Rifky masih diam, dalam hatinya takut melihat Joey yang saat ini. Darah yang menempel pada wajah, dan baju, itu saja Joey cukup terlihat seperti pembunuh. Namun mengingat kalau dirinya adalah anaknya ketua mafia, ia pun mulai untuk berani. Rifky pun bersuara. "Ternyata begini, sosok yang selama ini bersembunyi di balik penampilan culunmu." Joey terkekeh mendengarnya. "Tanpa aku kasih tau, ternyata kamu sudah bisa menebaknya." "Jadi, kamu ingin balas dendam padaku? Karena aku dan teman-temanku selalu membullymu?" tanya Rifky tersenyum mengejek, ia mencoba untuk berani. Joey memegang dagunya. "Hmm, itu salah satunya." Rifky masih tersenyum mengejek sambil mengangkat alis sebelahnya, "Sepertinya cerita Rangga dan Hendrik yang dulu, ada benarnya. Dan benar saja, aku tertipu karena penampilanmu." "Ahh… Hendrik ya. Sayang sekali, dia dan Sandi terlalu mudah dibunuh." jawab Joey yang masih tenang, dan masih memegang dagunya. Joey dengan ekspresi yang
Lalu menghentikan aktivitasnya, lalu meraih ponselnya. Terlihat dari notifikasi yang ia lihat di layar ponsel androidnya, terlihat Marc malas untuk membukanya. Yang mengirim pesan WA tenyata adalah Putranya, dengan malas ia membuka pesannya. Baru saja membuka, seketika ia terkekeh. Ternyata bukan hanya pesan tulis saja melainkan sebuah foto Putranya yang sedang terikat di kursi. Lalu dibawah foto itu, ada sebuah pesan. "Bukankah orang di foto itu adalah putramu? Bisakah kamu berhenti mencariku lagi? Aku tidak tertarik menjadi anggota mu. Dan juga putramu ini, sungguh sangat menjengkelkan. tapi tenang saja, aku sudah memperlakukannya dengan lembut." Marc telah membaca pesan itu, nafasnya naik turun. Rasa tak terima, ia marah. Sungguh hebat orang ini, sangat berani sekali padanya yang merupakan pemimpin di kelompok mafianya. Lalu segera mencari kontak orang yang bisa diandalkan. Marc akan menyuruhnya untuk menangkap laki-laki culun ini, entah mau hidup dan mati.
"Aku tidak tahu apa maksud dari pendahulu yang kamu katakan. Tapi, apa kamu tak tau, ada berita mengatakan kalau Rifky dikabarkan adalah anak dari ketua kelompok mafia yang ditakuti. Bahkan polisi saja masih memikirkan rencana untuk menangkap mereka." kata Sarah. "Aku tau, beberapa saat tadi aku sudah mengirim foto keadaan Rifky kepada ayahnya." jawab Joey santai. Sarah terkejut bukan main. Angelica, dan Nita juga terkejut mendengar ucapan Joey. Mengirim foto Rifky dalam keadaan terikat ke ayahnya. "Kamu memang tidak waras, gila. Itu sama saja kamu akan jadi buronan!" kata Sarah sambil memijit pelipisnya. "Jo, apa kamu tidak tau, betapa menakutkannya kelompok mafia ayahnya Rifky?" tanya Angelica yang khawatir. Joey tersenyum miring. "Apa peduli kalian? Aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya kulakukan dari dulu." Nita pun berbicara. "Aku yakin ayahnya Rifky akan punya dendam yang besar padamu." "Itulah yang kuinginkan." jawan Joey dengan
Keesokan Harinya. Joey tengah menjalankan mobil avanza hitam curiannya. Ia kini tengah mengikuti sebuah mobil yang mencurigakan di jalur yang sama. Awalnya Joey berniat langsung ke markas kelompok mafia milik Marc. Ia sudah tahu lokasinya, karena ia pernah kesana waktu itu. Ia ingin membuat kejutan untuk Marc yang sudah ia rencanakan. Namun saat ditengah perjalan, ada ada mobil hitam yang berjalan di depannya. Dan anehnya, mobil itu di jalur yang sama. Joey mengerut dahinya. "Apa mereka anak buah Marc?" Perjalanan sudah mendekati lokasi. Sebelum di pertigaan. Joey memilih berhenti, dan memarkirkan mobilnya di situ. Ia lalu berjalan diam-diam agar tidak ketahuan. Sudah hampir setengah jam, Joey berjalan memasuki kebun dengan bersembunyi. Setelah sampai di dekat sebuah bangunan, indra pendengarannya menangkap sebuah percakapan. Saat mencoba mendekat, Joey melihat Marc dan anak buahnya. Ada tiga pasang suami istri tengah terikat dan berlutut di tanah.
Nita terdiam membeku, tubuh nya melemas. Perlahan ia mundur dan bersandar di kursi penumpang. Sarah menutup mulut nya dengan kedua tangan nya, dan ia menangis. Angelica menoleh dan menatap tajam ke arah Joey. Joey yang merasa di tatap oleh Angelica, ia segera meminggirkan mobil nya dan berhenti di pinggir jalan. Lalu ia mematikan mesin mobil nya, dan pandangan nya melihat ke arah Angelica yang masih manatap tajam padanya, air mata nya perlahan keluar. Joey mengangkat alis sebelah nya. "Sudah menatap nya?" "Apa ini semua rencanamu?" tanya Angelica dengan badan nya yang bergetar, ia menahan untuk tidak menangis. Joey menggeleng-gelengkan kepala nya. "Bukan, ini bukan rencanaku. Bukankah kamu sudah melihatnya barusan kan?" "Kenapa kamu bisa merekam video ini?" tanya Angelica yang masih menahan untuk tidak menangis. Joey bersandar di kursi kemudi nya, dengan santai mengangkat tangan sambil nyender dan tenang ia menjawab. "Aku tadi siang berencana d
Mereka membawa kopernya. Joey sampai terbelalak saat melihat Sarah membawa koper besar. "Apa yang kamu bawa?" tanya Joey mengerut dahinya. "Tentu saja semua pakaianku, dan peralatan make up-ku." jawab Sarah enteng. Joey tersenyum. "Lagi-lagi kalau tau begini, aku akan menarik rambutmu dan menyeretmu ke tengah jalan, dan menggilingmu dengan mobilku." Sarah melotot, entah nyali mana ia dapatkan untuk melawan Joey. "Heh culun, kamu harus ganti rugi. Mana mobil mahalku langsung di tinggal begitu saja di tengah jalan tadi." Joey langsung mencekik leher Sarah, lalu ia tersenyum miring. "Bisakah kamu tidak banyak bicara? Aku membantumu bersembunyi dari orang-orang mafia itu, karena perbuatan Angelica." Angelica yang sedang menenangkan Joey, ia menoleh ke arah laki-laki itu. "Karenaku?" Joey menelan ludahnya, ia melepaskan leher Sarah. Entah kenapa mulutnya asal bicara. Lalu ia menemukan alasan yang tepat. "Bukankah kita berteman saat keci
"Cuma satu kamar?" tanya Angelica. "Aku memesan dua kamar, satu kamar untukmu dan satu kamar untuk kalian bertiga." jawab Angelica. "Enak sekali satu kamar untukmu sendiri, sedangkan kita satu kamar bertiga." kata Angelica tidak terima, karena ia juga ingin mendapat kamar sendiri. "Sudah terima saja, kalau kamu tidak mau, kamu bisa satu kamar denganku." kata Joey sambil tersenyum menyeringai. "Tidak akan!" ucap Angelica dan berlalu meninggalkan Joey. Nita dan Sarah yang dari tadi diam memperhatikan percakapan Joey dan Angelica. Kini mereka segera menyusul Angelica yang pergi menuju lift. Setelah melihat pintu lift yang dinaiki oleh ketiga gadis itu tertutup, Joey segera pergi meninggal tempat itu. Ia kembali menuju ke parkiran mobilnya, lalu Ia masuk ke dalam mobil. Joey menyalakan mesin mobilnya, dan ia segera memakai kedua sarung tangannya. "Saatnya bermain." Mobil yang dikemudikan Joey telah meninggalkan hotel. Ia kali ini akan pergi k
Sebenarnya ia ingin bermain-main dulu dengan keduanya, hanya saja, waktu nya tidak tepat. Hari sudah siang, dan letak jalan gang kecil ity adalah tempat umum. Bisa menimbulkan kekacauan nanti nya. Joey segera masuk kedalam mobil. Lalu menyalakan dan melajukan mobilnya kembali ke hotel. Dan kedua mayat tadi dibiarkan begitu saja, nanti juga ada yang mengurus nya. — Setelah sampai kembali ke hotel. Joey memarkirkan mobil nya. Selesai sudah, ia segera pergi meninggalkan mobilnya di parkiran, dan menaiki lift ke lantai atas, tempat kamar yang ia sewa sebelum nya. Kini ia berjalan di lorong, melewati banyak pintu. Lalu ia berjalan melewati kamar para ketiga gadis, siapa lagi kalau bukan Angelica, dan kedua teman nya. Sedangkan kamar milik nya, tak lupa ia membuka kunci pintu nya. Ia pun masuk ke dalam kamar yang ia sewa. Ingin sekali langsung tidur, tapi ia memilih ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. — Di kamar lain. Terlihat ketiga gad
Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg
kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd
"Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya
"Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang
Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel
Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud
Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik
Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s
"Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny