Linar terkesiap, mendengar bentakan Dean yang langsung bungkam. Sekuat hati Linar menenangkan degup jantungnya yang berdetak kencang. Ada rasa takut yang menderanya melihat tatapan nyalang dan kecewa, hingga tak percaya dari Dean.Dean mengusap wajahnya kasar, membuang wajah untuk menggeram, mengeluarkan amarah yang tertahan. "Cukup di sini, Lin! Seperti yang kamu bilang sebelumnya, aku berharap kita bisa berpisah dengan cara baik-baik. Jangan menambah masalah apapun. Harusnya kamu nggak begini, Linar."Linar tersenyum kecut, di detik berikutnya Linar tersenyum pilu. "Aku udah kamu sakitin segini hebatnya dan disaat terakhir pun kamu masih mengharapkan aku seperti apa yang kamu mau? Aku bukan perempuan dengan hati suci seputih kapas, Mas! Aku sakit hati sama kamu! Dera bahkan Mami kamu yang meminta aku untuk menerima kesalahan ini hanya karena aku belum bisa kasih kamu anak, yang sebenarnya itu diluar kuasa aku! Emang dasar kalian aja pezinah!" Sontak Dean meraih tubuh Linar untuk
Mbok Jah sedikit linglung, tapi ia kemudian mengangguk kecil tanpa menjelaskan. Dan Linar memilih terus berjalan memasuki area dapur. "Yaudah aku siapkan aja makanannya di dapur," Linar menoleh ke belakang mencari tahu mengapa Mbok Jah tak mengikuti langkahnya, kerutan di dahi Linar semakin dalam saat Mbok Jah dengan canggung masih berdiri di depan pintu membisu tapi sorot matanya terlihat kebingungan."Ada apa, sih Mbok?" tak kunjung dapat balasan Linar mengalihkan perhatiannya ke arah ruang Keluarga yang berbanding lurus ke arah ruang tamu, mencoba mencari tahu."Siapa tamunya, Mbok?" tanya Linar menuntut menoleh kembali pada Mbok Jah masih menatapnya dengan raut meringis."Aku tahu mungkin ini bukan urusanku, tapi apa ada yang Mbok sembunyikan karena permasalahan aku sama Mas Dean kemarin, dan ada kaitannya sama tamu itu, Mbok?" mbok Jah yang mendengarnya malah bertingkah linglung."Mba, bisa ditata aja makanan yang Mba, bawa dan Mbok akan bilang ke Nyonya, Mba datang bawa makana
Bak sumbu pendek yang disulut api Dean balas melotot dengan kasar ia melepaskan cengkraman Dera dan berbalik berjalan menjauh mengabaikan Dera yang membuntutinya dengan kesal.Melihat keduanya sudah menjauh Gayatri menyentuh lengan Linar lembut walau terlihat raut wajah serba salah "Seharusnya kamu kasih kabar lebih dulu kalau mau datang, tahu begini Mami akan minta mereka datangnya besok, kalau udah begini 'kan Mami jadi bingung," sesal GayatriLinar mengangguk mengerti "Maaf Mi, aku pikir nggak akan secepat ini Mas Dean membawa Dera ke rumah ini, untuk dikenalkan ke Mami secepat ini." seru Linar tersenyum tipis sambil mendudukkan diri pada kursi mencoba berlagak biasa.Gayatri tersindir sekaligus meringis mendengar ungkapan jujur Linar dengan raut wajah yang dipaksakan tersenyum Selama ini ia mengenal Linar sebagai perempuan sederhana yang selalu berhati-hati hingga suasana jadi kikuk tapi Linar adalah perempuan baik yang sopan. Gayatri menyadari usaha Linar mengambil hati hingga ia
Dean menghela napas kasar menaruh kembali Sosis Solo yang tadinya mau ia gigit, "Sebentar lagi kita menikah 'kan Ra, wajar kalau aku nuntut kamu banyak hal lagipula yang aku tuntut itu bagian dari tugas seorang istri, jadi seharusnya reaksi kamu nggak berlebihan kayak gini!""Berlebihan kamu bilang?! Dan sejak kapan ada tugas mutlak seorang istri itu memasak? setahu aku syarat menikah itu bukan si wanita harus pintar masak kalau itu jadi syarat utama terus kapan istri punya waktu untuk dirinya sendiri dan mempertahankan apa yang udah kami raih? ini ngga adil Dean! bukan cuma lelaki aja yang mau berkembang tapi perempuan yang udah jadi istri juga tanpa direpotkan urusan remeh kayak gini!""Urusan remeh? Ini urusan dasar dalam rumah tangga Dera! pernikahan itu beda sama waktu pacaran!""Aku tahu! tapi urusan memasak dan membereskan rumah bisa ditangani sama pembantu rumah tangga kan? Cuma perlu kita gaji, selesai urusannya! Nggak usah dipersulit, deh,"Dean tersenyum kecut, dalam hati a
Sontak membuat semua pasang mata terkejut, Maminya yang pertama dulu merespon "Linar, jangan begini, Nak!" ucap Gayatri yang menangkap cairan bening di lensa mata Linar, tahu jika luka itu kembali menganga Gayatri tersadar luka yang nyata dimiliki oleh Linar berkat kelakuan egois anaknya, pasti ada rasa marah saat mengetahui wanita perusak rumah tangganya telah menang dan kini ada di rumah mantan mertuanya di terima di rumah mantan mertuanya dengan cepat hanya selang dua hari dari hari perceraian.Pasti Sakit!"Brengsek, wanita sial!" raung Dera mendorong tubuh Dean ke samping demi menerjang ke arah Linar tapi segera ditahan oleh Dean yang mencengkram lengan Dera kasar. "Mau apa kamu?""Brengsek! Lepasin aku, Dean! Aku nggak terima di hina begini, wanita sial itu harus aku hajar!" raung Dera.Linar menatap lurus cengkraman Dean pada lengan atas Dera merasa lebih yakin itu akan menahan Dera dengan lebih siap ia mengangkat dagu "Cih! Buang waktu saja, gue bukan lo yang mampu menggoda d
Linar menunggu tenang di kursi samping pengemudi ia mengamati dalam mobil milik Dean, wangi yang menguar mengingatkan akan aroma khas Dean yang menggodanyadulu.Flashback OnLinar merapatkan tubuhnya kepada Dean,memperdalam ciumannya. Dean mengelus sisi lembut dadanya yang masih dilapisi dress panjang dengan tak sabar Dean membuka dari bawah hingga ke atas dengan ruang yang begitu sempit Linar pasrah di tubuh Dean membiarkan Dean melepaskan semua yang melapisi tubuhnya. Tangan Dean memuja cekungan sempurna dadanya, meremasnya, membuat Linar mendongakkan kepalanya ke belakang mendesah. Ibu jarinya menggesek puncak payudaranya yang mengeras, kemudian memelintirnya. Linar memejamkan matanya dalam lautan ekstasi yang memabukkan.Dean hanya dapat membuka resleting celananya karena memangku Linar yang mengikuti setiap gerakan Dean hingga mengeluarkan kejantanannya .Dean menarik leher belakang Linar mencumbunya lagi ia menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan konstan dengan rahang yang ter
Setelah menutup panggilan videonya Linar mengalihkan perhatiannya pada kaca samping mobil yang menembus menampilkan keadaan lalu lintas dan bangunan yang terus terlewati olehnya.Linar menatap ke depan arah supir yang ia sewa tampak serius menyetir menyusuri jalan raya, Linar sedang gundah hatinya ia sedang malas membuka pembicaraan pada orang asing sedari tadi ia menahan sesak, kecewa yang terbelenggu di sanubarinya terlalu larut hingga ia menyadari jika ia sudah mengantuk."Pak,""Iya, Mba?" tanya pak supir yang ia kenal dengan nama pak Toni."Saya mau istirahat ya, Pak. Kalau Saya ketiduran sampai di tempat tujuan, tolong bangunkn saya ya, Pak!""Siap, Mba."Linar merogoh tas tangan dan menemukan airpodsnya dan disambungkan dengan gawainya, dan menemukan lagu yang liriknya terjadi pada dirinya.Dulu memang kita saling bersama🎶Ku mengira tulus dalam kataTapi kini kamu memang berbedaKu terluka untuk selamanya🎶Caramu yang membuat diriku jauh 🎶Kecewa di dalam hatikuKu tak meng
Linar terkejut bukan kepalang saat suara sambaran api kembali meledak disusul gumpalan asap yang membumbung berpencar di sekitarnya, bersamaan dengan tubuhnya ditarik kasar dari arah belakang membuat ia tak siap, hanya beberapa langkahnya terseok dan jatuh ke aspal dengan tubuh bagian samping dan belakangnya yang lebih dulu jatuh.Disaat itu pula mobil kembali meledak kembali kali ini lebih keras hingga meluluhlantakkan beberapa bagian yang habis di lalap si jago merah. Beruntung Linar sempat ditarik sehingga tak harus bersentuhan langsung dengan kobaran api tadi.Kepala Linar diserang pening yang mencengkram kepalanya, suhu panas serta asap yang harus ia hirup membuat kesadarannya perlahan terenggut. Linar sempat melihat orang-orang yang mendatanginya berkerumun menyalurkan uluran tangan yang tak sempat ia gapai karena kehilangan kesadarannya."Maaf, diantara kalian ada keluarga dari ibu Linar Sandhoro?""Saya omnya, dan ini ibu kandungnya, dr. Gimana keadaan keponakan saya?" tanya o
Silahkan Mampir Cerita Lainnya, Peringatan Cerita 19+Genre Adult Romance, Kontrak dg CEO yg bergaya Cassanova. Alur dan permasalahannya lebih real dan relate kehidupan normal. BlurbJavas mengerang karena bergairah, semakin merengkuh tubuh Zehra pada tubuh tegapnya yang membuat pipi Zehra memerah karena ikut merasakannya, dengan mata berkilat Javas mengusap pipi Zehra. "Jadi dari mana aja kamu seharian ini?""Cuma di rumah, mengemas semua barang aku. Kamu ingat 'kan? Ini jadi hari terakhir-""Aku berubah pikiran, ayo kita bertunangan!" Zehra mendorong dada Javas pelan, "Maaf, aku nggak bisa karena kontrak kita udah selesai, benar 'kan?"Tentang dua manusia yang tak pernah bersilang jalan sebelumnya kini terus dipertemukan hingga memantik rasa penasaran Javas Wira Sastro yang sudah muak dengan hidupnya, mencoba bermain api hingga memanfaatkan Zehra Deris yang terhimpit masalah.Mereka setuju untuk terikat dan tanpa sadar saling terbakar. Namun terlalu banyak perbedaan, drama serta
Empat Tahun Kemudian “Elkan sudah berusia enam tahun, sudah agak telat buat punya adik, tapi kenapa masih belum?” pupil mata Tante Ambar membesar, dengan reaksi dramanya ia melanjutkan. “Apa kalian cuma berencana punya satu anak atau ada masalah dengan rahim kamu lagi, Lin?”Pertanyaan terakhir adalah yang paling sensasional terbukti semua mata tertuju pada Linar yang tengah menuangkan air ke dalam gelas kosong. Ia menyadarinya tapi tak cukup ada alasan untuk menghentikan gerakannya. Ia memang langsung haus saat Tante Ambar kembali kumat.“Ambar! Jaga ucapan kamu!” peringat Om Soepomo.“Aku cuma tanya, kita ini ‘kan keluarga. Wajar dong kalau saling terbuka lagipula lebih baik bertanya langsung dari pada ngomongin di belakang ‘kan?”“Memangnya Tante Ambar masih ngomongin aku di belakang, ya?” tanya Linar berpura-pura ingin tahu.Tante Ambar mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian mengulas senyum sambil mengedikkan bahunya. “Kadang-kadang aja, kamu terlihat awet muda sih,”“Aku ‘
"Dia pasti tahu itu, Roland pasti sudah cerita tentang itu ke dia." Linar bersedekap layaknya petugas biro interogasi, "Maryn tahu kamu sudah punya anak?" Dean menghela napasnya kasar. “Aku nggak tau, kami jarang ketika bertemu, ngobrol urusan pribadi seperti itu.” Linar memutuskan untuk tidak berhenti, ia mengikuti suaminya. "Lantas, mau apa dia menghubungi kamu selarut ini?" Dean memandang Linar lama, mencoba merangkai kata dengan penjelasan yang ia pilih. "Maryn memastikan aku hadir di pestanya Roland. Akan banyak yang datang dan mungkin akan menjadi acara semacam reuni." "Kamu memang pasti hadir 'kan? Secara dia sahabat kamu. Lagian acara pernikahannya masih dua minggu lagi, jadi kenapa dia harus memastikan kamu hadir sampai segitunya?" Dean terlihat frustrasi dengan enggan ia menambahkan. “Bukan acara pernikahannya tapi…semacam pesta lajang di tempat yang sudah di booking sama yang punya acara.” “Pesta lajang? Dimana?” “Di salah satu pulau Bali.” “Hah, pesta sendirian sek
Braaak! Dean memejamkan matanya, coba menahan keluhan lantaran pintu mobilnya yang baru saja dibanting oleh istrinya. Ia melirik pada Linar yang masih cemberut mengotak atik ponselnya.“Sebentar lagi jam sebelas, kita sekalian makan siang aja ya, jadi kamu pulang jam satu aja.” buka Dean sembari menjalani mobilnya keluar garasi.“Nggak bisa, ‘kan aku udah bilang aku nggak tega ninggalin Elkan terlalu lama.” balas Linar.“Makanya aku udah bilang tadi, bawa Elkan dan susternya sekalian.” bantah Dean santai namun dibalas delikkan oleh Linar.“Justru karena aku mikirin posisi kamu di kantor. Gimana kalau tantrumnya kambuh? Udah pasti mengganggu kesejahteraan kantor kamu.” ucap Linar sewot.Dean memejamkan matanya lelah. Tangannya mengusap wajahnya gusar. Dia mencoba mendekati Rere. “Aku minta maaf, ok. Berhenti ketus saat bicara sama aku, Lin.” Hening…Linar menyadari jika Dean sudah mulai tersinggung dan mengambil sikap tegas dan dinginnya.“Aku pikir kita udah baik-baik aja. Aku bena
"Maaf, Buk. Pak Dean sedang tidak ada di tempat.""Oh ya, bukannya kurang dari setengah jam, baru tiba jam istirahat?""Betul, Buk. Tapi sejam dua jam yang lalu Pak Dean keluar kantor untuk menghadiri event peluncuran salah salah satu karya kami, dan Bapak bilang akan kembali ke kantor sekitar jam dua nanti." jawab sekretaris Dean. Linar mengangguk kecil, ada perasaan menyesal karena sudah semangat mempersiapkan bekal makan siang sejak jam sembilan pagi. "Tadi kamu bilang, event peluncuran produk? Apa itu artinya Buk Dera William dan Pak Roland juga ikut?" pancing Linar. ***Linar merengut kesal, perasaan was-was masih saja menganggunya selama masih ada Dera yang menjadi salah satu partner kerja suaminya artinya Dera masih berputar di dunia suaminya. Peluang mereka untuk bertemu, dekat dan kembali nyaman terlalu besar. Dan terbukti ada kecocokan tempat diantara mereka. Dean baru saja memberitahu lewat telpon jika ia tengah berada di restoran ternama dan memakai ruang makan tertut
"Iya, nanti di dalam kamarnya jangan terlalu lama, ya. Biar kamu bisa ikut foto bersama nah, setelah itu kita bahas acara ulang tahun Ista, nanti. Kamu tahu 'kan sebentar lagi giliran Ista, adik ipar kamu yang berulang tahun. Jadi kamu harus ikut diskusi, ya!""Ok, Tante. Yaudah aku ke kamar dulu, ya. Elkan udah merengek terus."Linar masuk ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai dasar. la duduk di sisi ranjang dan mulai menurunkan gaunnya di bagian dada dan melepas kancing bra. Sejak melahirkan Elkan, Linar selalu memakai bra dengan kancing di bagian depan agar memudahkannya untuk menyusui.Linar segera menempatkan bibir Elkan di puncak dadanya. Elkan yang sudah lapar dan haus, segera menghisap dengan tidak sabar. Tidak lama kemudian, mata bayi laki-laki sehat itu terpejam. Linar menatap Elkan dengan penuh kasih sayang. Tangannya bergerak pelan dan lembut untuk mengelus kepala anaknya yang berambut lebat seperti Dean. la tersenyum tipis. Perjalanan rumah tangga yang dulu terasa
Dean menelengkan kepalanya. "Kenapa bisa nggak seger lagi?""Ya, karena aku udah mandi dari setengah jam yang lalu," ucap Linar cemberut."Ya, terus kenapa kamu nggak langsung samperin aku aja, hmm?" "Niatnya 'kan mau kasih kejutan, lagian kamu kelihatan serius banget kerjanya, jadi aku pilih skincare-an deh, sambil nungguin." Dean mendengus ketika kedua lengan Linar mengalungi lehernya. “Bukan karena kamu sibuk cari alasan supaya aku nggak marahin kamu, hm?” sindir Dean tajam. Meski begitu, kedua tangannya bergerak pasti memeluk pinggang Linar.Linar tersenyum geli, kakinya sedikit berjinjit agar bisa mengecup sebentar bibir Dean. "Jangan marah dong, 'kan akunya ga jadi seminggu disana.""Kesepakatannya kamu dan Elkan cuma tiga hari disana, ingat.""Tapi kamu tau sendiri, Mamah aku protes karena aku nggak ikut bantuin acaranya. Dan kamu udah izinkan aku, ingat?""Amat sangat terpaksa, karena mamah kamu yang minta." dengus Dean. “Tapi Mas, kamu suka nggak?” bisiknya tepat didepa
"Cium!" bisik Linar ragu, "Dia cium bibir aku, Mas."Jawaban Linar cukup membuat Dean lega, hanya saja egonya terlanjur luka. Ia kecewa manakala di saat mereka berpisah, ia masih meyakini Linar masih mencintainya, dan kepercayaan Linar adalah perempuan yang pandai menjaga dirinya. Sejujurnya ia pun banyak membiarkan Dera. "Tumben, kamu mau. Padahal hubungan kalian setengah tahu pun belum?""..." Linar tak mampu memandang wajah suaminya.Dean berbalik, "Aku kecewa, aku pikir kamu nggak akan semudah itu berpaling.""Mas..." Linar menahan lengan Dean, "Waktu itu kita udah bercerai, Mas.""Secepat itu kamu berpaling? Apa kamu memang tipikal nggak bisa kesepian? Jangan - jangan kalau aku tinggal dinas lama di luar kota, kamu cari pelukan pria lain.""Aku nggak kaya gitu, Mas. Bukannya banyak kesempatan yang aku buktikan ke kamu, ya? Aku yang selalu nungguin kamu di kamar yang dingin sendirian, Mas! Aku selalu setia sama kamu….” Linar menggigit lidahnya, dan membuang wajahnya ke samping.D
Dean mengetahui jika Linar sudah lama bersahabat dengan Tita tapi dengan Andaru, pria yang dikenalnya sebagai kekasih dari Tita, sejauh apa istrinya dekat dengan Andaru? Dan apakah Tita mengetahui kedekatan mereka berdua hingga dengan santainya Andaru membuat janji temu dan makan bersama, bahkan mengirim pesan selarut ini. Berbagai macam pertanyaan dan pikiran negatif bersemayam dibenaknya dengan cara yang menjengkelkan. Ia curiga, khawatir dan mungkin cemburu. Namun kali ini Dean ingin menguji istrinya.***Tok.. Tok.. "Masuk,"“Mas, ini udah jam makan siang lho, makan yuk!”Dean tersenyum kecil saat menemukan Linar yang melangkah menuju meja kerjanya. Ia memundurkan kursinya dan menyamankan posisi duduknya dengan kaki yang terbuka lebar.Linar berdiri di sampingnya, menyandar di pinggir meja setelah meletakkan tas di atasnya. Tangannya memainkan rambut Dean. “Lunch bareng aku yuk, ada resto recommended yang mau aku coba bareng kamu," Dean mengangguk setuju, menikmati tangan Linar