Seperti biasa, kisah Lyra Bell akan menemani kalian setiap pukul 7pm-10pm. Kalau lebih dari itu belum update, berarti V sedang libur :))
Sebelum berangkat secara mendadak, Lyra sudah akan meminta pelayan mengambil setidaknya beberapa pakaian ganti. Tetapi, para pengawal Asher dengan tegas melarang Lyra dan John membawa apa pun.‘Tuan Asher bisa membunuh kami jika kami melanggar perintahnya,’ kata salah seorang pengawal sebelumnya.Lyra terpaksa menyetujui perjalanan bulan madu dadakan tersebut. Namun, kini dia teramat kecewa karena tidak bersikeras seperti biasa, untuk setidaknya membawa baju ganti.“Bagaimana ini? Apa kau yakin, tidak ada pakaian yang bisa aku gunakan sehari-hari? Tidak bisakah kau menyuruh pengawal untuk membukakan jalan untuk kita?” keluh Lyra lemas.“Gunakan saja pakaian seadanya. Lagi pula, besok pagi mereka akan membawakan baju ganti yang baru,” jawab John acuh tak acuh.Saat ini, Lyra dan John sedang berada di tepi pantai pribadi milik Asher Smith. Hanya ada satu rumah sederhana di dekat pantai itu yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama … entah berapa hari ….Lyra dan John tak diberi tahu
“Kenapa kau marah-marah?” John berdecak sebal sambil melangkah santai untuk mengambil celana pendek pemberian Asher.Pria itu tersenyum samar ketika melihat celana hitam di tangannya. Bagi John, meski hanya celana pendek untuk tidur, tetapi benda itu merupakan hadiah dari Asher dan begitu berharga baginya. John bahagia ketika memakainya.“Apa kau tidak punya malu?!” bentak Lyra sambil melirik tubuh bawah John sekilas.John mengangkat sebelah alis, lalu melihat ke bawah selagi Lyra mengentakkan kaki ketika menuju kamar mandi. Dia tak tahu kenapa Lyra tampak marah melihat handuk yang membelit di pinggangnya.“Wanita aneh,” gumam John Foster tak begitu peduli, lalu memakai celana istimewa tersebut.Di lain sisi, Lyra masih menyandarkan punggung di pintu. Dia mengurut dadanya yang hampir meledak karena melihat sesuatu yang membuatnya terkejut setengah mati.Handuk yang John kenakan sangat mini. Bahkan, hanya menutup sebagian kecil area pribadi pria itu. Lyra menyadari ada sesuatu di balikn
Di pertengahan malam, hanya terdengar gemuruh ombak dari kejauhan, serta embusan napas John Foster yang begitu tenang. Satu menit setelah mengatakan tidak ingin membuat istrinya mati membeku, John yang lelah dengan kesibukan hari ini langsung tertidur pulas. Wajah John begitu damai dan nyaman memeluk guling bernyawa itu. Dengkuran halus pun mulai terdengar sehingga si guling bernyawa tak bisa lagi membujuk John agar mau melepaskan dirinya. “Tangan dan kakimu berat, John,” rintih Lyra berusaha mengurai selimut yang membelit di tubuhnya. Akhirnya, salah satu tangan Lyra bisa keluar dari selimut. Dia lantas menyingkirkan tangan John yang melingkar di bagian lengan hingga depan dadanya. Namun, tangan John tetap kembali ke tempat semula. Sepertinya, John sungguh kedinginan hingga tak bisa melepaskan tubuh hangat sang istri. “John … kau benar-benar menyebalkan! Aku tidak bisa bergerak dengan leluasa!” Lyra yang sebelumnya kedinginan itu, kini sedikit berkeringat. Dia terus-menerus men
‘Rencana apa yang tidak boleh aku ketahui?’ Jantung Lyra berdebar sangat kencang dan seolah akan meledak karena rasa penasaran. Dia yang berdiri di belakang punggung tempat John duduk, segera mencari tempat persembunyian agar John tak tahu kehadirannya. Di samping tikungan luar rumah, Lyra menempelkan punggungnya di tembok. Dia memasang kedua telinga untuk mendengar kelanjutan percakapan John melalui telepon dengan seseorang yang mencurigakan. Sayang, John hanya tertawa kecil, lalu mematikan telepon. Meski terdengar seperti tawa bahagia, tetapi bulu kuduk di sekujur tubuh Lyra meremang. ‘Mungkinkah John menginginkan sesuatu dariku dan belum mengatakan semua di dalam surat perjanjian?’ Lyra bahkan telah mengetahui ambisi besar seorang John Foster. Tetapi, jika masih ada satu hal yang John sembunyikan darinya, bukankah hal tersebut akan sangat berbahaya? ‘Bagaimana kalau bukan hanya perusahaan Foster yang dia inginkan, melainkan juga perusahaan keluargaku?’ Walaupun John Foster te
“Apa?” Mulut John sedikit terbuka. Menandakan pria itu sedang tercengang oleh ajakan Lyra. “Kau yakin?”Lyra langsung mengangguk mantap. Seketika, rona kemerahan menjalar dari pipi hingga telinga John Foster.John menoleh ke arah lain untuk menghindari tatapan Lyra. “Aku lebih merekomendasikan ritual di rumah ini saja,” ujarnya dengan nada yang tak biasa dan terkesan malu.Namun, Lyra justru semakin mendesak John. Lyra menarik John agar mau mengikuti dirinya ke tepi pantai yang dimaksudkan si pelayan.Benar kata pelayan itu, para pengawal yang biasanya selalu berjaga di area tertentu tidak ada. Kamera pengawas yang terletak di dekat rumah pun tak menyala.Lyra pikir, di pantai itu akan lebih aman untuk mendekati John Foster. Tak mungkin John akan menyerangnya secara tiba-tiba di tempat terbuka.‘Kami hanya akan bermain air dan aku akan membuat John membuka hatinya untukku selagi kami bersenang-senang!’ tekad Lyra dalam hati. ‘Lag
“Kita sudah melakukan ritual itu sejak tadi!” Lyra tak menurunkan nada bicaranya.Matahari yang berada di balik punggung John, membuat Lyra tak bisa melihat wajahnya yang gelap. Lyra tak dapat mengamati perubahan ekspresi sang suami dengan jelas.“Tidak, kita belum melakukannya.” Suara John menjadi lebih rendah. Wajahnya pun kian mendekat selagi menangkap belakang kepala Lyra. “Apa kau mau pura-pura tidak tahu tentang ritual yang dikatakan pelayan tadi?”‘Mana mungkin Tuan Asher dan istrinya melakukan itu di pantai, bukan?’ Lyra masih tak percaya bila kedua pasangan itu memang sering bercinta di pantai.Lyra tak dapat memberi balasan apa pun. Dia tahu maksud John, tetapi bukan berarti mereka harus melakukan hal yang sama seperti Asher dan Laura.Mendadak, debaran hangat itu kembali Lyra rasakan tatkala jemari John menyelipkan rambutnya yang kusut ke belakang daun telinga. Setiap gerakan John begitu halus sehingga mengusik ketenangan hati Lyra.Lyra yang tadinya ingin merayu John untuk
‘Jadi, alasan John tidak pernah tergoda oleh rayuanku karena dia sudah memiliki wanita lain di hatinya? Apa dia membohongiku dengan mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah mengkhianatiku selama kontrak belum berakhir?’ Padahal, ketentuan itu sudah tertulis di kontrak mereka. Lyra menggeleng, lalu menepuk kasar kedua pipi untuk menyadarkan diri. Membuat para pelayan terkejut oleh perbuatannya. “Nyonya ….” Para pelayan tampak khawatir dan iba menatap Lyra. Tidak! Bukan masalah wanita lain di sekitar John Foster yang utama memancing amarah Lyra. Ada satu hal yang lebih menyinggung wanita itu. John tidak mengatakan apa pun pada Lyra jika semalam merupakan hari terakhir mereka menghabiskan waktu berdua. Kemarahan Lyra memuncak karena John seolah tak menganggap dirinya penting. Biar bagaimanapun, Lyra merupakan partner John Foster, setidaknya selama satu tahun ke depan. Lyra tak terima diperlakukan seperti tak dianggap ada. Lyra juga menjadi sangat malu di depan para pelayan. Bahka
“Kau tidur pulas dan sepertinya tidak ingin diganggu. Papa Thomas menelepon dan ingin mendengar tentang kerja sama dengan Smith Group, sebab tidak ada satu orang pun di perusahaanmu yang tahu dengan pasti mengenai isi kerja sama itu, kecuali kau dan aku.” Alasan masuk akal pun, agaknya tak bisa meluruhkan amarah Lyra. Apa saja yang John ucapkan seperti kebohongan baginya.“Kau bisa mengatakan padaku semalam. Kenapa tidak memberi tahuku? Apa kau tidak memikirkan jika aku mungkin akan malu di depan para pekerja Tuan Asher karena kau meninggalkanku tanpa memberi tahu lebih dulu?!”John menghela napas pelan, seolah-olah pria itu sedang mengumpulkan kesabaran. Lyra menjadi kian marah karena John seperti tak terima oleh rengekannya.Namun, Lyra menyanggah dalam hati bahwa dirinya sedang merengek. Dia hanya menuntut penjelasan John agar membuat hatinya sedikit lebih tenang.“Papa Thomas menelepon kita dini hari tadi. Papamu memang tidak berniat menyuruhku pulang. Tetapi, kupikir lebih baik d
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t