Sebenarnya tidak masalah, uang hasil dari ia merampok para penjahat masih terkumpul banyak. Namun ia paling tidak suka, kalau ada orang yang memakai uang nya digunakan sia-sia. Contohnya seperti tadi, salah satu dari mereka memesan makanan dalam jumlah yang banyak. Bisa diperkirakan makanan yang ia pesan, bisa untuk sepuluh orang. Joey menghela nafasnya. Ia menepis pikirannya untuk tidak merasa bersalah atas perkataan nya yang tadi. Setidak nya ucapannya sedikit menyadarkan ketiga gadis itu untuk tidak menyia-siakan makanan. Joey segera melajukan mobilnya. Tangan kanannya memegang ponsel yang ia dapat dari preman yang ia bunuh. Di layar ponsel itu, ia bisa melihat arah jalan menuju markas gangster. — Sudah hampir satu jam lebih ia mengemudikan mobilnya, hari pun mulai malam, perjalanannya cukup lama. Di layar ponsel, tanda dirinya telah mendekati tempat tujuannya. Ternyata tempat itu berada di salah satu desa dipinggir kota. Dari dalam mobilnya, Joey melih
Sementara, di dalam rumah besar, Terlihat ada sekitar empat puluh orang yang berdiri dan berkumpul di ruangan utama. Terlihat ada satu orang pria dewasa dengan tubuhnya sedikit besar dan gemuk. Ya, dia adalah bos gangster nya. "Kenapa kalian bisa ceroboh?" kata bos gangster nya dengan dingin. "Maaf bos kami lengah." ucap salah satu anak buahnya. Semua anak buah nya adalah preman, dan penampilan cukup sangar. Tapi jika berhadapan dengan bos mereka. Mereka tidak ada yang berani, apalagi kalau bos mereka lagi marah. "Kalian semua cari penyusup itu! Cepat!" ucap bos gangster nya sambil berteriak memberi perintah kepada semua anak buahnya. Semua anak buah segera pergi dan menjalankan tugas mereka yang baru saja Bos mereka mengerikan. Mereka semua menyebar di sekeliling rumah bos mereka untuk mencari keberadaan si penyusup. Bos gangster itu bernama Rudiansyah, ia berumur sekitar 37 tahun. Rudiansyah merasa marah besar. Baru kali ini ada penyusup masuk ke k
Angelica memegang dagunya. Gadis cantik ini sedang memikirkan untuk kedepannya. Apa yang ia putuskan untuk pergi bersama kedua teman nya dari Joey. Atau tetap bersama di dekat Joey. Masalah kalau jauh dari Joey, mereka jelas tidak aman. Seperti saat ini mereka lakukan. Mereka bertiga memilih pergi keluar tanpa memberitahu kepada Joey. "Permisi kak.., satenya sudah jadi." ucap dari pria dewasa, yang rupanya pedagang sate. Angelica, Sarah, dan Nita menerima pesanan mereka. Masing-masing dari mereka mendapat satu porsi sate ayam plus lontong. "Sekarang lebih baik kita makan dan nikmati makanan kita, setelah makan, perut kenyang, tinggal kita pikirkan lagi." kata Sarah, lalu ia langsung melahap makanannya. Nita pun juga segera memakan makanan nya. Angelica tersenyum melihat kelakuan kedua temannya. Ia pun juga memakan makanannya. — Kembali ke sisi rumah besar milik gangster kaya. Semua anak buahnya mencari-cari keberadaan penyusup. Sudah hampir sat
Joey tertawa kecil. "Ada apa dengan pistomu, om? Apa rusak?" Itu ulahnya sendiri. Sebelum bersembunyi di kolong ranjang, Joey mengambil semua peluru dari pisTomya Rudiansyah tadi. Joey berjalan mendekati Rudiansyah, lalu tangannya mau meraih pistol yang masih digenggam Rudiansyah. "PLAK!" Rudiansyah menepis tangan Joey dengan kasar. "Jangan mendekat! Atau ku patahkan lehermu!" Joey mengelus tangannya yang telah ditepis oleh Rudiansyah. Ia menatap Rudiansyah dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Tatapan Joey yang dingin justru membuat Shinta ketakutan. Rudiansyah mulai menggerakkan tubuhnya untuk lebih dekat lagi dengan Joey, agar ia bisa menghabisinya. Namun sebelum bergerak, Joey sudah lebih dulu berkata. "Apa om yakin ingin berkelahi denganku dengan posisi titidmu yang masih tegang seperti itu?" Kata-kata Joey tentu saja membuat Rudiansyah langsung menatap ke arah miliknya yang tertutup kain celana boxernya. Apakah benar atau tidak kalau milik ma
"Kenapa kalian melihatku, tidak terima melihat bos kalian seperti itu?" tanya Joey tersenyum menyeringai. Semua masih terdiam dan masih menatap Joey. Dan untuk Johnny, ia merasakan aura yang mematikan dari sosok laki-laki muda yang bernama Joey ini. "Bos kalian sudah tidak berdaya..." Kata-kata Joey terpotong saat mendengar suara pistol. "DOR!' Joey terbelalak melihatnya. "Hei… Kamu tidak sopan, aku belum selesai dengan ucapanku!" Johnny yang baru saja menembak kepala Rudiansyah, ia segera berlutut le arah Joey setelah berkata barusan. Tak hanya dia, semua anggota gangster juga berlutut ke arah laki-laki muda ini. Joey terkejut melihat semuanya berlutut kepadanya. "Woi apa yang kalian lakukan? Brengsek!" — Dibtempat lain. Karena sudah selesai, Angelica, Sarah. dan Nita segera kembali ke hotel. Mereka berjalan dilorong hotel setelah keluar dari lift. Mereka bertiga sudah sampai di depan pintu kamar mereka. Sarah mengambil kunci
Johnny menghela nafasnya. "Sebenar nya, kami tidak suka dengan Rudiansyah. Karena lima tahun yang lalu, Rudiansyah yang tiba-tiba datang membunuh bos kami yang dulu." Johnny pun menceritakan kenapa dirinya dan anggota lainnya tidak suka dengan Rudiansyah. Dulu, lima tahun yang lalu, pemimpin yang dulu adalah pemimpin terbaik yang mereka miliki. Rudiansyah adalah salah satu anggota yang paling kuat. Bahkan anggota lainbnya tidak sebanding dengan nya. Entah kenapa, tiba-tiba Rudiansyah berkhianat kepada pimpinan mereka. Secara terang-terangan Rudiansyah menyerang nya, semua anggota tidak ada yang bisa menghentikan nya karena kalah melawan nya. Rudiansyah dan pimpinan nya saling berkelahi dan Rudiansyah berhasil mengalahkan pimpinan nya. Kemudian Setelah Rudiansyah mengalahkan pimpinannya. Ia segera mambawa anggota pergi untuk berhadapan dengan gangster lain di kota yang sama. Hanya Johnny saja, dan beberapa anggota lainnya menetap. Ia setia menemani pimpinan mereka yang
Ternyata mereka berdua Adit dan Aji. Dua laki-laki yang tadi malam dan meminta kenalan kepada Angelica dan kedua temannya. Sebenarnya mereka akan pergi ke minimarket untuk membeli sesuatu. Tapi saat akan berangkat, dan baru keluar dari parkiran dengan mobil mereka. Tanpa tidak sengaja melihat tiga gadis yang membuat mereka tertarik. Mereka jadi teringat, lalu mereka segera mengikuti mobil yang dinaiki Angelica, Sarah, dan Nita. Adit semakin semangat, begitu juga dengan Aji. "Seperti nya kita harus bersenang-senang sebelum kembali pulang." kata Adit. Aji tersenyum menyeringai, dan mengangguk kepalanya. "Kau benar, setidaknya kita punya kenangan di kota ini." Mobil yang dinaiki Aji dan Adit, terus mengikuti mobil yang dinaiki ketiga gadis itu dari belakang. Joey yang baru saja selesai mandi pagi membersihkan dirinya. Ia segera memakai pakaiannya. Tak lupa ia memakai kacamatanya. Ia berjalan keluar dari kamarnya. Ia mendekati pintu kamar yang dihuni ketiga ga
Angelica yang sudah selesai mandi nya, ia segera memakai pakaian nya, dan mengeringkan rambut panjang nya. Selesai sudah, ia merebahkan tubuh nya di atas kasur lantai. Kasur lantai nya cukup lebar, karena yang menginap tiga orang. Pemilik kos menyiapkan dua buah kasur lantai, dan dirapatkan. Meski sudah terbiasa hidup mewah dengan keluarga nya dulu, Angelica tetap bisa menikmati nya. Karena waktu kecil ia pernah tinggal jauh dari kota, di kampung, yaitu di rumah nenek nya. Lalu ia teringat, apakah nenek nya telah tau kematian ayah dan ibu nya Angelica, "Mungkin, jika sudah aman aku harus pergi ke rumah nenek. Untuk menjenguk nya dan membHendrikan kabar ini." Sudah hampir setengah jam Angelica menunggu setelah selesai mandi, Sarah dan Nita belum kembali. "Apa mereka berdua tersesat dijalan?" Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar kos nya. Angelica menduga kalau ia adalah kedua teman nya. Angelica segera bangkit dari tidur nya. Ia mendekati pint