"Bu Theresa, aku sudah menyelesaikan tugasku dengan baik. Setelah melalui kerja keras dan kegigihanku, akhirnya Grup Aulion mau mengalah. Mereka sudah setuju untuk mengurangi margin keuntungan menjadi 5%.""Selain itu, manajer umum Grup Aulion juga sudah menandatangani kontraknya. Selanjutnya, Anda hanya perlu tanda tangan dan kontrak ini bisa berlaku kapan saja," ujar Reynold sambil tersenyum bangga. Kemudian, dia menyerahkan dokumen di tangannya kepada Theresa.Itu adalah dokumen kontrak dengan Grup Aulion!"Hebat! Nggak disangka, Pak Reynold berhasil menegosiasikan kerja samanya secepat ini. Pak Reynold memang layak menjadi genius penjualan profesional. Kamu adalah pilar perusahaan di masa depan!""Iya, Pak Reynold memang sangat hebat. Bahkan, manajer umum Grup Aulion juga bersedia tanda tangan lebih dulu. Orang lain mungkin nggak bisa melakukannya."....Para eksekutif perusahaan terus memuji. Satu per satu dari mereka juga mengacungkan jempol kepada Reynold."Pak Reynold, kamu mel
Begitu memikirkan hal ini, tepat saat Theresa sedang mempertimbangkan untuk menerima pendapat semua orang, Owen dan Angelina sudah kembali. Mereka mendorong pintu ruang rapat dan berjalan masuk."Hei, Pak Owen sudah kembali. Bagaimana perkembangan masalah negosiasi kerja sama dengan Grup Wijaya? Melihat raut wajahmu yang memerah, apa mungkin kamu merasa malu bertemu orang karena nggak ada perkembangan apa pun?" ejek Reynold."Mungkin saja begitu." Ada banyak eksekutif yang juga ikut tertawa bersama-sama.Sebelum Owen sempat menjawab, beberapa eksekutif yang berada dekat dengannya menyadari ada yang tidak beres. Dia pun berujar, "Eh, ada bau alkohol di tubuhnya!"Begitu ucapannya terdengar, semua orang di dalam ruangan itu langsung murka."Apa? Apa mungkin wajahnya memerah bukan karena malu, tapi karena minum alkohol?"Semua orang tertegun dan saling memandang satu sama lain. Mereka pun segera memahami apa yang sedang terjadi."Bagus sekali. Kamu malah diam-diam pergi minum alkohol deng
Berhubung Owen sendiri yang memberi kesempatan, Reynold tidak keberatan mengambil kesempatan itu untuk menghancurkannya.“Benar!”“Kali ini, tindakannya sangat keterlaluan! Dia harus dipecat!”“Kalau karyawan perusahaan terpengaruh sama tindakan buruknya kelak, perusahaan kita mana bisa beroperasi lagi!”Para eksekutif perusahaan sangat marah dan mendukung pendapat Reynold.Theresa pun merasa kewalahan. Bagaimanapun juga, Owen adalah penyelamatnya. Dia tentu saja tidak mungkin memecat Owen hanya karena masalah sepele seperti ini.Namun, amarah semua orang juga tidak bisa diabaikan. Apabila dia terus-menerus membela Owen, bagaimana dia bisa memberikan penjelasan kepada para eksekutif?“Diam! Siapa bilang Owen nggak berhasil dapatin kesempatan kerja sama dengan Grup Wijaya? Dasar sok tahu!” teriak Angelina. Dia membela Owen pada saat yang tepat.“Apa? Memangnya kalian sudah berhasil dapatin kesempatan kerja sama dengan Grup Wijaya?”Semua orang sangat terkejut. Mereka saling memandang de
Theresa tidak memercayai penglihatannya.“Serius!” jawab Angelina sambil mengangguk.Saat Denny mengusulkan tentang keuntungan 10% dan memperpanjang jangka waktu kontrak, Angelina juga sangat terkejut. Jadi, dia mengerti perasaan Theresa saat ini.“Bagus, bagus banget! Angelina, kamu benar-benar hebat bisa dapatin kesempatan kerja sama dengan Grup Wijaya! Ka ... kamu sudah menciptakan mukjizat!”Saat ini, Theresa yang biasanya terlihat tenang pun melompat kegirangan dan memeluk Angelina. Theresa tahu Owen tidak pandai berbisnis dan juga bukan seorang profesional. Jadi, dia tidak berpikir bahwa semua ini berkat Owen. Dia malah berpikir semua ini adalah jasa Angelina.“Apa? Jangan-jangan ... kontraknya asli?”Reynold dan para eksekutif lainnya langsung tercengang.“Nggak mungkin! Bu Theresa, apa kamu nggak salah baca?”Reynold terlihat tidak percaya. Dia buru-buru mengambil kontrak yang terletak di atas meja dan membacanya. Saat melihat jelas tanda tangan Denny dan stempel perusahaan Gru
Mereka tahu jelas apabila Angelina yang mendapatkan kerja sama ini, tidak mungkin hanya ada tanda tangan Owen seorang di kontrak.Namun, mereka tetap merasa tidak percaya bahwa Owen, seorang sekretaris yang tidak mempunyai kemampuan berbisnis apa pun bisa mendapatkan kesempatan kerja sama dengan Grup Wijaya. Lagi pula, dia juga bisa membuat Grup Wijaya setuju untuk memberikan keuntungan sebanyak itu. Hal ini benar-benar sulit dipercaya.“Sekarang, nggak ada yang curiga sama aku dan kontrak ini lagi, ‘kan?” tanya Owen dengan acuh tak acuh sambil melirik semua orang.Saat rapat sore tadi, Owen tidak bisa mengeluarkan bukti sehingga diejek oleh semua orang. Sekarang, dia sudah membuktikan dirinya kepada semua orang dengan kontrak itu. Jadi, dia merasa sangat gembira.“Owen, jangan bercanda. Keaslian kontrak ini mana perlu ditanyakan lagi ....”Para eksekutif itu merasa sangat malu, tidak ada yang berani bertatapan langsung dengan Owen.“Owen, aku nggak nyangka kamu begitu hebat! Kayaknya
Reynold tentu saja merasa tidak senang.“Pak Reynold, kamu sudah kalah dalam taruhan kali ini. Masih ada apa lagi yang mau kamu katakan?” tanya Owen pada Reynold.“Aku ....”Ekspresi Reynold sangat jelek, suasana hatinya juga tidak bagus.Setelah masalahnya menjadi begini, bahkan orang bodoh juga bisa melihat bahwa kali ini dia sudah kalah dan bahkan kalah telak.Menurut taruhan, orang yang kalah harus mengundurkan diri dari perusahaan. Reynold benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Bagaimanapun juga, dia sudah bersusah payah mencapai jajaran eksekutif perusahaan. Dalam dua tahun terakhir, entah sudah berapa banyak usaha dan kerja keras yang dia kerahkan. Sekarang, dia tentu saja tidak rela harus meninggalkan tempat ini dengan cara yang begitu menyedihkan.“Bu Theresa, Owen memang sudah menang kali ini. Tapi taruhan ini cuma lelucon, nggak boleh dianggap serius. Nggak mungkin Pak Reynold benar-benar harus mengundurkan diri dari perusahaan, ‘kan?”“Benar, Pak Reynold sudah berjasa ba
“Angelina, kamu bantu aku pimpin rapat ini ya. Sebisa mungkin cepat tetapkan arah perkembangan proposal bisnisnya.” Setelah itu, Theresa menatap Owen, lalu berkata, “Owen, kamu ikut aku ke kantor dulu. Ada yang mau kutanyakan padamu.”“Oh, oke,” jawab Owen tanpa tenaga. Kemudian, dia pun mengikuti Theresa kembali ke kantor presiden direktur....Di dalam kantor, Theresa menyuruh Owen duduk di sofa. Saat melihat ekspresi Owen yang masih tidak bersemangat, Theresa pun tersenyum dan bertanya, “Kenapa? Masih marah sama aku?”“Nggak kok ....”Setelah menjawab, Owen memalingkan wajahnya. Biarpun berkata tidak, siapa pun bisa melihat bahwa dia sedang kesal.“Aku tahu kamu marah karena aku membela Reynold. Tapi, aku ini presiden direktur perusahaan. Jadi, aku punya pertimbangan sendiri.” Theresa tersenyum tipis, lalu duduk di samping Owen dan melanjutkan, “Waktu kamu taruhan sama Reynold sebelumnya dan mau aku jadi saksi kalian, kamu tahu kenapa aku nggak setuju?”“Kenapa?” tanya Owen dengan p
Owen mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya dan sekarang jantungnya berdebar kencang. Keinginan terbesarnya beberapa hari belakangan ini adalah mengajak Theresa jalan-jalan dengan mengendarai skuter kesayangannya. Akhirnya kesempatan itu datang, mana mungkin dia melewatkannya?"Hanya itu saja?" tanya Theresa yang tampak tercengang.Owen tidak menginginkan hadiah, yang dia pedulikan hanyalah kesehatan Theresa dan tidak ingin Theresa kelelahan karena bekerja. Hal ini membuat Theresa agak tersentuh. Bahkan, dia merasa senang karena telah diperhatikan!Tentu saja, Theresa tidak tahu apa-apa. Owen memang peduli kepadanya, tetapi di sisi lain, Owen berbuat begitu hanya demi kepentingannya sendiri. Jika Theresa tahu rencana kotor Owen, dia pasti tidak akan senang!"Theresa, boleh nggak?" tanya Owen dengan ekspresi penuh harap. Dia khawatir Theresa akan menolak permintaannya."Baiklah. Aku setuju!" Theresa tersenyum sambil mengangguk.Lagi pula, masalah kerja sama telah beres. Jadi, tidak