Mungkin, Lyra tanpa sadar sudah jatuh cinta pada ketampanan John Foster.
Lyra langsung menarik jemarinya menjauh serta mengalihkan pandangan ke arah lain. Pipinya bersemu merah karena tindakan impulsif dan tidak diduganya.“Tidak! Gendong aku sampai rumah! Kakiku sakit dan tidak bisa berjalan dengan benar!”‘Aku mau digendong olehmu karena sengaja ingin merayumu, John Foster! Aku akan meluluhkanmu perlahan. Bukan karena aku menyukaimu atau mengagumi wajah tampanmu. Lagi pula, kakiku benar-benar sakit,’ lanjut Lyra dalam hati.Lyra mengangguk pelan sambil tersenyum kecil. Dia terus meyakinkan diri bahwa tak ada sedikit pun ketertarikan yang dia miliki untuk sang suami.Akan tetapi, ketika mendengar pujian dari beberapa karyawan yang melihat mereka berjalan ke luar gedung perusahaan, Lyra menjadi bangga pada sang suami.John memang sangat tampan dan tampak seperti suami idaman yang saat ini sedang perhatian dengan istrinya yang terluka. Lyra senang ketika mendengar sanjungan yang berasal dari bisik-bisik di sekitarnya.‘Seandainya Max yang ada di sini, dia mu
Lyra Bell merasakan punggungnya terasa kaku. Dia menggeliat sembari merenggangkan kedua tangan ke atas. Tangan kiri Lyra terantuk benda yang cukup keras hingga dirinya membuka mata sepenuhnya. Kelopak matanya langsung terbuka lebar hingga terlihat seolah bola matanya akan keluar. Lyra terkejut setengah mati melihat sang suami sedang menatap dari atas kepalanya. Dia pun mulai tersadar jika dirinya tertidur di dalam mobil dan tidur di paha sang suami. “John! Kenapa kau tidak membangunkan aku?!” pekik Lyra. Lyra sontak terbangun. Melihat ke luar kaca mobil, rupanya langit telah menggelap. “Astaga, John! Katanya kau mengundang papa dan mamaku untuk makan malam! Jam berapa sekarang?!” lanjut Lyra panik. John berdecak seperti sedang kesal. Namun, raut wajah pria itu tetap datar dan tak menunjukkan kemarahan. “Perempuan menyusahkan. Aku sudah membangunkanmu, tetapi kau tidak bangun-bangun.” “Sungguh?” Lyra tercengang tak percaya. Biasanya, dia akan langsung terbangun meski hanya mer
Kerutan di antara kedua mata John Foster menunjukkan ketidaksukaan pada pria yang berdiri di ambang pintu. Tampaknya, John tak menyangka kedatangan sang kakak yang begitu mendadak.Reaksi yang sama pun ditunjukkan oleh Lyra Bell. Dia sangat sebal melihat Max, apalagi pria itu langsung merusak suasana hangat yang sempat menenangkan dirinya setelah marah kepada John.Di lain pihak, Max Foster tersenyum riang melihat Lyra dan John bergantian, seakan-akan tak melihat sang tuan rumah dan istrinya enggan menyambut dirinya.“Ada apa ini? Kenapa kalian diam saja setelah melihatku?” Max ternganga seolah terkejut. “Jangan bilang, aku tidak boleh ada di sini sekarang?”Wajah yang tampak ceria itu, mendadak menjadi sendu. Lyra selalu memuji akting pria itu.Namun, berbeda dengan Thomas dan Beth yang tampak tak enak hati melihat si mantan menantu. Thomas lekas berdiri mendekati Max, lalu menepuk punggungnya seraya mendorong pria itu masuk ke dalam.“Astaga, Max! Bukan begitu. Kami sangat senang ole
“Terima kasih sudah meluangkan waktu memilih hadiah untukku dan istriku. Tapi, Max, dari mana kau tahu tempat ini?” John bersikap tenang dan tak terprovokasi oleh kata-kata mengharukan sang kakak.Selain itu, John Foster juga penasaran, dari mana Max bisa mengetahui kediaman pribadinya? Selain Lyra dan pasangan Bell, tak ada salah satu dari keluarga John yang mengetahui lokasi rumah tersebut.Para pengawal John juga tak melapor akan kedatangan Max. John yakin, Max menerobos penjagaan di rumahnya selagi dirinya menyuruh orang-orang untuk menjauh dari halaman depan.Ya. John meminta semua orang meninggalkan area depan rumah. Karena dia tak ingin ada gangguan selagi Lyra tidur di mobil tadi, serta untuk melancarkan misi rahasia.“Oh, aku sempat melihat Tuan dan Nyonya Bell keluar dari kediaman mereka ketika aku akan mampir berkunjung. Tadinya, aku hanya ingin mengikuti mereka untuk menitipkan hadiah untukmu apabila kau dan Lyra pulang ke rumah mereka. Ternyata, kau menyimpan rahasia lain
Wajah Lyra mengernyit tak suka. Dia tak mengharapkan pujian keluar dari mulut sang kakak ipar.“Apa katamu?!” geram John.Tampaknya ada yang lebih tak nyaman mendengar istrinya dipuji pria lain walaupun pujian itu berasal dari kakaknya sendiri. Entah John bersandiwara untuk menunjukkan kecemburuan di depan Max atau tidak, tetapi John terlihat benar-benar marah.Di lain sisi, Max seolah sadar dari lamunan. Dia menyesal telah mengatakan sesuatu di luar kehendaknya.“Tidak. Aku tidak bermaksud apa-apa, John. Aku hanya … Lyra memang cantik, bukan? Semua orang juga tahu itu. Bukan niatku sengaja menggoda istrimu.” Max gelagapan memberi alasan.Dalam hati, Max mengumpat karena mulutnya bisa mengucap sesuatu yang mengherankan. Namun, penyesalan itu segera hilang karena tujuannya memang untuk mendapatkan Lyra.“Aku akan menemani mertuamu,” pamit Max. Setidaknya, dirinya sudah memberikan kesan mendalam bagi Lyra, pikir Max. Semua wanita yang pernah menjadi miliknya selalu menyukai pujian spon
“Argh!” John mengerang selagi terpaksa menjauhkan bibirnya dari bibir sang istri. “Apa yang kau lakukan, Lyra Bell?! Kenapa kau menggigitku?!”John sungguh tampak terkejut. Dia memijat pelan bibir bawahnya selagi menatap Lyra tak percaya.Bagaimana mungkin Lyra tega menggigit bibirnya di saat dia hanya memberikan wanita itu kesenangan yang diinginkannya.“Kau seperti orang kesurupan yang tidak bisa dihentikan! Aku terpaksa menggigitmu!” seru Lyra dengan napas tersengal-sengal.Benar. Lyra terpaksa menggigit bibir bawah John agar pria itu tersadar. Dari cara John menatap dirinya, dari embusan napas yang terengah-engah, serta suara berat dan rendah ketika John sedang bicara, Lyra mengira bahwa sang suami sungguh menginginkan ciuman itu.Jika Lyra tak segera menghentikannya, John bisa saja meminta satu hal yang lebih dari sekedar ciuman. Di samping itu, Lyra lebih takut jika dia sendiri yang tak dapat berhenti ketika John menginginkan dirinya seutuhnya.“Apa katamu?” John tercengang bukan
“Aku memanggilmu dari tadi! Kenapa kau sangat lama?! Kupikir kau pingsan di kamar mandi!” Untuk menyembunyikan rasa malu, Lyra justru meninggikan suara dan menunjukkan kemarahan.Senyum singkat nan mencemooh yang terlihat dari mulut John membuat Lyra semakin kesal. Meski pada awalnya, Lyra tak benar-benar marah.“Aku tidak bohong!” bentak Lyra tak terima, merasa jika John tak memercayai ucapannya.John mengetatkan lilitan handuk di pinggangnya sambil menatap Lyra curiga. Kemudian, dia mendorong Lyra pelan ke samping pintu selagi mengeringkan rambut dengan handuk kecil.“Aku tidak mengatakan apa pun,” balas John santai.“Kau tadi tersenyum menghinaku dan seperti tidak percaya padaku!”John tersenyum miring selagi duduk santai di kursi dekat ranjang. Dia menaruh handuk yang dia gunakan untuk mengeringkan rambut di atas paha sambil menatap intens sang istri.“Lyra Bell, anak kecil pun tahu kalau kau tertarik padaku. Kau bisa memintaku mandi bersama. Tidak perlu diam-diam mengintipku.”“It
“Apa pun itu? Termasuk semua rahasia yang kau sembunyikan dari semua orang ataupun dariku?” Lyra ingin memastikan sang suami tidak akan mengingkari janji.John menjawab dengan tegas, “Apa pun yang kau inginkan, aku berjanji akan mengabulkan. Kau bisa memegang janjiku.”Meski tak begitu yakin bisa mengalahkan John, Lyra sangat ingin memenangkan pertaruhan tersebut. Rasa penasaran akan rahasia John yang pernah membicarakan dirinya dengan sebuah rencana semakin meluas dalam dada. Dia tak sabar untuk mengetahuinya.“Baiklah. Bagaimana aturannya? Apa yang akan kita lakukan untuk bertaruh?”John tiba-tiba menarik Lyra mendekat. Dalam sekejap, aroma sabun dan lembap dari pria itu memenuhi lubang hidung Lyra.Lyra memekik tertahan ketika dirinya kehilangan keseimbangan. Lebih terkejut lagi saat dirinya ternyata sudah duduk di atas pangkuan sang suami.“John!” pekik Lyra.Bukan marah, Lyra justru menunduk malu. Tetapi, dia segera berpaling ke samping karena melihat sesuatu milik suaminya yang t
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t