Dua mobil Koenigsegg Jesko Absolut milik nona Intan melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba harus berhenti.srrrrrrt.....Argh"Sial, kepalaku terbentur,""Berhenti....!!!"Seseorang telah membuat jebakan.Di tengah jalan kota terpencil, mereka sengaja meletakan dua buah motor kijang yang sudah buntut."Siapa mereka? Berani-beraninya parkir sembarangan!" desis seorang pengemudi.Dengan bergegas para pria yang berjumlah lima orang turun melihat mereka bertiga seolah menantang.Bodyguard kiriman dari kakek sengaja membawa mobil yang kecepatannya tinggi di dunia. Dimaksud agar gerakannya cepat. Eeh...,namun apalah daya, tetap saja ada yang menghalangi jalan kami. Kejahatan memang semakin merajalela!Intan mendengus melihat berandalan yang mengepung mobil miliknya."Untuk apa kalian menghalangi jalan kami? Hah!"Salah satu bodyguard berkata dengan gayanya yang memang sudah seram dari sana, ditambah ia sekarang melotot. Apakah si pria berandalan tubuh kecil itu tidak takut pada bodyguard
Intan yang mendengar ucapan Kyai Hasanuddin menelan salivanya. Matanya menatap dengan aneka rasa.Siapa yang tidak terkejut seorang guru berbicara mengenai masa depan kita? Siapapun pasti akan menarik bukan?"Aku tahu Pak Kyai itu memiliki ilmu sangat tinggi? Sampai-sampai beliau tahu masa depanku? Huh sungguh luar biasa!"Bukan hanya Intan yang mengagumi! Semua bodyguard Intan juga mengagumi? Lihatlah, salah seorang bodyguard minta doa-doa pada Kyai! Bahkan, mereka tertawa-tawa dengannya, tentu saja tetap memakai sopan santun, tapi mereka terlihat begitu dekat! Sementara dengan Intan, para bodyguard seperti robot bahkan es batu...,boro-boro bercanda, mana berani mereka padaku! Memang Kyai Hasanuddin in the best.Sebelum pulang, Kyai memberi Intan sebuah teka teki kembali."Nona Intan, seperti yang kita ketahui, bahwa kebajikan akan selalu mampu mengalahkan kemungkaran. Dimasa depan mendatang, kamu akan dipertemukan dengan masalah yang besar. Oleh sebab itu, saya berpesan, perkokoh
"Tolong kamu selidiki wanita bernama Bella! Data lengkapnya akan aku kirimkan segera padamu!" perintah Intan kepada detectivenya.Ting!Sebuah pesan Intan kirimkan."Siap bos!""Saya akan segera menyelidikinya,""Bagus!" balas Intan.Intan tahu betul bagaimana kerja detective itu. Setelah menyerahkan masalah Bella kepada detective kepercayaannya. Intan yakin semua akan segera beres.Hari ini juga Intan pergi ke tempat di mana Marissa tinggal untuk menemui ibunya."Aku sudah tidak bisa menunda lagi, aku sangat memerlukan bukti-bukti itu, aku juga ingin bisa hidup tenang," gumam Intan seraya memejamkan mata beberapa saat.Dengan alamat yang diperoleh dari salah satu sembilan wanita bertopeng, Intan dikawal dua bodyguard menuju ke Gunung Berapi di Turki.Perjalanan cukup jauh. Pasalnya, ia harus melewati sebuah jembatan yang cukup sulit jalannya. Bahkan kurang bagus.Jembatan gantung ini adalah satu-satunya jalan yang bisa kami lalui.Mobil mewah dengan kecepatan tinggi membelah jalanan
Hari kini sudah tampak gelap. Berjam-jam mereka mendapat serangan hingga pada akhirnya bisa lolos.Ini bagaikan sebuah kejutan bukan? Serangan itu begitu datang tiba-tiba."Huh,"Kemudian, nafasnya yang masih naik turun begitu terasa, diantara ke dua bodyguard itu.Wajahnya tampak sekali mereka kelelahan."Kita masih membutuhkan perjalanan sepuluh jam lagi," ucap salah satu bodyguard membuka suara di keheningan. Dia memberitahu setelah melihat sebuah maps seraya menyenderkan tubuhnya dan menurunkan kursi mobil untuk lebih turun lagi agar tubuhnya yang pegal lebih baik, tentu saja atas izin Intan selaku bosnya."Itu tidak mungkin!" sahut Haical lagi. Haical merasa sudah begitu lelah, tapi ternyata masih membutuhkan sepuluh jam lagi? "Yang benar saja?" gumamnya.Kesimpulannya, seharian ini mereka tidak ada hasil?Karena dirasa sangat lelah, badan pegal, bahkan tenaga terkuras banyak, pada akhirnya harus istirahat."Kalau begitu, antarkan aku ke Apartement terdekat, sekarang!" perint
Usia pria itu sudah matang, sepertinya berusia kepala empat ke atas."Siapa Anda?""Nona muda ingin menemui Ibu dari Marissa,"Di menatap serius, lalu berkata seraya mengangguk dan membalikan tubuhnya masuk kedalam. "Baiklah sebentar, aku akan tanyakan dahulu,"Haris lalu masuk ke dalam mobil kembali, seolah dia memberi kode," Sepertinya di sini aman," ujarnya.Menurut penglihatan Haris, tidak ada raut wajah dari lelaki itu seolah seperti waspada, di sanalah dia menyimpulkan semua aman.Mendengar penuturan dari Haris Intan dan Haical seolah bernafas lega. Tampak dari ke duanya menghela nafas dan berkata, Ok, itu sangat bagus.Tapi ada hal yang membuat mereka kesal."Berapa lama lagi kita harus menunggu mereka?" Intan bertanya seraya menyenderkan punggungnya di kursi mobil seraya bolak balik melihat jam dan melihat gerbang di buka kembali."Aku tidak diberi tahu waktunya nona," sahut Haris berkata apa adanya.Mendengar pertanyaan nona muda Intan, Haical seraya menirukan orang india den
Seketika wajah garang milik Haical tampak begitu jelek. Bibir Haical turun ke bawah, diikuti dua lubang hidungnya juga tampak melebar, matanya semakin menciut. Bahkan ekspresinya seolah seperti seorang yang menahan sakit perut.Haical mencondongkan tubuhnya dengan susah payah, ujung matanya melihat Haris tak sedikitpun dia menoleh kepada Haical."Apa yang sedang rekanku ini fikirkan, Oh Tuhan...!" gerutu Haical.Haical berbicara seraya mencoba berungkali mengulurkan tangannya, dia melakukan itu untuk menyentuh kulit Haris agar menoleh."Ini semua seperti berada di pulau yang berbeda!" keluh Haical.Sementara satu orang yang berjaga berada persis di depan pintu masuk keluar mobil, dan juga tepat di depan sandera.Orang itu sedang fokus melihat perkelahian yang terjadi di luar.Di sisi lain, Intan mencoba untuk berbicara baik-baik."Apa alasan Anda menangkap kedua rekanku! Hah! Apa salah mereka? Bukannya Anda tahu yang namanya hukum? Kenapa malah seenaknya sendiri!" Intan berkata deng
Lelaki bernama Jacson itu sengaja mata ekornya memberi kode kepada Intan. Kemudian, dia mengancamnya.Oleh sebab itu,"Jika aku tidak memilih untuk ikut dengannya, saat ini juga Haical dan Haris bahkan mati di depanku?" ucap Intan berkata seraya mendengus memikirkan hal itu.Ia kesulitan untuk mengambil keputusan saat ini. Di tengah kondisi seperti itu, tiba- tiba Jachson berseru."Cepat jangan membuang-buang waktuku, atau aku tembak mereka sekarang juga!" Dia berkata dengan berteriak. Seolah dia adalah malaikat izroil.Lelaki itu terus saja menghitung jarinya, dia menggerakan jari ketiganya hingga Intan tercengang."Sial! Brengsek! Bedebah!"Seolah Intan berada di ujung tanduk, pada akhirnya dia mengalah.Kemudian, Intan memasuki mobil musuh dengan penuh waspada, sementara Haris dan Haical didorong dengan kasar hingga terjatuh di aspal setelah kunci borgol dilempar.Sebelumnya, Tomy selaku pimpinan telah melarang hal tersebut. Tentu saja nyawa nona muda Intan terancam, bukan? Namun, To
Sebenarnya, Intan ingin memberi kabar kepada bodyguardnya. Namun setelah ia mencoba menghubungi tidak ada jawaban. Oleh sebab itu, Intan menjadi kesal.Sepertinya sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi? Di dalam hatinya, Intan tampak pasrah.Kemudian, saat mengedarkan pandangan kearah wanita itu, ada rasa belas kasih yang menyelip di hati Intan."Marissa sayang, kamu makan dulu, nanti kalau tidak kamu bisa sakit. Nanti kalau sudah makan Daddy bakal pulang terus ngajak Marissa jalan-jalan. Ayo makan ya a...aem....," Wanita itu berbicara seperti layaknya anak kecil, bahkan, ia terus menyebut nama Marissa.Di tengah Intan yang sedang meratapi nasib wanita itu, tiba-tiba seorang lelaki membuka pintu. Intan sontak mengalihkan tubuhnya di depan pintu, Ia segera minggir."Kreekkk...,'"Sepertinya ada orang datang?"ujar Intan.Seorang laki-laki dengan tubuh layaknya seorang prajurit, tinggi dan ideal itu masuk membawa nampan berisi makanan ke dalam ruangan, lalu dia meletakan makanan di san
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di