Di pagi hari yang cerah, Lyra membuka mata dan langsung melihat wajah suaminya yang tampak resah. John Foster menatap luar jendela dengan tangan terpaut di belakang badan sambil melamun.Mendengar suara Lyra menendang selimut, John sontak berbalik sambil tersenyum. Lyra hanya melihat siluet sang suami sehingga tak bisa melihat senyum sendu itu.“John? Kenapa kau terlihat murung?”Namun, Lyra merasa ada yang berbeda dari John ketika mendekat ke ranjang. Mata John agak sayu seperti kurang tidur, padahal Lyra menemani John hingga terlelap semalam.“Sungguh?” John mengusap wajahnya sambil duduk di tepi ranjang. “Apa mungkin kau yang sudah bosan dengan wajah ini?”Lyra mengerling, lalu menggeliat dan duduk di samping sang suami. “Mana mungkin aku bosan dengan wajah tampan ini!” Lalu mencubit hidung mancung John.“Wah, wah, dari mana istriku belajar merayu?” John terkekeh kecil.Walaupun tertawa begitu, Lyra masih merasa ada yang disembunyikan oleh John. Lyra lantas memeluk pinggang sang su
Lyra Bell sudah memikirkan dengan matang selama mandi. Dia tidak seharusnya membiarkan sang suami kesulitan bekerja, yang akan memperlambat proses penyembuhannya. Perusahaan yang John Foster kelola pun sesuai dengan jurusannya. Lyra merasa percaya diri jika dirinya sanggup membantu John meringankan pekerjaan. Selain itu, Lyra juga memiliki pengalaman selama bekerja di perusahaan keluarga. Pun, dia hanya perlu mengecek beberapa dokumen seperti yang selalu John lakukan, bukan? “Kenapa … kau tiba-tiba ingin bekerja … menggantikanku?” John tak menyembunyikan raut wajah terkejut. Lyra mengangkat sebelah alis keheranan. “Aku bukan ingin menggantikan posisimu. Kubilang, izinkan aku bekerja sementara di perusahaanmu. Artinya, aku akan berhenti setelah kau sembuh.” Lyra kemudian menjelaskan pendapatnya, serta alasan dirinya ingin bekerja di perusahaan John & Smith. Namun, setelah Lyra bicara panjang lebar, kening John justru semakin berkerut. “Bagaimana menurutmu? Apa kau keberatan jika a
‘Mama! Kau mengacaukan segalanya!’ jerit Lyra dalam hati.Di lain sisi, John Foster masih tercengang dengan pemberitahuan mama mertuanya. Sama seperti Thomas yang terkejut, tetapi kemudian tersenyum lebar setelah mengingat tanda di awal kehamilan Beth ketika mengandung Lyra.“Benar. Lyra mungkin sedang hamil. Dulu kau juga sering marah-marah tidak jelas saat sedang mengandung.” Thomas membenarkan sekaligus berharap jika ucapan istrinya benar.Beth mengangguk sambil membusungkan dada dengan bangga. Mereka akhirnya akan segera memiliki cucu yang lucu.“Sungguh? Apa kau benar-benar sedang mengandung … putriku?” John memutar badan menghadap Lyra. Berusaha memegang tangan Lyra. Namun, Lyra segera menepisnya.“Tidak, John. Mama hanya sembarangan bicara. Mana mungkin aku hamil di saat kita ….” Lyra melirik ke arah kedua orang tuanya. Ragu untuk melanjutkan pemikirannya.‘Mana mungkin aku hamil! Kami saja baru berhubungan badan belum lama ini!’ sambung Lyra dalam hati.Walaupun Lyra belum per
Manik John, Thomas, dan Beth berkilauan penuh harap. Namun, terlihat juga kegugupan yang tak bisa disembunyikan dari raut wajah mereka ketika menanti jawaban dokter.Dokter paruh baya itu menurunkan stetoskop, kemudian mengalungkan di lehernya. Dia belum menjawab pertanyaan Lyra dan malah memberikan benda kecil padanya.“Silakan menggunakan alat ini terlebih dulu agar hasilnya lebih akurat.”Dari raut wajah dokter tersebut, Lyra tahu jika jawabannya sudah sesuai perkiraan. Meskipun begitu, Lyra tetap menurut dan segera ke kamar mandi dengan membawa alat tes kehamilan.“Aku bantu, Sayang—”“Tidak usah. Apa kau mau melihat aku buang air?” Lyra berdecak sebal untuk menyembunyikan rasa takutnya melihat sang suami yang akan segera kecewa.Beberapa menit kemudian, Lyra keluar dari kamar mandi dan menyerahkan test pack itu kepada dokter. Suami dan orang tua Lyra pun ikut melihat hasilnya.Wajah-wajah yang tadinya bahagia, penuh harap, dan gugup itu, mendadak berubah sendu. Bibir mereka serem
Perasaan John yang kelabu oleh kekecewaan karena tak jadi memiliki seorang putri seakan mendapat semilir angin sejuk dan cahaya yang terus menyinari. Ucapan-ucapan Lyra yang menenangkan, membuat John sadar jika kebersamaan mereka tidak hanya terikat oleh adanya buah hati.“Kau benar. Aku terlalu terburu-buru,” kata John dengan tulus.Lyra tersenyum senang. John akhirnya kembali ceria seperti biasa setelah berhasil menenangkan diri.Sayang, kesenangan Lyra tak berlangsung lama … bukan … Lyra akan bersenang-senang, tetapi terlalu senang hingga muak oleh kebahagiaan ….“Sekarang, aku sudah tahu apa yang perlu kita lakukan. Mari kita pergi keliling dunia dan akan pulang hanya setelah kau mengandung.”Lyra Bell menjerit dalam hati sambil membayangkan diri sendiri mengacak-acak rambutnya. ‘Apa lagi yang kau inginkan, John Foster?! Kau membuatku gila!’***Satu bulan lagi, usia Lyra Bell menginjak dua puluh tujuh tahun. John Foster berulang tahun dua bulan setelah kelahiran Lyra, tapi dengan
Lyra berusaha bangkit. Tapi, kemudian dia tidur lagi karena punggungnya terasa remuk redam. Kedua kakinya pun gemetaran sehingga sulit bergerak.“Kau seperti robot yang tidak punya lelah! Meskipun begitu, kau juga seharusnya melihat kekuatanku yang tidak seberapa!”John kembali memutar badan untuk memeluk Lyra dengan penuh kasih sayang. Lyra tak bisa mengelak karena terlena aroma tubuh John setelah bercinta.“Itu karena kau selalu bilang tidak mau, tetapi tubuhmu bereaksi yang sebaliknya. Aku hanya menuruti keinginan terpendammu.”Lyra tak bisa menjawab. Ucapan John memang ada benarnya. Lyra memang suka mengeluh dan menggerutu hanya untuk mencari-cari alasan menutupi rasa malu.“Lagi pula, minggu depan aku sudah mulai bekerja di kantor. Kita tidak bisa seperti ini terus-menerus setelah aku kembali bekerja.”Lyra sontak menatap sang suami. “Siapa yang mengizinkanmu bekerja secepat ini? Bagaimana dengan kakimu?”John mencium wajah Lyra bertubi-tubi di setiap sisi. Kemudian, dia memamer
Kini, John menyadari mengapa Lyra sampai bersikeras ingin bekerja menggantikan dirinya untuk sementara. Rupanya, itulah salah satu yang membuat Lyra bahagia.John sontak merasa bersalah karena terus menjauhkan Lyra dari kebahagiaannya. Pendirian John yang sekuat baja itu pun bisa melunak demi kebahagiaan sang istri.“Baik. Kau boleh bekerja di kantorku. Aku akan menghubungi sekretarisku. Tapi, kau hanya boleh bekerja setengah hari saja.”Ternyata benar. Hanya dengan izin darinya, John melihat wajah cantik yang semakin cerah dan berseri-seri tersenyum kepadanya.“Terima kasih, Sayang!” seru Lyra sambil mendekap John. “Ugh … jangan keras-keras …,” erang John. “Ada satu lagi syaratnya.”Tawa Lyra menghilang. Manik kecokelatan Lyra menggantung dan bibirnya mengerut.“Apa lagi syaratnya? Haruskah aku ikut tes dan wawancara dulu, mengingat betapa besar perusahaanmu? Ayolah, John, aku juga punya banyak pengalaman kerja!”“Bukan itu ….”Karena Lyra melepas dirinya, John kembali menarik sang i
“Aku sudah tahu. Ada beberapa manajer John & Smith yang sebelumnya bekerja di perusahaan Parker. John sudah memberi tahu dan menyuruhku untuk mengawasi mereka. Sepertinya, John juga sudah mulai curiga. Karena itu, kita harus bergerak dengan cepat, tetapi juga harus tetap berhati-hati.”Dom mengangguk selagi mengikuti Lyra yang masuk ke perusahaan. “Nona Ivanna mungkin akan datang berkunjung ke sini. Dia juga masih ada di kota ini sampai waktu yang belum saya ketahui.”“Ini agak menyusahkan …. Seharusnya tidak ada yang tahu jika aku akan bekerja di sini.” Lyra berdecak sebal.Kedatangan Lyra Bell di John & Smith agaknya telah menjadi berita hangat sehingga mendapat sambutan yang tak biasa. Beberapa karyawan telah menanti di pintu depan dan menyapa Lyra dengan sopan.“Selamat datang, Nyonya Lyra.” Lyra tak mengharapkan sambutan seperti itu. Justru dia merasa tak nyaman karena dirinya hanya bekerja sebagai asisten pribadi dan seharusnya dirahasiakan.Namun, Lyra tetap tersenyum dan menja
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t