Aira tertunduk, mendengar ucapan itu. Entah kenapa hatinya sakit, buliran bening itu pun tidak menetes lagi, tatapannya kosong. Rasa ini, rasa yang sama saat Kayla meninggalkannya. Sebulan merupakan waktu yang cukup baginya untuk membiasakan diri dengan majikan kecilnya ini. Perlahan perhatian dan kepedulian Aira pada Brian berubah menjadi cinta seorang Ibu pada Anaknya.Aira begitu mencintai Brian sejak pertama kali bertemu. Brian seperti obat baginya, seperti oksigen yang dihirupnya, seperti oasis bagi Aira, Brian membawa Aira terbang jauh dari jurang keterpurukan. Kini anak itu mengatakan hal yang membuat Aira sakit, bukan karena cemburu tetapi sakit karena akan kehilangan hak untuk memiliki Brian seperti dulu. Hak untuk mencintai Brian sebagai anaknya, bukan majikannya.'Tch, Tuhan ... baru juga senang sedikit, kenapa Tuhan ambil lagi kebahagiaan ini. Aku baru tersenyum bahagia, melihat seseorang yang begitu mirip dengan Selena, mengerjakan pekerjaan yang dahulu ku kerjakan. Mes
"Baby, Sayang ... Brian ...! Pak tolong cepat sedikit Pak!" teriak Aira dengan suara bergetar, pada Pak Sopir."Bu, bagaimana ini!? Brian bangun sayang! Mami ada disini, mami gak akan ninggalin kamu!" Aira mulai terisak.Bu'Retno yang berada disebelahnya juga sedang panik, tidak tahu harus berbuat apa!"Bu ..., Yok kita berdoa! Aira takut!" ucapnya sembari terus memeluk malaikat kecil itu. Mereka segera berdoa sambil berpegangan tangan. Setibanya di rumah sakit, Aira segera menggendong Brian turun dari mobil dan ingin secepatnya melangkah masuk ke ruang emergency, namun tiba-tiba, ada tangan besar yang segera meraih Brian dari pelukannya.Ya, Itu adalah RK. dirinya bergegas dari tempat kerjanya saat mendengar kejadian ini.Aira yang ikut di belakang sangat ketakutan akan kemarahan RK. Namun, rasa khawatirnya menekan rasa takut itu."Bu, bagaimana ini?!" genggaman tangannya serasa bergetar. "Berdoa Ai! Doa seorang Ibu besar kuasanya! Kamu nganggap Bri anakmu kan? Dan sama, Diapun ngan
"RK ... Heyy!" sapaan itu membuat RK berbalik karena kaget, ada yang dengan begitu mudahnya menyebut namanya tanpa embel-embel Tuan."Hey," balas RK yang segera berdiri dan menyambut seorang wanita cantik dengan rambut panjang diikat ke atas serta tubuh yang ramping berbalut jas berwarna putih polos."Kok kamu bisa ada disini?" tambah RK."Udah dua hari aku disini, aku kangen sama kamu!" ucap wanita itu sembari mendekati RK dan memeluknya. RK pun membalas pelukan itu, namun hanya sebentar lalu segera melepaskan wanita itu."Peluk aku lagi! Aku masih kangen," rengek wanita itu."Mana suamimu?" tanya RK mengalihkan pikiran wanita itu. "Tuhh kan? Kebiasaan deh!" wanita itu mencebik, membuat RK tertawa terbahak-bahak. Aira yang memperhatikan hal itu, ikut tersenyum namun ada desiran aneh didalam dadanya. Wanita yang tadi dipeluk RK menatap Aira sambil tersenyum manis. "Gila ada apa dengan perasaan aneh ini, mana tuh cewek malah tersenyum ke aku, manis banget lagi, balas senyum ajah deh
Sosok itu kemudian menghampiri Aira. "Halo Ai, kamu kok disini? Apa kamu sakit lagi?!" tanya pria itu sembari tersenyum dan mengangguk hormat ke arah Ibu Panti, yang sedang bersama-sama dengan Aira."Sakit lagi? Ouhh," Aira segera tergingat, saat dirinya dirawat dirumah sakit waktu itu, ada seseorang yang ngotot banget pengen ketemu malam-malam. Dan sekarang pria itu sekarang tengah melangkah mendekatinya."Hai, Rub!" sapa Aira dengan suara seraknya, karena dirinya yang baru saja berhenti menangis. Namun, pria itu dapat mendengarnya dengan baik, karena posisinya yang sudah berada disamping Aira."Ada apa Ai, kenapa menangis?" tanya pria berkulit coklat eksotis, bermata coklat terang dengan hidung mancung itu, prihatin dengan keadaan Aira."Aku baik, makasih!" Aira berbalik menatapnya, "Kamu ngapain disini, sakit?" Aira terus menatapnya sambil menunggu jawaban."Yahh, jangan liatin aku kayak gitu, aku nervous," ucap pria itu dengan senyum manisnya. Mungkin semanis gula."Gak usah kegan
Ruby yang berusaha ditenangkan oleh Aira, akhirnya tidak dapat berbuat apa-apa. Dia sadar, dia tidak mampu melawan RK, namun dirinya tidak rela kalau Aira harus hidup terkurung di istana RK."Rub, kamu jangan khawatir yah! Aku baik-baik saja disana. Tuan RK baik, dan Brian dia semangat hidupku, aku bahagia berada disana Rub, tolong jangan berfikir untuk menebusku." ucap Aira sembari menatap dua manik coklat terang itu yang memerah, sebab emosi yang membuncah didalam dadanya.Sambil memegang tangan Ruby, Aira terus menatapnya dalam-dalam. Mereka saling memahami, meskipun hanya lewat tatapan mata. Bu Retno yang melihatnya menjadi ibah."Aii, kasih nomor telepon kamu gih! Biar Dia bisa selalu tahu kalau kamu baik-baik saja disana. Dia khawatir sama kamu, Ibu mengerti. Tapi ...." Bu Retno menjedah ucapannya."Tapi apa Bu," tanya Bu Panti penasaran."Tuan RK, bukanlah orang yang mudah untuk kamu hadapi. Jadi sebaiknya, kamu tunggu sampai waktu setahun Aira di rumah itu berakhir yah!? Begit
Laura tercengang akan apa yang dia dengar. Baru kali ini, RK memperlakukan dirinya seperti ini. Dan yang paling dia kesalkan adalah, RK melakukannya di depan Aira. Tentu saja harga dirinya, terasa di tenggelamkan ke dalam air comberan. Aa elah lebay.Laura menatap RK dengan tatapan merajuk, namun RK sama sekali tidak menghiraukan tatapannya. Ia terus berdiri dan berjalan ke arah Aira, "Nihh, aku tidak suka pedas, jadi kalau kau suka, kau bisa menaruhnya sendiri!" RK memberikan bagiannya pada Aira, membuat Aira semakin gugup dan takut.RK kemudian melangkah ke arah pintu, "Ohh ya, kalau Brian sudah bangun, tolong hubungi aku yahh, aku ada sedikit urusan diluar." Dia kemudian keluar dan meninggalkan Aira bersama Brian yang sedang tidur, dan tentu saja bersama si Mak'Lampir yang sedang tersesat disana alias Laura."Kamu ...," Tatapan tajam dia hujamkan ke Aira. "Beraninya kamu," ketus wanita berparas cantik bak super model itu sembari beranjak dari dudukannya dan menuju ke arah Aira."B
Setelah selesai makan, Laura membuka wine dan menuangkannya ke masing-masing gelas untuk di minum. Hanya ada 3 gelas, Aira memutuskan untuk tidak meminum wine. Aira juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol sebelumnya, oleh sebab itu Ia bersyukur dengan tidak adanya gelas, jadi dirinya tidak harus ikut minum."Udahh, kamu pake punya aku ajah! Aku biar pake gelas air mineral ini. Yang penting kan isinya, bukan?" ujar Donny sembari menaik turunkan keningnya."Ya udah gitu ajah," balas Laura cepat, sebab tidak ingin Aira menolak lagi. Karena rencananya bisa gagal.Pertama Laura menuangkannya untuk RK kemudian Donny dan Aira lalu dirinya yang terakhir. Mereka bersulang lalu meneguk wine asal Perancis itu dengan penuh semangat, kecuali Aira yang baru pertama kali sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.Segelas dua gelas, Aira sudah mulai merasa pusing. Sedangkan Laura, dia sudah banyak minum, begitu juga dengan Donny. Tanpa mereka sadari, Laura mulai menjalankan rencananya. Ia menuangkan se
Bak tersengat listrik tegangan tinggi, Aira membeku dalam pelukan RK. Ingin menolak, namun Dia adalah seorang Reagantara Kusuma. Apalah aku, pikir Aira."Airaaa ...!" Lirih RK dengan suara seraknya, membuat bulu kuduk Aira meremang. Ada rasa suka dalam dirinya untuk RK. Wajah yang tampan dengan dimpel di kedua pipinya, hidung yang mancung dengan sorot mata tajam yang mampu membuat Aira terjebak didalamnya."I-iyaaa Tuan," jawab Aira sembari berusaha bangkit dari posisi tubuhnya yang sedang berada di atas tubuh RK."Boleh?" bisik RK sembari menyentuh bibir Aira dengan ibu jarinya yang membuat Aira seketika menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah padam.Hatinya ingin menolak, namun tubuhnya menghianatinya. Dengan segenap keberanian yang Ia kumpulkan, Aira segera mengangguk tanda setuju dengan pertanyaan majikannya ini.Tidak menunggu lama, perlahan tapi pasti, kini Aira sudah berada dalam genggaman Orang nomor satu di Starlight Corporation itu.Ciuman RK yang semakin lama semakin
Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan
Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya
Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun
Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany
"Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming
Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,
Karena kesal dengan perkataan Tantri yang menyuruh ibunya untuk menelpon Andi, Tuti gegas merampas handphone Dewi dan membantingnya."Beraninya kalian, ingin menelepon suamiku! Seharusnya kalian itu malu!" geram Tuti."Kalau begitu, kamu ajah Ti, tolong antar Tantri ke rumah sakit! Kalau sampai nanti ada apa-apa sama anakku, kamu harus tanggung jawab, karena ini adalah salahmu!" ucap Dewi sedikit menekan.Tuti yang mendengar hal itu jadi serba salah, "ehh ... Iya juga, kalau ada apa-apa sama perempuan sialan ini, pasti aku yang bakal disalahin. Apalagi, anak itu adalah anak Mas'Andi, bisa kacau nanti masalahnya." Tuti membatin, sambil menatap kasar Tantri yang sedang sangat kesakitan.Namun, sebelum Tuti mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dirinya kenali."Tantri kamu kenapa?" ucap Andi yang baru saja muncul dari balik pintu."Mas tolongin anak kita Mas, aku kesakitan ini! Aahhh ...," lirih Tantri.Tanpa menghiraukan keberadaan istrinya, Andi gegas menggendong T
"Kakak!" Gadis cantik itu gegas menenggelamkan tubuhnya kedalam pelukan hangat pria gagah yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan bahagia dan rindu. "Kakak ... Aku selalu menunggumu mengunjungiku di asrama, tapi kakak sudah tidak pernah muncul lagi! Aku rindu!" gadis itu menangis tersedu-sedu. "Heyy, tenangkan dirimu! Ody sudah sangat besar, dan sangat cantik, apa ada pria nakal yang menggangu adikku disekolah?" tanya pria itu. "Tidak, mereka selalu takut pada para bodyguard rahasiku. Aku sudah seperti tuan putri lemah yang selalu di kawal 24 jam." "Ohh ya? Ayahmu pasti melakukan hal itu, untuk memastikan kau tetap aman." "Bukan ayah, tapi kau, kakak! Berhentilah membodohiku. Meskipun aku seperti ini, aku selalu mendapatkan nilai bagus, meskipun tidak pernah mendapat juara kelas," ucapnya sambil terkekeh geli. Mereka akhirnya saling menatap dan tertawa terbahak-bahak. "Ya sudahlah, kau jangan terlalu pintar. Cukup kepintaran itu dimiliki RK saja. Kalau kau bisa menaklukk
RK terpaku menatap wajah gadis dihadapannya ini. Ada desiran aneh, RK terus menatap wajah cantik itu lekat-lekat. "Kak, kakak!" Audrey sedikit mengeraskan suaranya, sebab RK menatapnya dengan tatapan yang terlihat sendu dan begitu dalam. Mendengar suara melengking itu, RK terkaget dan segera melepaskan genggaman tangannya yang begitu kuat. "Kann ... tanganku kesakitan, Ayoo tiup! Sakit tahu," kesal gadis itu meniup dan memijat tangannya sendiri secara perlahan. RK kemudian berbalik menatap Bent yang berada di anak tangga dua tingkat di bawah dirinya. "Sudah kubilang," ucap Bent sembari memamerkan tawa terpaksanya. RK kemudian melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Audrey yang kesakitan. Namun, disaat yang bersamaan Audrey tertegun, mengingat tatapan sendu sang penguasa Starlight itu. 'ada apa dengan tatapan itu? meskipun mereka tidak pernah memberitahukan semuanya padaku. Tapi aku bukan anak kecil lagi, aku tahu kau adalah kakakku, dan sebagai adikmu, aku bisa merasakan kese