Jika Haris tidak merespon, sudah jelas ada apa-apa dengannya! Lagian, sebelumnya Haris tidak pernah sekalipun seperti ini? Lalu, apa yang terjadi dengannya? Begitulah sekiranya fikiran Intan sekarang. Oleh sebab itu, Intan bergegas mencari cara.Sebuah tambang tali yang sebelumnya Intan gunakan untuk turun dari lantai atas kembali ia gunakan. Tentu saja ia sudah memastikan dengan sebuah teropong keadaan di atas."Perhatian kode A!"Intan berseru, ia mengatakan kode A yang artinya perhatian jika ia akan maju.Intan menunjukan jari jempolnya yang seperti putih susu kepada Haical. Lalu, dia membalas kodenya seraya mengangguk dan tatapan matanya berkedip kepada nona muda. Mereka berdua begitu tampak kompak."Cek. Di atas aman!" seru Haical."Baik. Aku segera ke atas! Persiapkan dirimu!""Sipp!"Dilemparnya tambang tali tersebut sekiranya mengenai sasaran. Setelah ia mengukur jarak, pastinya dengan melihat jaraknya sudah cukup.wuis..., wuis.., wuis....,Suara tambang tali sengaja Intan
Kemudian, Jachson melirik leher miliknya. "Apa?" Jachson berkata seraya matanya melotot. Dia saat itu begitu syock. Tangannya mencoba bergerak, namun Intan semakin mengeratkan pisau, bukan itu saja, bahkan kulit Jachson saja tampak bergaris disebabkan pisau yang terlalu dekat."Arg...," perihnya.Seandainya saja Jachson memiliki riwayat jantung, tentu saat ini dia sudah kambuh atau bahkan mati saat itu, bukan begitu?Kondisi telah berubah.Di leher Jachson tampak sebuah pisau yang begitu mengkilat bahkan wanita itu yang sebentar lagi akan masuk perangkapnya nyatanya ini keadaan malah berbalik."Aku harus bagaimana ini?" Kata Jachson.Seketika bola mata milik Jachson melebar, saat itu seolah jantung berhenti darah mengalir dengan lambat.Ingatannya menerawang ulang bagaimana wanita itu bukan hanya luar biasa tapi sangat sakti. Kecepatannya bahkan seperti angin? Ilmu apa yang wanita itu miliki?"Ini benar-benar di luar nalar!" batin Jachson. Dia masih merasa ini adalah mimpi.Saat itu
"Iya benar. Nona! Itu mobil sebelumnya yang dia pakai!" sahut Haical."Haical. Cepat lakukan sesuatu. Apakah kamu bisa mengatasinya, Haical?"Melihat keadaan genting kembali aura kecemasan tampak di wajah mereka. Haical begitu tampak pucat. "Tenang Nona. Aku bisa mengatasinya!"Di balik jantung yang penuh berdebar, apakah dia harus menceritakannya kepada Nona muda? Itu adalah hal mustahil bukan.Haical segera meraih kacamata hitam dengan gayanya yang sok tampan. Dia bergegas menambah kecepatan mobil untuk membelah jalanan. Di sisi lain Haris yang melihat rekannya mampu membawa mobil tampak lega.Walaupun dia sudah tampak lebih baik namun dia belum bisa bekerja keras. Dari pada Haris tidak bermanfaat, dia meraih teropong. Dia sibuk melihat kondisi di depan dan belakang. Mungkin menurutnya itu akan lebih terlihat keren.Intan juga disibukan dengan memainkan laptopnya sedari tadi. Banyak hal yang membuat dia terkejut dengan isi flasdist tersebut.Jalan yang berada di depan tampak berbel
Ternyata Abraha benar-benar tangguh! Pukulan yang mereka berikan tidak mempan. "Ilmu apa yang dia miliki?" ucap Intan di dalam hati.Setelah difikir-fikir, Intan memutuskan mengeluarkan ilmu kanuragan. Mungkin saja ilmu kanuragan yang ia miliki mampu melawannya?Intan sedikit merasa ragu. Sebab, dia sendiri memang belum tahu persis ilmu yang digunakan oleh Abraha. Bola mata Intan sedari tadi memutar.Iya, aku akan mencoba ilmu kanuragan, setahuku ada beberapa ilmu kebal jenisnya?Setelah itu, Intan berjalan meraih tempat yang agak leluasa, ia duduk bertapa. Setelah beberapa saat, kemudian Intan mulai merasakan energi."Wahai Abraha! Terimalah seranganku!" teriak Intan.Kakinya berada di udara setelah tubuhnya melakukan gerakan salto, lalu ia segera menendang kepala milik Abraha hingga terjungkal. "Wow,"Sekarang jati diri Intan semakin kesini semakin terbuka. Lihatlah! Lelaki yang sedari tadi terus saja sombong dengan kekuatannya kini tumbang oleh seorang wanita."Makanya kalau
Teror semalam seperti biasa sebuah ancaman Intan agar mati. Intan mendengus. "Betapa kurang ajarnya mereka. Terutama, Franz! Gara-gara dia hidupku mejadi berantakan!"Tentu saja Intan merasa kesal. Bukan hanya sehari nyawa terancam, bahkan berbulan-bulan.Semalaman suntuk Intan berfikir untuk memecahkan masalah tersebut.Tiga kali orang tak dikenal telah melempar batu namun sangat di sayangkan semua berhasil kabur.Pagi hari, Intan memutuskan brefing dengan anak buahnya.Tiga anak buahnya yang tinggal semalam berada di dalam rumah tampak berbaris di dalam kantor memakai seragam rapi.Sedari tadi Intan yang berputar-putar melihat tiga bodyguard, bahkan tampak aura di pertanyak di benak para bodyguard.Ada apa dengannya? Kenapa dia mondar-mandir terus?Kurang lebih begitulah buah fikiran dari tiga bodyguarnya."Semalam seseorang telah melempar batu ke dalam kamar saya hingga kaca pecah. Apakah kalian melihatnya?"Intan sebenarnya sedikit heran, bagaimana mungkin orang lain tahu posisi
Sebuah penutup jendela dari papan Haris tendang.BRUAAAK..!Kemudian, Haris muncul dengan gagah berani. "Biarlah semua orang mengetahui keberadaanku, aku yakin sebentar lagi Tomy akan sampai di sini," gumam Haris dengan yakin. Lalu, dia melangkah. Setiap langkahnya seperti sebuah detak jantung seseorang.Sebenarnya Haris sendiri sempat ragu untuk masuk saat ini, namun, melihat keadaan nona muda yang diam-diam dia kagumi terancam, oleh sebab itu membuat Haris berani."Nona muda!" seru Haris. "Benar-benar biadab!" serunya.Apakah mereka tidak tahu jika Intan bukan orang biasa, lihat saja jika mereka tertangkap, mereka akan menyesal seumur hidup.Bagaimana mungkin seorang nona muda yang terhormat di perlakukan rendahan seperti ini!Haris berdiri mengepalkan kedua tangannya. Matanya menyala bagaikan bara api seakan siap bertarung."Luka nona muda, adalah pembalasku!" gumam Haris.Tentu saja Haris akan membalas setiap orang yang berani menyakitinya, nah seperti saat ini, dia rela mengi
"Apa kamu tidak dengar apa yang kukatakan? Hah? Atau kamu ingin lebih menderita lagi," ancam Haris.Dengan ancaman dari Haris, membuat lelaki itu tampak ketakutan seketika."Aku tidak tahu di mana kuncinya? Sungguh!" Preman itu bersuara dengan memelas dan pelan. Karena Haris tidak percaya, oleh sebab itu dia terus memukulnya.Bug...Bug...Bug..."Cepat katakan!""Sumpah. Aku tidak tahu!"Karena saking kesalnya, pada akhirnya Haris membuat pukulan yang keras bahkan berkali-kali."Aku tidak suka dibohongi, sebaiknya kamu cepat katakan di mana kuncinya? Saat ini juga atau aku akan membunuhmu!" gertak HarisHaris mengepalkan tangannya, lalu dia meletakan di depan wajah lelaki itu. Dengan gregetan.Karena takut melihat Haris, akhirnya lelaki itu bersuara. Dia menunjuk dengan tidak berdaya."Aku tidak terlalu tahu persis, hanya aku pernah melihatnya saja. Di sebuah meja, namun didinding, di sana tampak sebuah paku terlihat sebuah kunci menggantung "Mendengar jawaban dari preman itu, "Nah,
Saat ini, para preman sedang berkumpul. Mereka yakin Intan masih berada di dalam rumah kosong."Hai nona yang sangat cantik jelita? Kamu ada di mana? Apa kamu tidak merindukanku? Kenapa kamu harus mengajakku petak umpat seperti ini?" goda Abraha mendayu-dayu."Hahaha....Di sana terdengar iringan gelak tawa. Abraha memanggil Intan layaknya sedang membaca syair..Terdengar begitu menggelikan, andai saja Abraha tahu. Tapi dia tidak menyadari.Lagian orang kaku kaya robot, ngapain juga harus sok centil?"Ayolah sayangku? keluarlah...!" teriaknya kembali."Baiklah kalau begitu, aku akan menghitung mundur dari angka lima! Jika kamu ingin dijemput, tunggu saja aku akan menjemputmu, wahai wanita cantik!" desisnya.Apakah Abraha berkata seperti itu karena dia mencintai atau menyukai Intan? Tentu saja tidak, dia melakukan itu hanya ingin membalas dendam.Apakah Abraha melupakan begitu saja saat dirinya dikalahkan oleh Intan? Apalagi di depan para bawahannya bahkan oleh bosnya!Itu adalah penghi
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di