Di dalam kotak itu, terdapat satu set hiasan rambut yang sangat mewah. Hiasan rambut itu terbuat dari emas murni yang dipadukan dengan giok, juga lebih mewah daripada hiasan rambut yang dipersiapkan kakak-kakak Syakia untuknya dulu. Jadi, bukan hanya Syakia, bahkan para anggota Keluarga Angkola juga tercengang begitu melihatnya. Terlebih lagi Ayu, dia langsung menggertakkan gigi dengan cemburu. Jika dia adalah Putri Suci, hadiah itu seharusnya adalah miliknya! Sekarang, hadiah itu malah didapatkan Syakia. Memangnya wanita jalang itu layak menerimanya?Namun, Ayu tidak menyangka bahwa hadiah berikutnya akan membuatnya lebih iri lagi.“Coba buka yang ini,” ucap Adika sambil menyodorkan kotak di tangannya kepada Syakia.Syakia dengan hati-hati meletakkan satu set hiasan rambut yang mewah itu ke samping, lalu membuka hadiah dari Adika. Begitu kotak itu terbuka, sebuah gaun sutra bersulam kupu-kupu yang indah dan mewah langsung terpampang di hadapan semua orang. Hal yang paling mengejutka
Syakia memandang bunga plum itu dan akhirnya mengerti maknanya. Matanya pun berkaca-kaca lagi dan dia berkata dengan suara rendah, “Terima kasih atas doa Pangeran.”“Tak disangka, Pangeran Adika begitu mengerti tentang bunga. Bunga plum memang cocok dengan Kak Syakia.”Tiba-tiba, suara seseorang yang mentel merusak suasana di antara Syakia dan Adika.Ayu berjalan ke hadapan Syakia, lalu berdiri di antara kedua orang itu dan berkata dengan berlagak polos, “Tapi, bunga plum yang mekar sebelum waktunya sangat langka. Ayu juga suka. Kak Syakia boleh perlihatkan pada Ayu?”“Nggak boleh,” tolak Syakia tanpa ragu. Ekspresinya juga langsung kembali dingin.“Ya sudah deh. Ternyata Kak Syakia masih sangat membenciku. Kak Syakia, jangan marah, ya. Kalau kamu keberatan, aku nggak akan melihatnya,” ujar Ayu dengan ekspresi sedih. Kemudian, Ayu berbalik untuk menghadap Adika dan melanjutkan dengan penuh harap, “Pangeran, apa Pangeran punya bunga plum lebih? Ayu nggak mau berebut sama Kak Syakia, ta
“Pangeran Adika mungkin nggak tahu.” Damar berkata dengan perlahan, “Ulang tahun Ayu sebenarnya bukanlah ulang tahunnya yang sebenarnya, melainkan hari peringatan kematian ibunya.”“Oh?” Adika mengangkat alisnya. Dia jelas tidak percaya. Kemudian, dia melanjutkan, “Kalau itu hari peringatan kematian, kenapa harus disamakan dengan hari ulang tahun?”“Biar Ayu nggak melupakan hari kematian ibunya. Makanya, hari ulang tahun Ayu diganti jadi 2 bulan lalu. Lagian, kalau dihitung menurut ulang tahun asli Ayu, dia memang sedikit lebih kecil dari Syakia dan seharusnya jadi adik Syakia.”“Hanya karena itu?”“Hanya karena itu,” jawab Damar dengan ekspresi datar.Ayu juga buru-buru mengangguk dan menambahkan, “Benar. Ayah mempertimbangkan hal ini demi Ayu. Tak disangka, Pangeran Adika jadi salah paham. Tapi, hari ulang tahun asliku masih beberapa saat lagi.”Setelah mendengar Ayu membenarkannya, Abista dan yang lain pun saling memandang. Hari ini, mereka baru tahu bahwa ada hal seperti ini di bal
Setelah memahami makna tersirat dari ucapan Adika, wajah Abista dan yang lainnya langsung memucat. Pada saat ini, mereka akhirnya menyadari bahwa yang ada di hadapan mereka adalah Pangeran Pemangku Kaisar yang hanya menunduk pada Kaisar seorang, juga seorang dewa perang yang selalu memenangkan pertempuran di medan perang.Orang yang berani menyinggung seseorang dengan status seperti Adika setara dengan mencari mati. Namun, Ayu dan Kahar malah berani menyela percakapan, juga melawan Adika? Apanya yang menggantikan Damar memberi pelajaran pada mereka, itu jelas-jelas adalah ancaman!Kahar yang juga telah menyadari hal ini hanya bisa mengepalkan tangannya dan berdiri diam di tempat.“Plak! Plak! Plak! Plak! Plak ....”Damar sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan. Dia tidak berhenti menampar putranya dengan ekspresi datar. Tidak lama kemudian, ada darah yang mengalir dari sudut mulut Kahar. Begitu melihat situasi ini, Ayu sontak terkejut dan melangkah mundur tanpa sadar. Sial! Kenapa
“Sudahlah. Adipati Damar, sudah cukup.” Setelah Kahar menahan lebih dari 30 tamparan, Adika akhirnya berujar sambil tersenyum, “Aku juga bukan orang yang berhati sempit, cuma mau kamu didik putramu. Kenapa kamu tega memukulnya begitu kuat? Lihat saja, wajah putramu sudah babak belur. Kasihan sekali.”Setelah mendengar kata-kata Adika yang sok perhatian, Damar akhirnya berhenti menampar Kahar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia tahu betapa sulitnya menghadapi Adika. Jika dia tidak memuaskan Adika hari ini, masa depan Kahar seharusnya akan hancur. Jadi, Damar segera memberi isyarat mata kepada Kahar.Kahar yang wajahnya sudah babak belur berlutut di hadapan Adika, lalu berkata, “Aku sudah menyadari kesalahanku. Kelak, aku nggak akan mengulanginya lagi. Aku harap Pangeran Adika bisa memaafkanku.”Jarang-jarang Kahar berakhir semenyedihkan ini. Syakia tentu saja menyaksikan semua ini dengan bersemangat. Namun, Adika tiba-tiba menoleh ke arahnya.Syakia pun tertegun, lalu bertanya denga
Apa ada lumpur yang mengotori matanya ketika dia menyiram tanaman tadi? Namun, kenapa Syakia sama sekali tidak merasakannya?Tepat ketika Syakia merasa kewalahan, Adika tiba-tiba berkata, “Sekarang sudah nggak ada. Tadi, waktu kamu lihat Kahar, matamu dipenuhi banyak emosi. Ada amarah, kebencian, kesedihan, penderitaan ....”Setiap Adika menyebutkan sebuah emosi, ekspresi di wajah Syakia perlahan-lahan sirna. Pada akhirnya, Adika bertanya dengan pelan, “Apa sebenarnya yang kamu alami di rumah itu?”Syakia tentu saja tidak mungkin menjawab pertanyaan itu. Setelah terdiam sejenak, dia baru menjawab, “Aku nggak nyangka Pangeran begitu peka.”“Bukan aku yang peka, tapi kamu nggak tahu seberapa kuat emosi yang terpancar dari matamu tadi.”Emosi yang terpancar dari mata Syakia tadi begitu kuat sampai tidak dapat diabaikan oleh orang lain. Selain itu, Adika juga tidak memberi tahu Syakia bahwa selain dirinya, masih ada seseorang yang sepertinya juga menyadarinya.Syakia mengepalkan tangannya,
“Sayang sekali.” Dalam kereta kuda yang melaju kembali ke ibu kota, Abista menghela napas sambil berkata, “Kalau Pangeran Adika nggak datang, mungkin saja kita bisa bicara yang baik dengan Syakia.”Kahar yang sedang mengoleskan obat ke lukanya menjawab dengan kesal, “Kak Abista, kamu masih belum ngerti sampai sekarang? Meski Pangeran Adika nggak datang hari ini, Syakia juga nggak mungkin bicara baik-baik sama kita.”“Yang Kak Kahar bilang benar. Kak Abista, sebaiknya kamu jangan ungkit hal ini lagi ke depannya.” Ranjana melanjutkan dengan nada acuh tak acuh, “Apalagi di hadapan Ayu.”Abista mengerutkan keningnya. “Memangnya kenapa kalau aku ngomong di hadapan Ayu? Dia baik, juga selalu menyukai Syakia. Meski ngomong tentang hal ini, dia juga nggak akan keberatan.”Begitu mendengar jawaban Abista, Kahar dan Ranjana langsung merasakan untuk yang pertama kalinya bahwa kakak sulung mereka itu benar-benar tidak peka.“Justru karena Ayu baik, Kak Abista baru nggak seharusnya ngomong tentang
“Paman, Ayu, akhirnya kalian kembali juga.”Begitu mendongak, Abista dan yang lain baru menyadari bahwa Panji sedang berada di rumah mereka untuk menunggu kepulangan mereka.Panji segera melangkah mendekat, lalu berdiri di samping Ayu dan bertanya dengan bingung, “Ke mana kalian hari ini? Kenapa kalian nggak ada di rumah sepanjang sore dan baru pulang sekarang?”Begitu mendengar pertanyaan itu, Abista dan yang lain tertegun sejenak. Sangat jelas bahwa selain mereka, bahkan Panji yang merupakan teman sejak kecil dan mantan tunangan Syakia juga melupakan ulang tahun Syakia. Kama merasa makin tidak berdaya.Hanya Ayu yang menjawabnya sambil tersenyum, “Hari ini, kami pergi ke Kuil Bulani untuk rayakan ulang tahun Kak Syakia.”Begitu mendengar ucapan Ayu, ekspresi Panji langsung menjadi muram. “Buat apa kalian pergi merayakan ulang tahunnya?”“Bukan cuma kami, bahkan Pangeran Adika juga pergi ke sana,” tambah Ayu dengan sengaja.Ekspresi Panji langsung berubah drastis. “Apa? Kenapa dia ada
Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny
Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat
Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m
Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif
“Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu
Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak
“Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita
Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar