Morgan menepikan mobilnya dan mematikan lampu.Saat ini dia berada di sebuah kawasan elite yang terkenal dihuni oleh tokoh-tokoh ternama, baik itu dari kalangan artis, penguasah, politisi, hingga pejabat negara.Dia tinggal berjarak 700-an meter saja dari mansion yang tengah ditempati Matthew dalam beberapa bulan terakhir.Morgan membuka lagi dokumen laporan yang dikirimkan oleh Kris padanya tadi.Kembali dia baca-baca dokumen itu, memastikan tak ada info penting tentang Matthew yang dia lewatkan.Mengingat orang yang akan dia hadapi ini adalah mata-mata profesional dengan pengalaman lebih dari dua puluh tahun dan telah ditugaskan di berbagai negara, sudah semestinya dia berhati-hati.Berdasarkan laporan yang dikirim Kris itu, mansion yang ditinggali Matthew dijaga ketat selama 24 jam oleh tentara-tentara bersenjata lengkap, dan mereka diberi kewenanan khusus oleh Bernard untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan Matthew aman.Morgan tidak tahu apakah tentara-tentara ya
"Apa itu? Cepat periksa!" teriak si Codet. Bunyi ledakan keras itu membuat perhatian tentara-tentara itu sejenak teralihkan. Morgan memanfaatkan momen ini untuk bangkit dan menghajar mereka. Buk! Buk! Buk! Buk! Gerakan cepatnya mengagetkan tentara-tentara itu. Beberapa belas detik yang lalu, Morgan tampak tak berdaya dengan tangan terborgol. Saat ini, tiba-tiba saja dia dalam posisi berdiri dan beberapa tentara terjengkang atau tersungkur karena tendangannya. Morgan masih sangat berbahaya meski kedua tangannya masih terborgol. Ini benar-benar di luar perkiraan tentara-tentara itu. "Apa yang kalian tunggu? Habisi orang ini!!" bentak si Codet. Tentara-tentara yang masih berdiri itu pun mengeroyok Morgan, menyerangnya dari berbagai arah. Namun apa yang terjadi? Dengan mudahnya, Morgan menangkis serangan-serangan mereka dan malah balik menyerang, membuat tentara-tentara itu terkapar. Dang! Dang! Dang! Dang! Morgan menendang lagi tentara-tentara itu di kepala mereka, membuat mer
"Mati kau, Keparat!!!" Dor! Dor! Dor! Dor! Si Codet melepaskan beberapa tembakan beruntun ke arah Morgan tadi berdiri. Tentu dia tak bisa melihat Morgan sebab dia tak mengenakan alat bantu apa pun. Ruangan benar-benar gelap. Pintu garasi telah tertutup rapat dan pendaran cahaya lampu dari pintu ruang bawah tanah tak cukup terang untuk membantunya melihat apa pun. Lantas, apakah tembakan-tembakannya itu mengenai Morgan? Tidak. Tak ada satu pun yang kena. Morgan tahu si Codet akan menembaknya, sehingga dia telah mengantisipasinya lebih dulu. Dia berpindah posisi, dengan cepat. Berbeda dengan si Codet, dia bisa melihat dengan cukup baik apa-apa yang ada di ruangan gelap itu. Itu karena dia baru saja mengerahkan energi murninya dan memfokuskannya ke matanya. Tak ingin si Codet mengetahui posisinya, Morgan bergerak dengan hati-hati. Matanya terarah terus pada si Codet. Si Codet sendiri begitu tegang. Dia tahu tembakan-tembakan beruntunnya tadi tak mengenai sasaran, soalnya dia
Morgan bergerak dengan sangat cepat sehingga dia bisa menghindari serangan brutal si monster.Lantai lorong yang semula dipijak Morgan hancur. Debu-debu beterbangan di udara, menghalangi pandangan si monster.Sebentar kemudian, si monster menyadari keberadaan Morgan, dan dia menoleh ke kanan, ke arah pukul dua.Di situ, Morgan perlahan menegakkan punggungnya.Tubuhnya terlihat lebih besar. Aura berwarna hitam pekat keluar dari tubuhnya, menyelimuti tubuhnya itu seperti kobaran api."Graaaaaoooooo!!!!"Si monster kembali meraung kencang. Angin seketika berembus kencang menerpa tubuh Morgan.Morgan bergeming di tempatnya. Matanya fokus terarah pada si monster.Kemudian dia mengubah kuda-kudanya, mengepalkan kedua tangan dan bersiap menyerang.Melawan musuh sekuat ini, akan lebih baik baginya jika dia yang aktif menyerang."Ha!!!"Morgan pun berlari, melesat cepat ke depan.Boom!!!!Dia hantamkan tinjunya ke arah si monster. Si monster menahannya dengan menjadikan kedua tangannya perisai
Pukulan Morgan menghantam kedua tangan si monster yang disilangkan di depan mukanya. Saat itu juga, terdengar bunyi retakan yang mengiris dada, diikuti auman panjang dari si monster. "GRRRRAAAAOOOOOOOO!!!!!"Morgan memutar tubuhnya dengan cepat dan menendang si monster tepat di dadanya. Si monster terpelanting jauh. Ambruk. Dan dia tak lekas berdiri lagi seperti tadi. Kedua tangannya hancur. "GRRRAAAOOOOO!!!!!"Si monster kembali mengaum panjang. Tapi aumannya kali ini berbeda dengan yang tadi-tadi. Kali ini, bukan kemarahan yang terasa dominan di auman itu, melainkan kesedihan dan keputusasaan. Mendapati si monster tak juga bangun meski telah beberapa detik berlalu, Morgan membatalkan kuda-kudanya. Masih dengan kedua tangan memancarkan cahaya kuning kemerah-merahan itu, dia berjalan ke arah si monster. Setelah dia cukup dekat dengan si monster, si monster menatapnya. Awalnya Morgan mengira ini perasaannya saja, tapi rupanya si monster memang menangis; sepasang matanya basah
“Kau! Bagaimana bisa?”Matthew terbelalak. Dagunya seperti akan jatuh.Dia yakin betul kelima peluru tadi bersarang di tubuh Morgan. Lantas, bagaimana bisa Morgan masih bisa berdiri?Bahkan tanpa kelima peluru itu saja, Morgan mestinya sudah lumpuh gara-gara racun yang menyebar di tubuhnya.Dan pertanyaannya itu terjawab saat Matthew menemukan sesuatu yang janggal di tubuh Morgan.Kelima peluru itu memang bersarang di tubuh Morgan, tapi entah kenapa, kini mereka berlima keluar, seperti ada sesuatu yang mendorongnya dari dalam.Peluru-peluru itu pun jatuh ke lantai. Tubuh Morgan sendiri, tepatnya titik-titik di mana peluru itu tadi bersarang, dengan cepat pulih. Tak ada lagi luka atau apa pun.‘Apa maksudnya ini? Apa dia monster?’ pikir Matthew, masih terbelalak.Saat dia menatap wajah Morgan lagi, didapatinya Morgan menyeringai dan menerjangnya.Gerakan Morgan terlalu cepat untuk dia antisipasi. Belum juga dia mengangkat tangannya, Morgan sudah menonjoknya, tepat di muka.Brughhh!Mat
“Siapa ini? Apa yang terjadi pada Matthew?”Bernard menanyakannya dengan nada tinggi. Matanya membulat.[Kau tahu siapa aku, Bernard. Dan sekali lagi kuingatkan: bersiap-siaplah. Selanjutnya kaulah orang yang akan kuburu dan kuhukum.]Tuuut…. tuuut… tuuut…Panggilan diakhiri begitu saja oleh si penelepon.Bernard tahu, orang yang bicara padanya barusan itu adalah Morgan.Pertanyaannya kemudian: apa yang terjadi pada Matthew?Fakta bahwa Morgan meneleponnya dengan menggunakan nomor Matthew menunjukkan kalau saat ini Morgan berada di dekat Matthew, atau dia baru saja mengambil ponselnya Matthew.Matthew tak mungkin meminjamkan ponselnya pada Morgan. Itu artinya, situasi Matthew sedang tidak baik-baik saja. Bernard khawatir Morgan telah menghabisinya.Disamping hubungan pertemanan yang cukup dekat akibat menjalin kerja sama bertahun-tahun dengan Matthew, Bernard melihat Matthew sebagai sosok krusial yang perannya sangat signifikan dalam rencana kudeta mereka.Tanpa Matthew, kudeta itu ta
Sebuah drone terbang di langit malam Kota HK, di atas sebuah hotel 12 lantai.Sesekali lampu kecil di bawahnya berkedip-kedip. Dalam setiap kali lampu itu berkedip, sebuah gambar terambil dan terkirim ke pusat pengendali.Drone itu dikendalikan oleh sebuah unit pasukan yang beroperasi tak jauh dari hotel. Mereka adalah tentara-tentara yang dikirim oleh Kris untuk sebuah misi khusu yang sangat rahasia.Setelah foto-foto itu sampai di pusat pengendali, segera mereka diolah dan dikirim ke Morgan.Morgan menerimanya lewat ponselnya. Dengan cara itulah dia memantau gerak-gerik Bernard.Selain gerak-gerik Bernard, Morgan juga memantau apa-apa yang dikatakan Bernard.Drone itu telah menembakkan sesuatu sejak sekitar satu jam yang lalu ke kamar hotel yang ditempati Bernard itu.Sesuatu itu bukan peluru, melainkan alat perekam kecil yang menempel di kusen jendela kamar.Teknologi canggih memungkinkan peluru itu berubah warna sesuai tempat dia menempel, sehingga mustahil bagi Bernard untuk meny