“Emm ... boleh juga,” jawab Aris setelah berpikir sejenak. Untuk mencegah karyawan Grup Ratu Kosmetik melakukan kecurangan, dia memutuskan untuk menerima usul reporter banci itu. Kemudian, dia menatap Owen dan bertanya, “Pak Owen, aku akan menyuruh beberapa konsumen untuk memilih produk yang perlu diuji. Kamu nggak keberatan, ‘kan?”“Terserah kalian saja, aku nggak keberatan,” jawab Owen dengan tenang. Namun, dia semakin yakin bahwa reporter banci itu pasti menyembunyikan sesuatu.Setelah itu, Aris memilih belasan konsumen secara acak, termasuk reporter banci yang mengusulkan hal ini. Selanjutnya, belasan orang itu pun memasuki area produk jadi dan mulai memilih produk yang akan diuji.Berhubung hanya untuk diuji, sebagian besar orang mengambil beberapa produk secara asal dan segera berjalan keluar. Reporter banci itu juga sama. Dia berjalan ke depan sebuah rak berisi krim wajah dan mengambil sebotol krim itu dengan santai. Namun, saat berbalik dan tidak ada yang memperhatikannya, dia
“Oke, mari kita mulai pengujiannya!” jawab Aris sambil mengangguk.“Tunggu sebentar!” Pada saat ini, Owen tiba-tiba melangkah keluar.“Pak Owen, ada apa?” tanya Aris sambil menatap Owen dengan bingung.Owen tidak menjawab pertanyaan Aris. Dia berjalan ke sisi reporter banci itu sambil tersenyum, lalu menepuk-nepuk bahunya sambil berkata, “Sobat, aku mengerti sedikit tentang fisiognomi dan melihat ada aura buruk yang terpancar dari dahimu. Hari ini, sepertinya ada bahaya besar yang menantimu. Sebaiknya, kamu lebih hati-hati agar bisa menghindari kecelakaan.”“Apa?” reporter banci itu pun tertegun setelah mendengar ucapan Owen.Selain reporter banci ini, semua orang yang ada di lokasi juga tertegun. Mereka tidak mengerti kenapa direktur utama Grup Ratu Kosmetik yang tadinya masih baik-baik saja tiba-tiba berubah menjadi seorang “peramal”.“Pak Owen, sejujurnya, aku juga mengerti sedikit tentang fisiognomi. Aku melihat ada aura buruk yang terpancar dari dahimu. Dalam waktu dekat, sepertin
Mesin penguji sudah selesai menganalisis krim wajah itu, lalu mencetak laporan yang berisi komposisi dan indeksnya.“Ng ... nggak mungkin!” Setelah membaca laporan itu, Aris langsung membelalak.“Pak Aris, bagaimana hasil pengujiannya? Apa produk Grup Ratu Kosmetik ini mengandung bahan terlarang seperti isobutil paraben dan akrilamida? Aku tahu perusahaan ini memang bermasalah! Ternyata tebakanku benar!” ujar reporter banci itu sambil tersenyum. Dia menatap ke arah Owen dengan penuh peremehan.“Sial! Ternyata Grup Ratu Kosmetik benar-benar adalah perusahaan nggak benar! Kita semua sudah celaka gara-gara perusahaan ini!”Setelah mendengar ucapan reporter banci itu, seluruh konsumen pun marah dan mulai mengutuk. Hanya saja, ucapan Aris selanjutnya langsung membuat mereka bungkam.“Sembarangan! Memangnya aku ada bilang kalau produk Grup Ratu Kosmetik mengandung bahan terlarang?” bentak Aris sambil memelototi reporter banci itu.“Memangnya nggak?” tanya reporter banci itu dengan terkejut.
“Oke, kami akan melakukan pengujian ulang!” jawab Aris. Kemudian, dia mengisyaratkan petugas pengawas untuk menuangkan krim wajah itu ke dalam mesin penguji agar bisa diuji ulang. Kali ini, mereka melakukannya dengan lebih berhati-hati dan juga mengujinya dengan lebih rinci. Terutama reporter banci itu, dia sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari mesin penguji itu karena takut terjadi “kesalahan”. Namun, hasil yang keluar sama persis dengan hasil sebelumnya. Jika pengujian pertama hanyalah kebetulan, pengujian kedua yang hasilnya sama tidak mungkin salah lagi.“Kami sudah mengujinya sekali lagi. Sekarang, aku umumkan bahwa produk Grup Ratu Kosmetik memang nggak bermasalah!” ujar Aris dengan suara lantang.“Ini ....” Setelah mendengar pengumuman Aris, semua orang pun tercengang. Akhir-akhir ini, produk Grup Ratu Kosmetik sangat populer dan ada banyak orang yang mengatakan bahwa produknya jauh lebih bagus daripada produk dari merek internasional terkenal. Awalnya, semua orang
“Menukar? Menukar apa?” tanya Aris dan para konsumen dengan bingung.“Ng ... nggak ....” reporter banci itu pun terkejut dan buru-buru melambaikan tangannya, lalu hendak kembali ke posisinya. Namun, Owen tidak mungkin membiarkannya terlepas dari masalah ini dengan begitu saja.“Rendy, tangkap dia!” perintah Owen.“Baik!” Rendy segera memimpin beberapa satpam untuk menangkap reporter banci itu.“Pak Owen, apa-apaan ini? Kenapa kamu menyuruh orang untuk menangkapku?” tanya reporter banci itu sambil meronta. Namun, dia tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman dua satpam.“Menurutmu? Bukannya kamu sendiri yang paling jelas soal apa yang sudah kamu lakukan? Kamu mau langsung jujur atau mau aku yang membeberkannya?” tanya Owen sambil tersenyum sinis.“A ... aku nggak ngerti apa maksudmu,” elak reporter banci itu. Namun, dia mulai merasa agak panik. Apa Owen tahu dia sudah menukar krim wajah itu? Namun ... tidak mungkin! Tadi, dia sangat berhati-hati dalam menukarnya. Jadi, Owen tidak mung
“Nggak! Aku nggak menukar produknya, apalagi berniat untuk mencelakai Grup Ratu Kosmetik! Pak Owen, ka ... kamu jangan sembarangan memfitnah orang!” bantah reporter banci itu dengan terburu-buru setelah melihat Owen berhasil mengalihkan amarah publik terhadapnya. Dia tidak akan mengakui hal ini.“Dasar keras kepala! Rendy, keluarkan barang yang ada di dalam kantongnya dan perlihatkan barang itu pada semua orang!” perintah Owen dengan nada dingin.“Baik!” Rendy mengiakan, lalu segera menemukan krim wajah itu dari kantong reporter banci.“Ternyata benar!”Begitu melihat situasi ini, semua orang tidak lagi merasa ragu. Tadi, mereka masih memiliki prasangka buruk terhadap Grup Ratu Kosmetik. Apabila Owen langsung membuka kedok reporter banci itu, mereka belum tentu akan percaya pada Owen.Namun, reporter banci itu keceplosan dan mengakui bahwa dirinya yang menukar produk itu. Ditambah dengan ada saksi dan bukti yang kuat, mereka semua tentu saja bisa menilai apakah yang dikatakan Owen itu
Di klub swasta kelas atas.Austin, Loewe, dan Frendy sedang menonton berita siaran langsung Grup Ratu Kosmetik melalui layar besar di ruangan mereka. Saat melihat petugas pengawas mulai menguji produk Grup Ratu Kosmetik, Austin pun tertawa gembira.“Pak Austin, kenapa kamu begitu gembira?” tanya Frendy dengan bingung.Di sisi lain, Loewe juga menatap Austin dengan heran.“Pak Frendy, aku sudah mengatur orang untuk diam-diam menukar produk Grup Ratu Kosmetik. Nanti, begitu laporan hasil uji itu menunjukkan kandungan bahan terlarang dalam produknya, Grup Ratu Kosmetik pasti akan mampus!” jawab Austin sambil tersenyum sombong.“Oh, begitu!” Setelah mendengar penjelasan Austin, Frendy dan Loewe pun tersadar.“Mantap! Taktik ini benar-benar cerdik! Kami benar-benar kagum sama kamu!” puji Loewe dan Frendy dengan gembira.Kali ini, rencana Austin sangat sempurna. Pertama-tama, dia menggunakan opini publik untuk membuat Owen menerima pemeriksaan dari lembaga pengawasan. Kemudian, dia juga diam
“Benar! Pasti hasil ujinya salah atau alatnya bermasalah!”Setelah mendengar pertanyaan reporter banci itu, Austin dan yang lainnya langsung kembali bersemangat. Namun, sebelum sempat bergembira, laporan hasil uji yang kedua juga menunjukkan hasil yang sama persis dengan yang pertama. Selanjutnya, reporter banci itu juga keceplosan dan langsung diekspos oleh Owen. Pada akhirnya, dia malah menjadi tahanan Owen. Pada saat ini, Austin, Loewe, dan Frendy baru mengerti bahwa Owen telah mengetahui rencana reporter banci itu dan berhasil meraih kemenangan dengan mengandalkan kecerdasannya. Harapan yang baru muncul dalam hati mereka juga langsung sirna dengan begitu saja.“Sial! Owen, tunggu saja pembalasanku!” seru Austin dengan murka. Dia mengambil cangkir teh dari meja, lalu melemparnya ke lantai dengan kuat hingga cangkir itu hancur berkeping-keping.“Kak, Owen benar-benar licik! Bahkan rencana sematang ini juga nggak mampu menjatuhkannya. Sepertinya, kita terlalu meremehkan dia sebelumny