Yavid terdengar tenang ketika melihat Aleya membuka matanya. Kemudian ia melirik ke arah suaminya tersebut yang sedang memakai pakaian kerjanya.Aleya bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri Yavid.“Semalam kamu tidak pulang?” Tanya Aleya.Aleya berniat memuaskan Yavid agar amarahnya benar-benar hilang, tapi setelah menunggunya semalaman hingga ia tertidur, ternyata Yavid tidak kunjung pulang.“Aku ada urusan dengan perusahaan Steel. Mereka akan bekerja sama dengan perusahaan kita dengan menyiapkan alat berat yang akan kita jual.” Yavid menjelaskan sambil menatap cermin di hadapannya.Pandangannya tertuju kepada tubuh Aleya yang memakai mini dress semi transparan yang menunjukkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Sebagai lelaki normal Yavid berkali-kali menelan salivanya menahan gejolak hasrat yang perlahan bangkit ketika dihadapkan dengan wanitanya yang berpakaian seksi.“Hari ini pagi-pagi sekali kamu sudah mau pergi lagi?” tanya Aleya dengan suara lemb
“Besok kita ketemu di gedung pameran.”James tampak bahagia bertemu dengan Aleya. pandangan matanya selalu tertuju kepada wajah Aleya yang cantik.“Baiklah, kita bertemu di sana.” Aleya juga menunjukkan ketertarikannya kepada James. Bukan karena menyukai lelaki berparas tampan itu, tapi bertujuan untuk membuat Yavid cemburu.“See you, cantik,” ujarnya setelah mengecup punggung tangan Aleya dengan lembut sebelum pergi.Yavid terlihat menghembuskan napasnya dengan kasar ketika melihat sikap James kepada Aleya. Semakin terlihat kesal wajah Yavid, semakin bersemangat untuk Aleya membuat hati suaminya itu mendidih.James bahkan lupa berpamitan kepada sahabatnya sendiri. Yavid segera menghampiri Aleya dengan wajah marah dan napasnya menderu.“Kenapa kamu bersikap murahan di hadapan James?” suara baritonnya membuat sosoknya menakutkan jika sedang marah.Aleya tahu resikonya jika membuat Yavid marah, hal menakutkan pasti akan terjadi. Aleya terdiam melihat suaminya menunjukkan marahnya.“Asta
“Sepertinya kamu kenal baik dengan Belina.”Aleya semakin penasaran dengan masa lalu Kristy. Sikap gugupnya menjadi celah bagi Aleya untuk mengulik lebih jauh mengenai wanita yang pernah menjadi tunangan Yavid.Kenapa harus Kristy yang Yavid ajak untuk kerja sama? Kenapa Yavid mengajak mantan tunangannya untuk kerja sama? Pertanyaan yang semakin membuncah di hati Aleya.Kristy tertawa kecil, “Aleya, tidak semua bisa kamu ketahui tentang aku. Masih banyak hal yang menarik bisa kita pelajari untuk membuat perusahaan Strugle semakin berkembang bukan tentang aku.”Aleya tertegun mendengar ucapan Kristy, “Sepertinya banyak rahasia yang dia tutupi tentang Belina,” bisiknya dalam hati.Kristy berdiri sambil menatap Aleya, “Sepertinya Yavid sedang membicarakan hal penting dengan James. Tapi aku tidak bisa menunggu lagi, ada hal yang harus aku urus.”Aleya beranjak dari tempat duduknya lalu menyunggingkan senyum, “Silakan, nanti aku akan sampaikan ke pak Yavid kalau kamu harus pergi.”Kepergia
“Siapa wanita muda ini?”Kristy menoleh ke arah Yavid sambil tersenyum kecil. Sebagai mantan tunangannya, setidaknya Kristy tahu jika lelaki yang pernah ia cintai itu jika membiarkan seorang wanita bisa dekat dengannya maka artinya wanita tersebut spesial dihatinya.Tentu pertanyaan Kristy bukan hanya basa-basi, ia ingin memastikan jika Yavid masih sendiri.“Dia ...” belum juga Yavid menjawab pertanyaan Kristy, Aleya menjawabnya dengan lugas dan tegas.“Aku hanya wanita biasa yang mencoba mendirikan perusahaan bersama orang yang kompeten seperti Yavid.” jawab Aleya.“Ehem!” Yavid berdehem pelan.“Maksudku, Pak Yavid.” Aleya menghela napas pendek.Aleya merasa tidak nyaman untuk berbohong mengenai statusnya dengan Yavid. sesungguhnya ia ingin sekali menyebutkan bahwa Yavid itu suaminya dan membuat Kristy patah hati. Sebagai sesama wanita, ia mengerti tatapan Kristy kepada suaminya, bukan hanya tatapan seorang rekan kerja, tapi tatapan cinta yang sedang bersemi kembali.Kristy menoleh k
“Ganti bajumu!”Yavid memang terpesona ketika melihat pakaian yang digunakan oleh Aleya, seksi dan menarik perhatian.Namun ia sadar kalau mereka akan bertemu dengan Kristy di tempat umum. Dengan pakaian seksi itu pasti menarik mata para lelaki yang ada di sana. Apalagi paras Aleya yang cantik membuat semua mata pasti menatapnya.“Loh kenapa?” Aleya protes.“Kamu bukan Kristy,” jawab Yavid sambil berjalan menuju walking closet untuk berpakaian.Aleya mengikuti langkah Yavid.“Apakah aku tidak menarik seperti Kristy?” tanyanya kesal.“Ganti pakaianmu!” ujar Yavid lagi tanpa menoleh.“Tidak mau!” jawab Aleya bersikukuh dengan pakaian yang digunakan.Yavid menatap Aleya, “Ganti pakaianmu! Aku tunggu di mobil,” ujar Lelaki dingin itu lalu pergi meninggalkan Aleya sendirian di kamar.“Ish! Menyebalkan!” Gumam Aleya kesal.Setelah menunggu beberapa menit, Aleya dan Rita menghampiri Yavid yang berdiri di samping mobil.Yavid melihat Aleya sambil menyunggingkan senyum kecil.Wajah Aleya meman
“Aleya!”Yavid melihat dari balik pintu ruang lukis yang sudah terbuka, lalu menghampiri istrinya itu karena tidak menoleh saat dipanggil olehnya.“Aleya, pagi-pagi begini kamu sudah ...” Yavid menghentikan ucapannya juga langkahnya ketika Aleya menoleh dengan wajah marah.Handuk kimono berwarna putih yang dikenakan Aleya juga terdapat banyak noda cat berwarna merah dan hitam. Yang membuat Yavid tertegun adalah lukisan yang baru saja dibuat oleh wanita yang semalam ia puaskan dengan permainannya di atas ranjang. Ternyata Aleya masih menyimpan rasa cemburu.Terlukiskan sepasang wanita dan pria ada di dalam lingkaran api, mereka berdua berpegangan tangan, tapi si pria menoleh ke arah wanita yang berdiri di luar lingkaran api.Dengan gradasi warna hitam orange dan merah menyala membuat lukisan itu terasa nyata bagi Yavid.Glek! Yavid menelan salivanya sebagai tanda ada rasa takut yang membuncah dalam dirinya kepada wanita yang telah mencuri hatinya itu.Tatapan Aleya sedingin es, genggam
“Sepertinya Aleya sudah tidur.”Yavid perlahan menutup pintu kamarnya, ia melangkah dengan hati-hati agar tidak membangunkan Aleya yang terlihat sudah tertidur.Lelaki tampan itu menuju meja kecil dekat jendela dan mengambil segelas air putih. Ketika membalikkan badannya, alangkah terkejutnya Yavid melihat Aleya sudah duduk di ujung tempat tidur sambil menatapnya dengan tatapan tajam.“Astaga!” pekiknya dan menumpahkan air sehingga membasahi kemejanya.“Aleya, kenapa tiba-tiba kamu duduk di situ?” tanya Yavid kesal.Aleya bergeming, ia masih menatap suaminya itu dengan tatapan tajam. Yavid sadar jika Aleya pasti marah karena ia melihat Kristy ada di sampingnya selama pembukaan pameran lukisan.“Kenapa? kamu sudah melihat Kristy? Rita yang beritahu kamu?” tanya Yavid berusaha bersikap tenang. Walau sebenarnya ia sudah mengetahui jika Aleya akan marah ketika menyaksikan berita mengenai pameran lukisan.“Aku ingin bertemu langsung.”“Nanti juga kamu akan bertemu dengan dia, kita kan mema