"Aku …." Owen tertegun. Dia sama sekali tidak menyangka Lukas bisa menyimpulkan bahwa dia adalah dalang di balik semua ini. Dalam sekejap, Owen kehabisan kata-kata dan tidak tahu bagaimana menjelaskannya."Benar! Owen, waktu itu kamu mempertaruhkan nyawamu melawan penjahat itu demi menolongku. Kamu punya keterampilan bela diri begitu hebat, kenapa kamu bisa berakhir seperti itu?" tanya Theresa yang tampak tertegun dan akhirnya menyadari keanehan tersebut.Dia pernah melihat keterampilan bela diri Owen dan tahu bahwa Owen bisa melawan puluhan penjahat sekaligus. Dengan kekuatan seperti itu, melawan kedua penjahat adalah hal yang sangat mudah. Owen sama sekali tidak perlu mengorbankan diri seperti itu untuk menyelamatkannya, kecuali Owen sengaja berpura-pura.Saat memikirkan hal itu, Theresa yang awalnya sangat memercayai Owen pun mulai goyah."Theresa, sebenarnya saat itu aku sama sekali nggak bisa bela diri," jawab Owen dengan tidak berdaya. Owen ingin menjelaskan, tetapi dia tidak ta
Semua hal ini cukup untuk membuktikan bahwa Owen memang bermasalah!"Theresa, aku nggak melakukannya, aku benar-benar tulus kepadamu. Aku bisa bersumpah, aku dulu nggak pernah berniat untuk mengincar kekuasaan Keluarga Lestari, apalagi sampai menaikkan statusku dengan mengandalkan Keluarga Lestari," ucap Owen dengan sangat tulus."Oh, ya? Saat kamu menolong aku waktu itu, kenapa kamu nggak menangkap penjahatnya dan malah sengaja membungkam mereka?" tanya Theresa sambil menggigit bibirnya. Saat ini hatinya sangat kacau, Theresa tidak tahu apakah dia harus memercayai Owen atau tidak."Barusan aku sudah bilang kalau saat itu aku nggak bisa keterampilan bela diri. Aku sudah sangat beruntung bisa tetap hidup setelah melawan mereka, gimana mungkin aku mampu menangkap mereka?" ucap Owen dengan ekspresi yang sedih."Oke, aku akan percaya kamu nggak punya keterampilan bela diri waktu itu. Tapi, kenapa keterampilan bela dirimu bisa mendadak berubah menjadi sehebat ini dalam waktu singkat yang ha
Pufft!Owen memuntahkan darah segar, tubuhnya langsung terpental keluar dan terjatuh ke lantai dengan keras. Beberapa pil peningkat energi sejati yang ada di tangannya juga ikut terlempar."Ayah, kamu …," teriak Theresa.Saat melihat Owen dipukul hingga muntah darah oleh Lukas, Theresa merasa sangat sedih. Pada saat itu, dia hampir tidak menahan diri dan ingin memeriksa cedera Owen. Namun, begitu teringat Owen adalah seorang penipu yang terus-menerus membohongi dan memperalat dirinya, Theresa akhirnya menekan rasa sedih dalam hatinya. Dia pun memalingkan wajahnya dan tidak menggubris Owen lagi.Owen merasa sangat kecewa. Dia sama sekali tidak masalah menerima pukulan dari Lukas barusan, tetapi sikap acuh tak acuh Theresa benar-benar membuat Owen merasa sangat terluka."Owen, aku sudah berbelas kasihan karena mengingat kamu pernah menolong ayahku. Tapi, kalau kamu masih menjerat Theresa lagi kelak, jangan salahkan aku benar-benar bertindak kejam!" ucap Lukas yang memperingatkan dengan s
Selama ini, Owen selalu bekerja keras dan memang tidak terlihat seperti memiliki niat buruk apa pun. Namun, Theresa mendadak teringat dengan perkataan yang pernah Darius katakan di hadapannya itu.Waktu itu, saat Owen dan Keluarga Suwanto mencapai kesepakatan untuk urusan bahan baku obat, Darius pernah menyatakan bahwa Owen memiliki ambisi yang besar dan mungkin telah bersekongkol dengan Keluarga Suwanto untuk mengambil alih perusahaan.Hal ini sejalan dengan kekhawatiran kakek dan ayahnya.Bukan hanya itu saja, saat berada di tempat tinggal Fendi, Yura juga sengaja melemparkan tatapan memprovokasi kepada Theresa dan tampak sangat memusuhinya.Semua hal ini cukup untuk membuktikan bahwa Owen tidak sesederhana seperti yang terlihat. Dalam sekejap, Theresa terpengaruh oleh fitnah yang dilontarkan Darius dan menjadi semakin curiga dengan motif Owen."Owen, aku sangat berterima kasih untuk kontribusi yang kamu berikan kepada perusahaan selama beberapa waktu ini, tapi itu nggak mengartikan
Owen merasa hatinya sangat sakit. Meskipun saat ini dia sangat sedih, dia tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Theresa dan yang lainnya. Dia tetap mempertahankan sedikit martabatnya yang tersisa dan berjalan keluar dengan penuh wibawa.Setelah melihat kepergian Owen, hati Theresa sangat kacau. Dia merasa sedih, seolah-olah sudah kehilangan sesuatu yang paling penting baginya.“Ayah, nggak peduli Owen berniat buruk atau nggak, dia sudah berkorban begitu banyak demi perusahaan selama ini. Biarpun nggak berjasa, dia sudah bekerja keras. Aku bisa mengerti kamu menyuruhnya pindah dari rumahku. Tapi, buat apa kamu mengusirnya dari Grup Ratu Kosmetik?” tanya Theresa dengan ekspresi tidak senang.Meskipun Theresa merasa sangat kesal karena “tertipu” oleh Owen, dia tidak pernah berpikir untuk mengusir Owen dari perusahaan karena memikirkan pengorbanan Owen untuk perusahaan selama ini.“Theresa, mau membasmi sesuatu ya harus dari akarnya! Masalahnya sudah mencapai titik ini, sekarang
Rendy langsung terkejut dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.“Nggak apa-apa ....” Owen juga tidak mungkin membicarakan masalah asmara kepada pria paruh baya seperti Rendy. Jadi, dia pun menuangkan alkohol untuk dirinya sendiri dan langsung menenggaknya lagi.“Tuan Owen, alkohol ini lumayan keras. Kalau kamu terus minum seperti ini, kamu bakal cepat mabuk,” nasihat Rendy. Dia bisa melihat bahwa Owen memiliki masalah, tetapi tidak bersedia menceritakannya. Jadi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.“Mau mabuk, ya mabuk saja. Kalau sudah mabuk, aku bisa melupakan semuanya! Bukannya itu sangat bagus?” tanya Owen sambil tersenyum masam. Kemudian, dia lanjut menenggak alkoholnya.“Pelan-pelan minumnya .... Sudahlah, sebaiknya kutemani kamu minum!” Rendy merasa sangat tidak berdaya. Dia juga menuangkan alkohol untuk dirinya, lalu menemani Owen minum bersama.Kring!Tepat pada saat ini, ponsel Owen berdering. Suasana hatinya sedang sangat buruk. Dia tidak tahu siapa yang menelepon
Owen biasanya kuat minum, tetapi dia sudah menghabiskan begitu banyak alkohol tanpa jeda. Jadi, dia sudah lumayan mabuk saat ini.Untungnya, Rendy bisa membaca situasinya dan menukar alkohol impor dengan bir yang kadar alkoholnya lebih rendah di waktu yang tepat. Jika tidak, saat ini Owen mungkin sudah mabuk berat.Krek!Saat ini, pintu ruang privat dibuka seseorang. Yura akhirnya sampai juga.“Nona Yura, akhirnya kamu datang juga.” Rendy diam-diam menghela napas lega. Dia tahu orang yang menelepon Owen tadi adalah Yura. Dia juga tahu bahwa hubungan Owen dan Keluarga Suwanto sangat dekat. Oleh karena itu, dia buru-buru berdiri untuk menyambut Yura.Yura melirik keadaan di dalam ruang privat itu dan menyadari sekelilingnya sangat berantakan. Setelah melihat Owen yang terkapar mabuk di atas meja, dia pun terkejut dan bertanya, “Rendy, ada apa ini? Owen kenapa?”“Aku juga nggak tahu apa masalah spesifiknya. Aku cuma tahu suasana hati Tuan Owen lagi nggak bagus. Begitu sampai di sini, dia
Owen pun tertegun dan menatap Yura dengan ekspresi tidak percaya. Mungkin karena sudah mabuk, reaksinya menjadi agak lambat. Untuk sesaat, dia tidak mengerti apa maksud Yura.“Mak ... maksudku bukan begitu ....” Yura langsung tersipu dan menyadari ucapannya kurang pantas. Kemudian, dia buru-buru mengubah topik pembicaraan dengan bertanya, “Owen, kenapa kamu bisa tiba-tiba putus sama Theresa?”“Begini ....” Owen berdesah. Saat ini, dia merasa sangat gundah dan memang ingin menceritakan apa yang dirasakannya kepada seseorang. Jadi, dia pun menceritakan semua yang sudah terjadi pada Yura.“Jerremy dan Lukas keterlaluan banget! Kamu sudah berulang kali membantu Keluarga Lestari, tapi mereka bukan cuma nggak tahu berterima kasih, juga membalas air susu dengan air tuba! Theresa juga sama saja. Bahkan aku yang merupakan orang luar juga tahu kalau kamu itu orang yang baik dan nggak mungkin melakukan perbuatan tercela seperti itu.”“Sebagai pacarmu, dia malah begitu nggak memercayaimu. Dia bahk