Di area tempat Morgan tinggal, di luar gerbang dan di dalam gerbang, tentara-tentara berjalan dengan waspada. Masing-masing dari mereka memegang senapan otomatis.Daniel yang berjaga di gerbang sudah tumbang; dibikin pingsan dan diikat tangan dan kakinya, serta disumpal mulutnya.Imran, yang juga sempat memberikan perlawanan seperti halnya Daniel, nasibnya lebih parah. Kini tubuhnya mengapung di kolam. Darah dari tubuhnya membuat air kolam menjadi merah.Satu orang tentara, yang tampaknya pemimpin pasukan ini, memberi isyarat dengan gerakan tangan.Langsung saja tentara-tentara lain bergerak, sebagian ke sisi kiri rumah dan sebagian ke sisi kanan rumah.Si tentara yang memberikan instruksi sendiri, bersama beberapa orang tentara, menaiki anak-anak tangga ke beranda.Mereka punya misi istimewa: menghabisi target berbahaya bernama Morgan.Tentara-tentara ini sudah melancarkan serangan sejak lima belas menit sebelumnya.Sengaja mereka memulai serangan saat matahari mulai naik; mereka men
Masih dengan mata terpejam, Morgan membawa si pemimpin pasukan ke lantai dua.Dia diuntungkan sebab dia mengenal dengan baik medan pertempuran. Namun, dia kesal. Tak semestinya rumah mewahnya ini dijadikan medan pertempuran.Tentara-tentara itu mulai masuk dan melepaskan tembakan ke lantai dua.Mereka adalah tentara-tentara yang tadi dilewatkan Morgan. Morgan sendiri berhasil menghindar. Baru saja dia memasuki kamarnya dan langsung menguncinya.Setelah berada di kamarnya, dia akhirnya membuka mata.Si pemimpin pasukan kondisinya kacau; mukanya penuh luka di sana-sini; tangannya terkulai lemas dan mulutnya meneteskan liur bercampur darah.Morgan menjatuhkan pria itu ke lantai di dekat jendela. Dia sendiri membuka laci nakas dan mengambil pistolnya. Dia buka juga laci lemari pakaian dan mengambil pistol lainnya di sana.Dor!“Argh!!”Morgan menembak paha kanan si pemimpin pasukan.“Dengan begini kau tak akan bisa ke mana-mana. Tapi kau juga belum akan mati. Kau belum boleh mati,” kata M
Di dalam mobil, ditemani Coki yang duduk di kursi kemudi, Bong Bong menyaksikan keributan di area rumah sakit itu sambil mengisap cerutu.Jendela di sampingnya dia biarkan terbuka. Asap cerutu itu dia kepulkan ke situ.Siapa pun yang melihat keributan di area rumah sakit itu akan berpikir bahwa itu pertarungan yang tak seimbang.Yang diserang hanya satu orang, sedangkan yang menyerang dua puluhan orang.Fakta bahwa yang diserang itu tak memegang senjata sedangkan mereka yang menyerang ramai-ramai mengangkat senjata mereka tinggi-tinggi menambah ketimpangan kekuatan yang ada.Namun, pada kenyataannya, keadaannya justru sebaliknya.Satu orang terlempar ke atas, diikuti dua orang lain, dan dua orang lagi setelahnya.Bong Bong yang sedang mengisap cerutu itu mematung sesaat, memfokuskan pengelihatannya, memastikan kalau apa yang dilihatnya itu memang benar-benar terjadi.Lima orang yang barusan terlempar itu jelas-jelas anak buahnya. Dia lantas bertanya-tanya apakah yang membuat mereka te
Seragam yang dipakai tentara-tentara itu sama dengan yang dipakai tentara-tentara yang menyerang rumahnya. Morgan pun yakin kalau yang mengirim mereka adalah orang yang sama. Itu artinya, orang-orang yang baru saja mengeroyoknya itu pun kemungkinan dikirim oleh orang yang sama. Tapi satu pertanyaan mencuat di benak Morgan: kenapa orang itu masih berani mengusiknya padahal dia telah memberikan peringatan yang jelas?"Morgan, ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?"Morgan menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Gaby berjalan ke arahnya. Bong Bong dan Coki pun menoleh ke arah yang sama. Pupil mata Bong Bong membesar. "Gaby, kenapa kau ke sini?" protes Morgan. "Tadi aku melihat keributan yang terjadi dan aku langsung menelepon polisi. Dengan datangnya mereka, kukira masalah akan selesai. Ternyata..."Sekarang jelas sudah. Rupanya Gaby yang meminta polisi-polisi ini datang. Apakah dia juga menghubungi Kris? "Kau masuklah lagi. Ini biar aku yang atasi," kata Morgan. Gaby berhe
Bong Bong terlempar dan ambruk. Darah muncrat dari mulutnya yang terbuka lebar.Tentara-tentara itu dikagetkan oleh apa yang terjadi. Refleks mereka bersiap menarik pelatuk, namun batal sebab bunyi gaduh dari belakang menarik perhatian mereka.Saat ini, mobil-mobil lapis baja tiba dalam jumlah yang lebih banyak. Tentara-tentara yang keluar dari mobil-mobil itu pun jumlahnya lebih banyak.Mereka, tak lain dan tak bukan, adalah tentara-tentara yang dikirim Kris.Bingung dengan situasi yang berubah tiba-tiba, tentara-tentara kiriman Bertrand itu celingak-celinguk seperti sekumpulan monyet.Mereka tak mungkin melepaskan tembakan. Sekali saja salah satu dari mereka melepaskan tembakan, itu akan dianggap provokasi, dan adu tembak mengerikan pun akan terjadi.Dan sudah pasti mereka akan kalah. Selain jumlah tentara yang baru saja tiba dan kini mengepuh mereka itu lebih banyak, ada juga tiga unit helikopter penyerang yang bisa menembaki mereka kapan saja.Pilihan terbaik, dalam situasi sepert
Morgan telah meminta Kris untuk memperketat penjagaan di Rumah Sakit P. Dia juga telah berkomunikasi dengan Vivi untuk turut menyertakan beberapa tentara berbaju sipil untuk menjaga istrinya. Vivi setuju-setuju saja. Tak ada penolakan darinya. Adapun insiden di depan rumah sakit tadi sudah diatasi oleh polisi. Semuanya beres. Kini Morgan berasa di rumah. Anak-anak buahnya Kris sudah mengurus tentara- tentara musuh yang dihabisi Morgan itu. Mereka sudah tak lagi ada di sana. Namun, kondisi rumah masih berantakan. Sangat tidak layak untuk dihuni. Morgan menaiki anak-anak tangga ke lantai dua. Dia geleng-geleng kepala melihat berapa kacaunya ruang tamu. Seperti kapal pecah saja. Di lantai dua, keadaan tak jauh berbeda. Bekas tembakan di sana-sini. Pintu kamarnya tak lagi terpasang. Morgan memasuki kamarnya, mengambil baju ganti dari lemari. Dia bermaksud mandi. Tadi saat meluncur ke rumah sakit dia tak sempat mandi. Sama sekali tak terpikir untuk mandi. Di kamar mandi, Morgan
Berkat manuver dadakannya itu, Morgan berhasil menghindari tembakan si drone.Ledakan yang diakibatnya tembakan itu lumayan menggemparkan. Ruas jalan dipenuhi api dan lalu-lintas seketika terganggu.Morgan sendiri, saat ini, melajukan mobilnya ke arah yang berlawanan, membunyikan klakson berkali-kali, memaksa mobil-mobil di depannya menyingkir.Dia tak sempat mengecek apakah Donald baik-baik saja. Tapi dia berharap, Donald cukup cerdik untuk menyadari apa yang terjadi.Morgan terus melewati mobil demi mobil yang bergerak ke arah yang berlawanan dengannya.Dibutuhkan keahlian mengemudi level dewa untuk bisa keluar dari situasi seperti itu, dan pada akhirnya Morgan berhasil.Kini dia berbelok dan melaju ke arah normal, dan langsung mengganti gigi serta menginjak pedal gas kuat-kuat.Sesekali dia melirik ke atas, mengecek keberadaan si drone.Sayangnya sulit bagi dia untuk melihat si drone. Namun, dia yakin, drone itu masih mengikutinya dan mengintainya.Morgan pun mengambil ponselnya da
Morgan dikejutkan dengan kemunculan si bus yang melaju kencang itu.Inilah momen di mana keahlian mengemudinya lagi-lagi diuji, apakah dia bisa mengeluarkan dirinya dari situasi kritis ini atau justru malah menjerembabkan dirinya ke dalam situasi yang lebih buruk.Dengan cepat dia mengganti giginya. Dengan sekuat tenaga dia banting setir untuk menghindari tabrakan dengan si bus yang ugal-ugalan itu.Srriiiiiing!!!Bunyi menyakitkan itu disebabkan oleh gesekan antara mobil Morgan dengan si bus.Tapi untunglah, di luar itu, tak ada hal buruk lainnya yang terjadi.Morgan berhasil menyelamatkan dirinya. Untuk kesekian kalinya keahlian mengemudinya itu membuat dia terbebas dari bahaya.Kini Morgan menghela napas. Benar-benar menghela napas.Dia telah memastikan situasinya saat ini. Tak ada lagi ancaman dari si drone. Tak ada lagi hal yang perlu dia khawatirkan.Sisi kiri mobilnya memang rusak dan catnya terkelupas, tapi itu bisa diatasinya nanti.Sekarang, yang penting mobilnya masih bisa