Tidak lama kemudian, dua pengawal Keluarga Suwanto yang diatur Heri datang untuk berjaga di luar pintu kamar Yura. Setelah itu, Heri baru pergi dengan tenang.“Kenapa jadi begini ....” Setelah mendengar langkah kaki Heri yang berangsur-angsur menjauh, Yura pun merasa sangat putus asa.Plop! Tepat pada saat ini, terdengar sedikit suara yang aneh. Kemudian, seseorang melompat masuk ke kamar dari balkon luar.“Siapa ....” Yura merasa terkejut dan hendak berteriak. Namun, sebelum sempat melakukannya, orang itu sudah membekap mulutnya.“Sst .... Yura, ini aku,” bisik Owen. Dia mengisyaratkan Yura untuk diam, lalu menarik kembali tangannya dari mulut Yura.“Owen, ke ... kenapa kamu kembali?” Saat melihat orang itu adalah Owen, Yura merasa sangat terkejut dan mengusap matanya karena tidak memercayai penglihatannya.Sebelumnya, Yura melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Owen sudah pergi. Namun, Owen malah menyelinap masuk lagi.“Aku agak mengkhawatirkanmu, makanya aku sengaja kembali,” j
“Nggak bisa! Yura, hubunganku dengan Keluarga Suwanto saat ini sudah sangat tegang. Kalau aku diam-diam membawamu pergi lagi, hubungan kami akan bertambah buruk,” jawab Owen sambil menggeleng. Dia langsung membantah usul Yura.Owen sangat berharap bisa berdamai dengan Keluarga Suwanto. Jika dia membuat Keluarga Suwanto marah dengan membawa Yura pergi, dia lebih tidak mungkin dimaafkan oleh Keluarga Suwanto lagi. Hal ini hanya akan merugikan dirinya dan Yura.“Tapi ... Kakek, Ayah, dan yang lain nggak setuju kita balikan lagi. Kalau kamu nggak bawa aku pergi, apa kita harus ketemu diam-diam seumur hidup ini?” tanya Yura dengan cemberut.“Nggak akan begitu kok. Tenang saja, setelah pulang dari Loram, aku akan pikirkan cara untuk menyelesaikan perselisihan dengan keluarga kalian. Dengan begitu, semua masalah baru akan benar-benar terselesaikan,” hibur Owen.“Menyelesaikan perselisihannya? Mana mungkin! Kamu sendiri juga sudah lihat sikap kakek dan ayahku tadi. mereka nggak mungkin terima,
Intinya, Owen tidak ingin bermusuhan dengan Keluarga Suwanto. Jika bisa, dia akan berusaha keras untuk memperbaiki hubungan ini agar Keluarga Suwanto menerimanya kembali. Dengan begitu, dia baru bisa merasa tenang.“Emm, aku percaya padamu!” jawab Yura sambil tersenyum manis.Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Yura mengerti perasaan dan kesulitan Owen, juga tahu bahwa Owen harus mengambil keputusan seperti itu sebelumnya. Namun, semuanya sudah berlalu. Asalkan Owen bisa berdamai dengan Keluarga Suwanto, kelak dia sudah bisa bersama dengan Owen secara terang-terangan. Hal itu memang jauh lebih bagus daripada “kawin lari” bersama Owen.“Yura, bersabarlah dulu untuk beberapa hari. Tunggu kabar baik dariku di rumah. Jangan khawatir, aku nggak akan mengecewakanmu!” ujar Owen dengan serius.Sebenarnya, selain pil energi sejati kelas menengah, Owen masih memiliki cara lain. Dia yakin selama dirinya menunjukkan ketulusannya, perselisihan dengan Keluarga Suwanto pasti bisa terselesaika
Perusahaan pemasok bahan baku untuk Grup Ratu Kosmetik ini bernama Perusahaan Jaya Makmur. Perusahaan ini merupakan perusahaan bahan baku kimia skala besar di Loram.Perusahaan Jaya Makmur sudah mengurangi jumlah pasokan bahan baku kepada Grup Ratu Kosmetik dan hampir melanggar kontrak. Namun, kontrak kerja sama ini ditandatangani oleh Darius dan berlaku selama satu tahun.Sekarang, masa berlaku kontrak masih belum berakhir dan perusahaan itu hanya mengurangi jumlah pasokan, bukan sepenuhnya berhenti memberi pasokan. Ditambah dengan Darius yang sudah dipecat dari perusahaan, masalah ini pun menjadi jauh lebih rumit.Intinya, jika ingin mengganti perusahaan pemasok lain, sebaiknya Grup Ratu Kosmetik mengakhiri kontrak kerja sama dengan Perusahaan Jaya Makmur terlebih dahulu agar kedua belah pihak terhindar dari konflik hukum kelaknya.“Ayo kita pergi ke Perusahaan Jaya Makmur. Kita bicarakan lagi hal lainnya setelah memutuskan kontrak dengan mereka.” Owen menyimpan dokumen itu, lalu men
“Indah, bawa mereka ke ruang tamu dan biarkan mereka menunggu selama tiga jam!” kata Jamal sambil tersenyum dingin.Sangat jelas bahwa Jamal bermaksud untuk menunjukkan kekuasaannya dengan mengintimidasi Owen dan Theresa. Dengan begitu, pihak Owen dan Theresa akan menjadi semakin pasif. Pada saat itu, dia akan memiliki kendali penuh atas situasinya dan bisa menekan mereka dengan sesuka hatinya.“Apa? Umm ... sepertinya itu kurang bagus?” tanya Indah dengan terkejut. Mereka itu tamu dan sudah datang jauh-jauh dari Jenggala. Namun, Jamal malah ingin mereka menunggu selama tiga jam. Tindakannya ini sudah terlalu kejam.Namun, inilah dunia bisnis. Indah bisa menebak bahwa Jamal ingin mengintimidasi pihak Owen agar bisa mendapatkan keuntungan terbesar.“Apanya yang kurang bagus? Lakukan saja semuanya sesuai perintahku. Jangan banyak omong kosong lagi!” tegur Jamal dengan tidak senang.“Ini .... Baik.” Indah mengiakannya, lalu keluar dari kantor Jamal....Indah membawa Owen dan yang lain ke
Indah tahu dengan jelas bahwa Jamal memang sengaja membiarkan kelompok Owen menunggu. Jadi, dia pun tidak bisa membantah.“Kenapa? Apa Pak Jamal memang sengaja berbuat begini?” tanya Owen dengan ekspresi muram.Meskipun sudah menebak bahwa Jamal mungkin memang sengaja melakukannya, itu tetap hanyalah tebakannya dan Jamal mungkin memang masih menangani urusan penting. Namun, setelah melihat ekspresi Indah yang aneh, Owen sudah tahu bahwa tebakannya itu benar. Dalam sekejap, ekspresinya pun dipenuhi dengan kesinisan dan amarah.“Pak Owen, jangan marah dulu. Begini saja, aku akan memberi tahu Pak Jamal dan lihat apa dia bisa menemui kalian sekarang juga,” kata Indah dengan buru-buru.“Apa? Owen, jangan omong kosong lagi dengannya. Ayo kita kita hancurkan perusahaan ini sekarang juga!” ujar Renata dengan marah. Kemudian, dia langsung hendak bertindak. Dengan kekuatannya dan Owen, menghancurkan Perusahaan Jaya Makmur bukanlah hal yang sulit.“Jangan! Aku hanyalah seorang sekretaris. Aku moh
Jamal mengira bahwa kedatangan Owen adalah untuk memohon Perusahaan Jaya Makmur menambah pasokan bahan baku. Berhubung pihak Owen yang membutuhkannya, dia tentu saja akan bersikap arogan dan mengintimidasi mereka. Dengan begitu, dia baru bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar saat bernegosiasi harga nanti.“Ini ... baiklah.” Berhubung Jamal masih bersikeras tidak ingin menemui Owen, Indah juga tidak berdaya. Dia pun berpamitan, lalu hendak meninggalkan kantor Jamal.“Indah, tunggu!” Saat melihat sosok ramping Indah, Jamal tiba-tiba terpikirkan sesuatu dan menghentikannya.“Pak Jamal, ada perintah apa lagi?” Indah berbalik, lalu bertanya dengan bingung.“Coba lepas kacamatamu!” Jamal menatap wajah cantik Indah dengan tatapan penuh arti.“Apa? Umm ....” Indah pun terkejut. Dia tidak menyangka Jamal akan tiba-tiba menyuruhnya melepaskan kacamata. Hal ini tidak berhubungan dengan pekerjaannya. Dalam sekejap, dia pun merasa kewalahan dan tidak tahu harus berbuat apa.“Pak Jamal, minus
“Apa? Mana bisa begitu?” Setelah mendengar ucapan Jamal, Indah pun terkejut.Indah sudah terjun dalam masyarakat selama 3-4 tahun dan bukanlah pendatang baru di dunia kerja. Dia tentu saja mengerti maksud tersirat Jamal. Selama dia pergi ke rumah Jamal malam ini, konsekuensinya tidak akan terbayangkan.“Kenapa nggak bisa? Kenapa? Apa kamu berani menolak?” tanya Jamal dengan tidak senang.“Pak Jamal, aku sudah terima niat baikmu. Aku bisa mengundangmu ke pesta pernikahanku, tapi mengenai ke rumahmu nanti malam dan hadiah itu, nggak usah, deh,” tolak Indah.“Indah, aku mau kasih kamu hadiah, tapi kamu malah nolak. Lagian, aku sudah bilang tadi. Kalau kamu berani membantah perintahku, aku akan langsung memecatmu!” Ekspresi Jamal pun berubah menjadi suram. Dia sudah marah karena ditolak Indah.“Mau pecat, ya pecat saja. Aku bisa cari pekerjaan baru,” ujar Indah sambil menggertakkan giginya. Sekarang, dia akan segera menikah dengan pacarnya. Dia tidak akan membiarkan dirinya dinodai Jamal d