"Sekali lagi gue dengar lo bilang Dera jalang, gue akan merontokan gigi lo, sialan!" desis Dean yang menerjang sambil menarik kerah Roland. Roland malah terkekeh."Intinya, kita bertiga tahu kayak apa sifat asli calon istri baru lo, jadi jangan terburu-buru menikahi Dera. pastikan dulu anak yang dikandung itu anak lo." ucap Dipta lebih serius mengabaikan Dean yang menatapnya tajam.Dean melepaskan cengkramannya pada kerah Roland dan mengusap wajahnya kasar."Jam makan siang hampir habis, gue balik dulu bro!" ucap Roland menepuk bahu Dean lalu pergi meninggalkan Dean sendiri di ruang kantornya.***Lima Bulan Kemudian"Ya, Jim. Katakan apa yang lo temukan?""Istri lo benar dia ke pulau Nias untuk kerja, kebutuhan pemotretan para model untuk baju rancangan barunya,""Serius lo? Berarti kecurigaan gue ngga terbukti ya?""Terbukti,""Maksud lo? Jelaskan sejelas mungkin dan pastikan lo punya bukti untuk membuktikan kecurigaan lo,""Well, menurut gue kecurigaan gue hampir terbukti sempurna,
Setelah kejadian itu Dean terus mencari Linar sampai detik ini, ia sangat menyesal melepaskan Linar hanya karena tergiur kehamilan sialan Dera. Dean menghembuskan nafas lelah, ia sangat merindukan Linar. Wanita terkuat yang pernah ia temui, wanita terbaik yang pernah ia kenal. Dan bodohnya ia menyia-nyiakan Linar.Pria itu menatap pemandangan kota di balik kaca ruangannya. Meratapi nasib sialnya. Ia sudah kehilangan semuanya. Roland dan Dipta benar, Dera hanyalah seorang jalang yang sangat licik dan Jason adalah pria terbodoh di dunia ini hingga bisa ditipu secara murahan oleh Dera. Bayi yang dikandung Dera bukanlah anak dari Dean melainkan dari pria lain.Tok… Tok.."Masuk!""Permisi, Pak. rapat internal perusahaan akan segera dimulai,""Ya, saya akan segera ke sana!"***Lima belas menit kemudianDdddrrrttt… (mobile phone's ringtone)"Halo""Detektif ku sudah menemukannya" ucap Dipta dan Dean langsung mengalihkan seluruh perhatiannya pada ponselnya."Dimana?" tanya Dean singkat."L
"Aku belum tentu mengandung anak kamu, Mas,""Apa kamu bilang?" bentak Dean marah."Aku udah punya pacar baru, pria yang tadi kamu temui namanya Raif, kami udah lama saling mengenal dan begitu pula masing-masing keluarga, aku harap kamu paham maksud aku, Mas!""Nggak! Aku nggak paham, Linar! Dan jangan kamu bohongi aku, ya Lin! Perut kamu udah sebesar itu, dan aku masih ingat dengan jelas sebelum bercerai kita bercinta tanpa pengaman, aku yakin kalau anak yang kamu kandung itu adalah anak aku, dan aku kenal kamu dengan sangat baik, Linar! Kamu bukan orang yang bisa tidur sama lelaki yang bukan suami kamu!""Ah, ya aku memang bukan Nadera Sandhoro, istri pilihan kamu yang dengan cara itu dia menikahi kamu kan, Mas. Tidur sama orang yang bukan suaminya" ucap Linar sinis yang sukses membuat Dean meradang."Aku kecewa kamu masih menyangkal itu anak aku!" ucap Dean datar mencoba tak mengikuti pembicaraan Linar."Langsung aja, Mas. Apa mau kamu?""Aku mau kita rujuk!"Linar menatap jengah
Dean menghela napas keras, sulit baginya mengakui kekalahannya, tapi ia akan mengatakannya.Aku hanya ingin kita menjadi satu lagi menjadi keluarga utuh ditambah adanya anak kita disini." ucap Dean sambil mengelus perut Linar. Dan itu membuat Linar makin terisak."Kamu sangat egois Mas! Aku membenci sikap egoismu!" isak Linar,Dean menghembuskan nafasnya kasar. "Kalau aku nggak egois kamu nggak akan disini bersamaku, di rumah ini, Lin!" jawab Dean,Wajah Dean sudah memerah, sejak dulu kenapa setiap berhadapan dengan Linar menguras banyak emosi."Kamu yang berselingkuh berkali-kali di belakang aku! Dan kamu memilih wanita itu daripada aku, Mas!" bentak Linar sambil menatap tajam Dean, dan tiba-tiba Dean mendorong Linar berbaring dan melumat bibir Linar yang tak jarang mengeluarkan kata-kata tajamnya dan sialnya Dean benar-benar kecanduan akan bibir manis Linar tersebut.Linar masih terengah-engah dengan mata sendu yang terbuka lemah, hati dan tubuhnya masih kelelahan setelah percintaa
"Siapa lo?" gertak Dera yang langsung mencekal pangkal tangan kanan Linar.Linar terhuyung ke belakang dengan tangannya yang sakit harus dicekal, mereka saling pandang tercengang satu sama lain. Linar lah yang pertama membuang wajahnya menemukan Dera dengan ekspresi murka dan mata membelalak kejam di hadapannya."Linar?"Dengan tergagap ia menjawab,"A.. aku punya ala-""Linar! Kenapa lo keluar dari kamar suami gue, hah?!" geram Dera tak sabar memotong jawaban Linar.Dera menambah kekuatannya dalam mencengkram lengan Linar, sedikit puas melihat Linar yang meringis dan mulai melawan minta dipuaskan, disaat itu lah jubah panjang yang tak benar-benar dikancing terbuka sedikit namun Dera bisa melihat perut Linar yang buncit,"Lo hamil?" tanyanya berdesis.Tentu saja kecemburuan membakar hatinya menemukan wanita yang pernah menjadi mantan suaminya keluar dari kamar suami yang sedang ia pertahankan agar tak bercerai bahkan dalam keadaan hamil besarSialan, ia baru teringat sejak sore kemar
Dera tak bisa menahan rasa penasarannya. Lebih baik mencari tahu secara langsung pada Dean karena asisten rumah tangga, supir hingga kaki tangan, Dean tak akan berani mengeluarkan sepatah kata pun tanpa izin dari tuannya.Dean mendorong mangkuknya menjauh, mengelap bibirnya dua kali sebelum menelengkan kepalanya pada Dera. Menikmati kecemburuan yang begitu kentara di setiap guratan wajah dan sudut bibirnya ketika bertanya."Aku masih nyonya di rumah ini, Dean! Aku perlu tahu kapan dan apa tujuan dari tamu datang ke rumahku?" tanya Dera menuntut."Rumahku, bukan rumahmu, Dera!" peringat Dean menatap dalam pada Dera."Dan aku lebih nggak paham, wanita yang memiliki nilai diri yang terlalu tinggi seperti dia, gimana bisa, dia mau dibawa kerumah pria yang bukan suaminya? Dan ditiduri dengan pria yang sudah beristri!" ucap Dera mengejek pada Linar yang berusaha acuh.Wajah Dean merah padam, rahangnya mengatup amarah, "Cukup, Dera!!"Dean menarik napasnya dalam sebelum menjawab pertanyaan
"Dan ini waktunya kita berdua bisa kembali membina keluarga yang sempurna, aku mohon Linar, kembalilah!" tambah Dean membujuk. Linar menunduk, membalas tatapan Dean yang berkaca-kaca. Ia tersenyum tipis juga sendu. "Kata-kata itu adalah kata-kata yang selalu aku tunggu dari kamu, Mas. Tapi itu dulu…karena aku nggak butuh kata permohonan itu lagi, faktanya adalah kita udah berpisah beberapa bulan lalu, dan kita sedang menjalani kehidupan masing-masing tanpa ada aku atau kamu didalamnya. Dan biarkan tetap begini, Mas!" "Dan aku segera bercerai dengan Dera, artinya sebentar lagi aku kembali jadi pria bebas yang bisa mengejar wanita manapun yang aku mau, toh sampai sekarang kamu belum juga menikah 'kan?" "Aku udah punya kekasih, Mas. Pria yang kenalan sama kamu tadi pagi, Raif namanya dan dari awal hubungan kamu itu serius, jadi maaf. Aku memilih setia," "Dan kalian belum menikah itu yang paling penting!" jawab Dean keras kepala "Apa maksud kamu, Mas?" tanya Linar tak nyaman. "Maks
"Dan sekarang aku ingin kamu tahu bahwa aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, Linar. Seharusnya kamu tahu itu!""Cukup, Mas!"Napas Dean terengah sarat emosi. Mengucapkan kalimat panjang tersebut dalam sekali tarikan napasnya sesekali tercekat. Menahan tubuh Linar agar ia leluasa menatap lurus kedua mata Linar yang masih bergeming."Lalu, berapa banyak waktu yang harus aku buang buat kamu, sejujurnya aku belum bisa percaya sama kamu setelah apa yang pernah kamu lakukan sama aku,"Dean tak langsung menjawab, pria itu menggeleng dan berkata sambil menahan tubuhnya agar menghadap ke arahnya."Kali ini biar aku yang berjuang, aku menyesali sikap aku yang egois dan nggak cukup berusaha mempertahankan kamu, sekarang biar aku yang melakukan semuanya, yang penting kamu menerima kehadiran aku di sekitar kamu itu udah cukup buat aku, Ok!"Linar masih bergeming, ia membuang wajahnya ke arah depan, melarikan diri dari pandangan Dran yang menuntut disetujui.Bibir Dean merengut tipis, tetapi t
Silahkan Mampir Cerita Lainnya, Peringatan Cerita 19+Genre Adult Romance, Kontrak dg CEO yg bergaya Cassanova. Alur dan permasalahannya lebih real dan relate kehidupan normal. BlurbJavas mengerang karena bergairah, semakin merengkuh tubuh Zehra pada tubuh tegapnya yang membuat pipi Zehra memerah karena ikut merasakannya, dengan mata berkilat Javas mengusap pipi Zehra. "Jadi dari mana aja kamu seharian ini?""Cuma di rumah, mengemas semua barang aku. Kamu ingat 'kan? Ini jadi hari terakhir-""Aku berubah pikiran, ayo kita bertunangan!" Zehra mendorong dada Javas pelan, "Maaf, aku nggak bisa karena kontrak kita udah selesai, benar 'kan?"Tentang dua manusia yang tak pernah bersilang jalan sebelumnya kini terus dipertemukan hingga memantik rasa penasaran Javas Wira Sastro yang sudah muak dengan hidupnya, mencoba bermain api hingga memanfaatkan Zehra Deris yang terhimpit masalah.Mereka setuju untuk terikat dan tanpa sadar saling terbakar. Namun terlalu banyak perbedaan, drama serta
Empat Tahun Kemudian “Elkan sudah berusia enam tahun, sudah agak telat buat punya adik, tapi kenapa masih belum?” pupil mata Tante Ambar membesar, dengan reaksi dramanya ia melanjutkan. “Apa kalian cuma berencana punya satu anak atau ada masalah dengan rahim kamu lagi, Lin?”Pertanyaan terakhir adalah yang paling sensasional terbukti semua mata tertuju pada Linar yang tengah menuangkan air ke dalam gelas kosong. Ia menyadarinya tapi tak cukup ada alasan untuk menghentikan gerakannya. Ia memang langsung haus saat Tante Ambar kembali kumat.“Ambar! Jaga ucapan kamu!” peringat Om Soepomo.“Aku cuma tanya, kita ini ‘kan keluarga. Wajar dong kalau saling terbuka lagipula lebih baik bertanya langsung dari pada ngomongin di belakang ‘kan?”“Memangnya Tante Ambar masih ngomongin aku di belakang, ya?” tanya Linar berpura-pura ingin tahu.Tante Ambar mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian mengulas senyum sambil mengedikkan bahunya. “Kadang-kadang aja, kamu terlihat awet muda sih,”“Aku ‘
"Dia pasti tahu itu, Roland pasti sudah cerita tentang itu ke dia." Linar bersedekap layaknya petugas biro interogasi, "Maryn tahu kamu sudah punya anak?" Dean menghela napasnya kasar. “Aku nggak tau, kami jarang ketika bertemu, ngobrol urusan pribadi seperti itu.” Linar memutuskan untuk tidak berhenti, ia mengikuti suaminya. "Lantas, mau apa dia menghubungi kamu selarut ini?" Dean memandang Linar lama, mencoba merangkai kata dengan penjelasan yang ia pilih. "Maryn memastikan aku hadir di pestanya Roland. Akan banyak yang datang dan mungkin akan menjadi acara semacam reuni." "Kamu memang pasti hadir 'kan? Secara dia sahabat kamu. Lagian acara pernikahannya masih dua minggu lagi, jadi kenapa dia harus memastikan kamu hadir sampai segitunya?" Dean terlihat frustrasi dengan enggan ia menambahkan. “Bukan acara pernikahannya tapi…semacam pesta lajang di tempat yang sudah di booking sama yang punya acara.” “Pesta lajang? Dimana?” “Di salah satu pulau Bali.” “Hah, pesta sendirian sek
Braaak! Dean memejamkan matanya, coba menahan keluhan lantaran pintu mobilnya yang baru saja dibanting oleh istrinya. Ia melirik pada Linar yang masih cemberut mengotak atik ponselnya.“Sebentar lagi jam sebelas, kita sekalian makan siang aja ya, jadi kamu pulang jam satu aja.” buka Dean sembari menjalani mobilnya keluar garasi.“Nggak bisa, ‘kan aku udah bilang aku nggak tega ninggalin Elkan terlalu lama.” balas Linar.“Makanya aku udah bilang tadi, bawa Elkan dan susternya sekalian.” bantah Dean santai namun dibalas delikkan oleh Linar.“Justru karena aku mikirin posisi kamu di kantor. Gimana kalau tantrumnya kambuh? Udah pasti mengganggu kesejahteraan kantor kamu.” ucap Linar sewot.Dean memejamkan matanya lelah. Tangannya mengusap wajahnya gusar. Dia mencoba mendekati Rere. “Aku minta maaf, ok. Berhenti ketus saat bicara sama aku, Lin.” Hening…Linar menyadari jika Dean sudah mulai tersinggung dan mengambil sikap tegas dan dinginnya.“Aku pikir kita udah baik-baik aja. Aku bena
"Maaf, Buk. Pak Dean sedang tidak ada di tempat.""Oh ya, bukannya kurang dari setengah jam, baru tiba jam istirahat?""Betul, Buk. Tapi sejam dua jam yang lalu Pak Dean keluar kantor untuk menghadiri event peluncuran salah salah satu karya kami, dan Bapak bilang akan kembali ke kantor sekitar jam dua nanti." jawab sekretaris Dean. Linar mengangguk kecil, ada perasaan menyesal karena sudah semangat mempersiapkan bekal makan siang sejak jam sembilan pagi. "Tadi kamu bilang, event peluncuran produk? Apa itu artinya Buk Dera William dan Pak Roland juga ikut?" pancing Linar. ***Linar merengut kesal, perasaan was-was masih saja menganggunya selama masih ada Dera yang menjadi salah satu partner kerja suaminya artinya Dera masih berputar di dunia suaminya. Peluang mereka untuk bertemu, dekat dan kembali nyaman terlalu besar. Dan terbukti ada kecocokan tempat diantara mereka. Dean baru saja memberitahu lewat telpon jika ia tengah berada di restoran ternama dan memakai ruang makan tertut
"Iya, nanti di dalam kamarnya jangan terlalu lama, ya. Biar kamu bisa ikut foto bersama nah, setelah itu kita bahas acara ulang tahun Ista, nanti. Kamu tahu 'kan sebentar lagi giliran Ista, adik ipar kamu yang berulang tahun. Jadi kamu harus ikut diskusi, ya!""Ok, Tante. Yaudah aku ke kamar dulu, ya. Elkan udah merengek terus."Linar masuk ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai dasar. la duduk di sisi ranjang dan mulai menurunkan gaunnya di bagian dada dan melepas kancing bra. Sejak melahirkan Elkan, Linar selalu memakai bra dengan kancing di bagian depan agar memudahkannya untuk menyusui.Linar segera menempatkan bibir Elkan di puncak dadanya. Elkan yang sudah lapar dan haus, segera menghisap dengan tidak sabar. Tidak lama kemudian, mata bayi laki-laki sehat itu terpejam. Linar menatap Elkan dengan penuh kasih sayang. Tangannya bergerak pelan dan lembut untuk mengelus kepala anaknya yang berambut lebat seperti Dean. la tersenyum tipis. Perjalanan rumah tangga yang dulu terasa
Dean menelengkan kepalanya. "Kenapa bisa nggak seger lagi?""Ya, karena aku udah mandi dari setengah jam yang lalu," ucap Linar cemberut."Ya, terus kenapa kamu nggak langsung samperin aku aja, hmm?" "Niatnya 'kan mau kasih kejutan, lagian kamu kelihatan serius banget kerjanya, jadi aku pilih skincare-an deh, sambil nungguin." Dean mendengus ketika kedua lengan Linar mengalungi lehernya. “Bukan karena kamu sibuk cari alasan supaya aku nggak marahin kamu, hm?” sindir Dean tajam. Meski begitu, kedua tangannya bergerak pasti memeluk pinggang Linar.Linar tersenyum geli, kakinya sedikit berjinjit agar bisa mengecup sebentar bibir Dean. "Jangan marah dong, 'kan akunya ga jadi seminggu disana.""Kesepakatannya kamu dan Elkan cuma tiga hari disana, ingat.""Tapi kamu tau sendiri, Mamah aku protes karena aku nggak ikut bantuin acaranya. Dan kamu udah izinkan aku, ingat?""Amat sangat terpaksa, karena mamah kamu yang minta." dengus Dean. “Tapi Mas, kamu suka nggak?” bisiknya tepat didepa
"Cium!" bisik Linar ragu, "Dia cium bibir aku, Mas."Jawaban Linar cukup membuat Dean lega, hanya saja egonya terlanjur luka. Ia kecewa manakala di saat mereka berpisah, ia masih meyakini Linar masih mencintainya, dan kepercayaan Linar adalah perempuan yang pandai menjaga dirinya. Sejujurnya ia pun banyak membiarkan Dera. "Tumben, kamu mau. Padahal hubungan kalian setengah tahu pun belum?""..." Linar tak mampu memandang wajah suaminya.Dean berbalik, "Aku kecewa, aku pikir kamu nggak akan semudah itu berpaling.""Mas..." Linar menahan lengan Dean, "Waktu itu kita udah bercerai, Mas.""Secepat itu kamu berpaling? Apa kamu memang tipikal nggak bisa kesepian? Jangan - jangan kalau aku tinggal dinas lama di luar kota, kamu cari pelukan pria lain.""Aku nggak kaya gitu, Mas. Bukannya banyak kesempatan yang aku buktikan ke kamu, ya? Aku yang selalu nungguin kamu di kamar yang dingin sendirian, Mas! Aku selalu setia sama kamu….” Linar menggigit lidahnya, dan membuang wajahnya ke samping.D
Dean mengetahui jika Linar sudah lama bersahabat dengan Tita tapi dengan Andaru, pria yang dikenalnya sebagai kekasih dari Tita, sejauh apa istrinya dekat dengan Andaru? Dan apakah Tita mengetahui kedekatan mereka berdua hingga dengan santainya Andaru membuat janji temu dan makan bersama, bahkan mengirim pesan selarut ini. Berbagai macam pertanyaan dan pikiran negatif bersemayam dibenaknya dengan cara yang menjengkelkan. Ia curiga, khawatir dan mungkin cemburu. Namun kali ini Dean ingin menguji istrinya.***Tok.. Tok.. "Masuk,"“Mas, ini udah jam makan siang lho, makan yuk!”Dean tersenyum kecil saat menemukan Linar yang melangkah menuju meja kerjanya. Ia memundurkan kursinya dan menyamankan posisi duduknya dengan kaki yang terbuka lebar.Linar berdiri di sampingnya, menyandar di pinggir meja setelah meletakkan tas di atasnya. Tangannya memainkan rambut Dean. “Lunch bareng aku yuk, ada resto recommended yang mau aku coba bareng kamu," Dean mengangguk setuju, menikmati tangan Linar