Mereka membawa kopernya. Joey sampai terbelalak saat melihat Sarah membawa koper besar. "Apa yang kamu bawa?" tanya Joey mengerut dahinya. "Tentu saja semua pakaianku, dan peralatan make up-ku." jawab Sarah enteng. Joey tersenyum. "Lagi-lagi kalau tau begini, aku akan menarik rambutmu dan menyeretmu ke tengah jalan, dan menggilingmu dengan mobilku." Sarah melotot, entah nyali mana ia dapatkan untuk melawan Joey. "Heh culun, kamu harus ganti rugi. Mana mobil mahalku langsung di tinggal begitu saja di tengah jalan tadi." Joey langsung mencekik leher Sarah, lalu ia tersenyum miring. "Bisakah kamu tidak banyak bicara? Aku membantumu bersembunyi dari orang-orang mafia itu, karena perbuatan Angelica." Angelica yang sedang menenangkan Joey, ia menoleh ke arah laki-laki itu. "Karenaku?" Joey menelan ludahnya, ia melepaskan leher Sarah. Entah kenapa mulutnya asal bicara. Lalu ia menemukan alasan yang tepat. "Bukankah kita berteman saat keci
"Cuma satu kamar?" tanya Angelica. "Aku memesan dua kamar, satu kamar untukmu dan satu kamar untuk kalian bertiga." jawab Angelica. "Enak sekali satu kamar untukmu sendiri, sedangkan kita satu kamar bertiga." kata Angelica tidak terima, karena ia juga ingin mendapat kamar sendiri. "Sudah terima saja, kalau kamu tidak mau, kamu bisa satu kamar denganku." kata Joey sambil tersenyum menyeringai. "Tidak akan!" ucap Angelica dan berlalu meninggalkan Joey. Nita dan Sarah yang dari tadi diam memperhatikan percakapan Joey dan Angelica. Kini mereka segera menyusul Angelica yang pergi menuju lift. Setelah melihat pintu lift yang dinaiki oleh ketiga gadis itu tertutup, Joey segera pergi meninggal tempat itu. Ia kembali menuju ke parkiran mobilnya, lalu Ia masuk ke dalam mobil. Joey menyalakan mesin mobilnya, dan ia segera memakai kedua sarung tangannya. "Saatnya bermain." Mobil yang dikemudikan Joey telah meninggalkan hotel. Ia kali ini akan pergi k
Sebenarnya ia ingin bermain-main dulu dengan keduanya, hanya saja, waktu nya tidak tepat. Hari sudah siang, dan letak jalan gang kecil ity adalah tempat umum. Bisa menimbulkan kekacauan nanti nya. Joey segera masuk kedalam mobil. Lalu menyalakan dan melajukan mobilnya kembali ke hotel. Dan kedua mayat tadi dibiarkan begitu saja, nanti juga ada yang mengurus nya. — Setelah sampai kembali ke hotel. Joey memarkirkan mobil nya. Selesai sudah, ia segera pergi meninggalkan mobilnya di parkiran, dan menaiki lift ke lantai atas, tempat kamar yang ia sewa sebelum nya. Kini ia berjalan di lorong, melewati banyak pintu. Lalu ia berjalan melewati kamar para ketiga gadis, siapa lagi kalau bukan Angelica, dan kedua teman nya. Sedangkan kamar milik nya, tak lupa ia membuka kunci pintu nya. Ia pun masuk ke dalam kamar yang ia sewa. Ingin sekali langsung tidur, tapi ia memilih ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. — Di kamar lain. Terlihat ketiga gad
Sebenarnya tidak masalah, uang hasil dari ia merampok para penjahat masih terkumpul banyak. Namun ia paling tidak suka, kalau ada orang yang memakai uang nya digunakan sia-sia. Contohnya seperti tadi, salah satu dari mereka memesan makanan dalam jumlah yang banyak. Bisa diperkirakan makanan yang ia pesan, bisa untuk sepuluh orang. Joey menghela nafasnya. Ia menepis pikirannya untuk tidak merasa bersalah atas perkataan nya yang tadi. Setidak nya ucapannya sedikit menyadarkan ketiga gadis itu untuk tidak menyia-siakan makanan. Joey segera melajukan mobilnya. Tangan kanannya memegang ponsel yang ia dapat dari preman yang ia bunuh. Di layar ponsel itu, ia bisa melihat arah jalan menuju markas gangster. — Sudah hampir satu jam lebih ia mengemudikan mobilnya, hari pun mulai malam, perjalanannya cukup lama. Di layar ponsel, tanda dirinya telah mendekati tempat tujuannya. Ternyata tempat itu berada di salah satu desa dipinggir kota. Dari dalam mobilnya, Joey melih
Sementara, di dalam rumah besar, Terlihat ada sekitar empat puluh orang yang berdiri dan berkumpul di ruangan utama. Terlihat ada satu orang pria dewasa dengan tubuhnya sedikit besar dan gemuk. Ya, dia adalah bos gangster nya. "Kenapa kalian bisa ceroboh?" kata bos gangster nya dengan dingin. "Maaf bos kami lengah." ucap salah satu anak buahnya. Semua anak buah nya adalah preman, dan penampilan cukup sangar. Tapi jika berhadapan dengan bos mereka. Mereka tidak ada yang berani, apalagi kalau bos mereka lagi marah. "Kalian semua cari penyusup itu! Cepat!" ucap bos gangster nya sambil berteriak memberi perintah kepada semua anak buahnya. Semua anak buah segera pergi dan menjalankan tugas mereka yang baru saja Bos mereka mengerikan. Mereka semua menyebar di sekeliling rumah bos mereka untuk mencari keberadaan si penyusup. Bos gangster itu bernama Rudiansyah, ia berumur sekitar 37 tahun. Rudiansyah merasa marah besar. Baru kali ini ada penyusup masuk ke k
Angelica memegang dagunya. Gadis cantik ini sedang memikirkan untuk kedepannya. Apa yang ia putuskan untuk pergi bersama kedua teman nya dari Joey. Atau tetap bersama di dekat Joey. Masalah kalau jauh dari Joey, mereka jelas tidak aman. Seperti saat ini mereka lakukan. Mereka bertiga memilih pergi keluar tanpa memberitahu kepada Joey. "Permisi kak.., satenya sudah jadi." ucap dari pria dewasa, yang rupanya pedagang sate. Angelica, Sarah, dan Nita menerima pesanan mereka. Masing-masing dari mereka mendapat satu porsi sate ayam plus lontong. "Sekarang lebih baik kita makan dan nikmati makanan kita, setelah makan, perut kenyang, tinggal kita pikirkan lagi." kata Sarah, lalu ia langsung melahap makanannya. Nita pun juga segera memakan makanan nya. Angelica tersenyum melihat kelakuan kedua temannya. Ia pun juga memakan makanannya. — Kembali ke sisi rumah besar milik gangster kaya. Semua anak buahnya mencari-cari keberadaan penyusup. Sudah hampir sat
Joey tertawa kecil. "Ada apa dengan pistomu, om? Apa rusak?" Itu ulahnya sendiri. Sebelum bersembunyi di kolong ranjang, Joey mengambil semua peluru dari pisTomya Rudiansyah tadi. Joey berjalan mendekati Rudiansyah, lalu tangannya mau meraih pistol yang masih digenggam Rudiansyah. "PLAK!" Rudiansyah menepis tangan Joey dengan kasar. "Jangan mendekat! Atau ku patahkan lehermu!" Joey mengelus tangannya yang telah ditepis oleh Rudiansyah. Ia menatap Rudiansyah dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Tatapan Joey yang dingin justru membuat Shinta ketakutan. Rudiansyah mulai menggerakkan tubuhnya untuk lebih dekat lagi dengan Joey, agar ia bisa menghabisinya. Namun sebelum bergerak, Joey sudah lebih dulu berkata. "Apa om yakin ingin berkelahi denganku dengan posisi titidmu yang masih tegang seperti itu?" Kata-kata Joey tentu saja membuat Rudiansyah langsung menatap ke arah miliknya yang tertutup kain celana boxernya. Apakah benar atau tidak kalau milik ma
"Kenapa kalian melihatku, tidak terima melihat bos kalian seperti itu?" tanya Joey tersenyum menyeringai. Semua masih terdiam dan masih menatap Joey. Dan untuk Johnny, ia merasakan aura yang mematikan dari sosok laki-laki muda yang bernama Joey ini. "Bos kalian sudah tidak berdaya..." Kata-kata Joey terpotong saat mendengar suara pistol. "DOR!' Joey terbelalak melihatnya. "Hei… Kamu tidak sopan, aku belum selesai dengan ucapanku!" Johnny yang baru saja menembak kepala Rudiansyah, ia segera berlutut le arah Joey setelah berkata barusan. Tak hanya dia, semua anggota gangster juga berlutut ke arah laki-laki muda ini. Joey terkejut melihat semuanya berlutut kepadanya. "Woi apa yang kalian lakukan? Brengsek!" — Dibtempat lain. Karena sudah selesai, Angelica, Sarah. dan Nita segera kembali ke hotel. Mereka berjalan dilorong hotel setelah keluar dari lift. Mereka bertiga sudah sampai di depan pintu kamar mereka. Sarah mengambil kunci