Joey telah mendapat mobil dari curiannya. Mobil yang ia dapat setelah berhasil membunuh sekelompok gangster kecil di suatu wilayah pinggiran kota bagian timur. Ia berencana menggunakan mobil itu untuk mengikuti Rifky. Sudah terbukti kalau Rifky adalah Putra Marc, sekaligus cucu Bram. Maka ia ingin menggunakan Rifky sebagai sanderanya untuk membalas dendamnya kepada Bram. Dari kejauhan, Joey telah menunggu di dalam mobil hasil curiannya. Ia menunggu Rifky dan kedua temannya yang sedang masuk ke cafe. Beberapa saat kemudian, ia melihat Angelica, Sarah, dan Nita keluar dari cafe itu. Joey tidak memperdulikan ketiga gadis itu. Yang terpenting, saat ini ia harus mengawasi Rifky, dan mengikutinya untuk dijadikan sanderanya. Sudah satu jam menunggu setelah Angelica dan kedua temannya pergi, barulah Rifky dan kedua temannya keluar dari cafe. Joey terus mengawasi Rifky, hingga naik mobil dan pergi dari tempat itu. Joey pun mengikutinya dari belakang dengan hati-hat
Rifky masih diam, dalam hatinya takut melihat Joey yang saat ini. Darah yang menempel pada wajah, dan baju, itu saja Joey cukup terlihat seperti pembunuh. Namun mengingat kalau dirinya adalah anaknya ketua mafia, ia pun mulai untuk berani. Rifky pun bersuara. "Ternyata begini, sosok yang selama ini bersembunyi di balik penampilan culunmu." Joey terkekeh mendengarnya. "Tanpa aku kasih tau, ternyata kamu sudah bisa menebaknya." "Jadi, kamu ingin balas dendam padaku? Karena aku dan teman-temanku selalu membullymu?" tanya Rifky tersenyum mengejek, ia mencoba untuk berani. Joey memegang dagunya. "Hmm, itu salah satunya." Rifky masih tersenyum mengejek sambil mengangkat alis sebelahnya, "Sepertinya cerita Rangga dan Hendrik yang dulu, ada benarnya. Dan benar saja, aku tertipu karena penampilanmu." "Ahh… Hendrik ya. Sayang sekali, dia dan Sandi terlalu mudah dibunuh." jawab Joey yang masih tenang, dan masih memegang dagunya. Joey dengan ekspresi yang
Lalu menghentikan aktivitasnya, lalu meraih ponselnya. Terlihat dari notifikasi yang ia lihat di layar ponsel androidnya, terlihat Marc malas untuk membukanya. Yang mengirim pesan WA tenyata adalah Putranya, dengan malas ia membuka pesannya. Baru saja membuka, seketika ia terkekeh. Ternyata bukan hanya pesan tulis saja melainkan sebuah foto Putranya yang sedang terikat di kursi. Lalu dibawah foto itu, ada sebuah pesan. "Bukankah orang di foto itu adalah putramu? Bisakah kamu berhenti mencariku lagi? Aku tidak tertarik menjadi anggota mu. Dan juga putramu ini, sungguh sangat menjengkelkan. tapi tenang saja, aku sudah memperlakukannya dengan lembut." Marc telah membaca pesan itu, nafasnya naik turun. Rasa tak terima, ia marah. Sungguh hebat orang ini, sangat berani sekali padanya yang merupakan pemimpin di kelompok mafianya. Lalu segera mencari kontak orang yang bisa diandalkan. Marc akan menyuruhnya untuk menangkap laki-laki culun ini, entah mau hidup dan mati.
"Aku tidak tahu apa maksud dari pendahulu yang kamu katakan. Tapi, apa kamu tak tau, ada berita mengatakan kalau Rifky dikabarkan adalah anak dari ketua kelompok mafia yang ditakuti. Bahkan polisi saja masih memikirkan rencana untuk menangkap mereka." kata Sarah. "Aku tau, beberapa saat tadi aku sudah mengirim foto keadaan Rifky kepada ayahnya." jawab Joey santai. Sarah terkejut bukan main. Angelica, dan Nita juga terkejut mendengar ucapan Joey. Mengirim foto Rifky dalam keadaan terikat ke ayahnya. "Kamu memang tidak waras, gila. Itu sama saja kamu akan jadi buronan!" kata Sarah sambil memijit pelipisnya. "Jo, apa kamu tidak tau, betapa menakutkannya kelompok mafia ayahnya Rifky?" tanya Angelica yang khawatir. Joey tersenyum miring. "Apa peduli kalian? Aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya kulakukan dari dulu." Nita pun berbicara. "Aku yakin ayahnya Rifky akan punya dendam yang besar padamu." "Itulah yang kuinginkan." jawan Joey dengan
Keesokan Harinya. Joey tengah menjalankan mobil avanza hitam curiannya. Ia kini tengah mengikuti sebuah mobil yang mencurigakan di jalur yang sama. Awalnya Joey berniat langsung ke markas kelompok mafia milik Marc. Ia sudah tahu lokasinya, karena ia pernah kesana waktu itu. Ia ingin membuat kejutan untuk Marc yang sudah ia rencanakan. Namun saat ditengah perjalan, ada ada mobil hitam yang berjalan di depannya. Dan anehnya, mobil itu di jalur yang sama. Joey mengerut dahinya. "Apa mereka anak buah Marc?" Perjalanan sudah mendekati lokasi. Sebelum di pertigaan. Joey memilih berhenti, dan memarkirkan mobilnya di situ. Ia lalu berjalan diam-diam agar tidak ketahuan. Sudah hampir setengah jam, Joey berjalan memasuki kebun dengan bersembunyi. Setelah sampai di dekat sebuah bangunan, indra pendengarannya menangkap sebuah percakapan. Saat mencoba mendekat, Joey melihat Marc dan anak buahnya. Ada tiga pasang suami istri tengah terikat dan berlutut di tanah.
Nita terdiam membeku, tubuh nya melemas. Perlahan ia mundur dan bersandar di kursi penumpang. Sarah menutup mulut nya dengan kedua tangan nya, dan ia menangis. Angelica menoleh dan menatap tajam ke arah Joey. Joey yang merasa di tatap oleh Angelica, ia segera meminggirkan mobil nya dan berhenti di pinggir jalan. Lalu ia mematikan mesin mobil nya, dan pandangan nya melihat ke arah Angelica yang masih manatap tajam padanya, air mata nya perlahan keluar. Joey mengangkat alis sebelah nya. "Sudah menatap nya?" "Apa ini semua rencanamu?" tanya Angelica dengan badan nya yang bergetar, ia menahan untuk tidak menangis. Joey menggeleng-gelengkan kepala nya. "Bukan, ini bukan rencanaku. Bukankah kamu sudah melihatnya barusan kan?" "Kenapa kamu bisa merekam video ini?" tanya Angelica yang masih menahan untuk tidak menangis. Joey bersandar di kursi kemudi nya, dengan santai mengangkat tangan sambil nyender dan tenang ia menjawab. "Aku tadi siang berencana d
Mereka membawa kopernya. Joey sampai terbelalak saat melihat Sarah membawa koper besar. "Apa yang kamu bawa?" tanya Joey mengerut dahinya. "Tentu saja semua pakaianku, dan peralatan make up-ku." jawab Sarah enteng. Joey tersenyum. "Lagi-lagi kalau tau begini, aku akan menarik rambutmu dan menyeretmu ke tengah jalan, dan menggilingmu dengan mobilku." Sarah melotot, entah nyali mana ia dapatkan untuk melawan Joey. "Heh culun, kamu harus ganti rugi. Mana mobil mahalku langsung di tinggal begitu saja di tengah jalan tadi." Joey langsung mencekik leher Sarah, lalu ia tersenyum miring. "Bisakah kamu tidak banyak bicara? Aku membantumu bersembunyi dari orang-orang mafia itu, karena perbuatan Angelica." Angelica yang sedang menenangkan Joey, ia menoleh ke arah laki-laki itu. "Karenaku?" Joey menelan ludahnya, ia melepaskan leher Sarah. Entah kenapa mulutnya asal bicara. Lalu ia menemukan alasan yang tepat. "Bukankah kita berteman saat keci
"Cuma satu kamar?" tanya Angelica. "Aku memesan dua kamar, satu kamar untukmu dan satu kamar untuk kalian bertiga." jawab Angelica. "Enak sekali satu kamar untukmu sendiri, sedangkan kita satu kamar bertiga." kata Angelica tidak terima, karena ia juga ingin mendapat kamar sendiri. "Sudah terima saja, kalau kamu tidak mau, kamu bisa satu kamar denganku." kata Joey sambil tersenyum menyeringai. "Tidak akan!" ucap Angelica dan berlalu meninggalkan Joey. Nita dan Sarah yang dari tadi diam memperhatikan percakapan Joey dan Angelica. Kini mereka segera menyusul Angelica yang pergi menuju lift. Setelah melihat pintu lift yang dinaiki oleh ketiga gadis itu tertutup, Joey segera pergi meninggal tempat itu. Ia kembali menuju ke parkiran mobilnya, lalu Ia masuk ke dalam mobil. Joey menyalakan mesin mobilnya, dan ia segera memakai kedua sarung tangannya. "Saatnya bermain." Mobil yang dikemudikan Joey telah meninggalkan hotel. Ia kali ini akan pergi k