Share

Bab 2 Kepergian Tiara

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2023-02-16 11:57:15

Jam baru menunjukkan pukul empat pagi saat Saka sudah keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke dapur lalu membuka tudung saji. Tidak ada makanan sama sekali.

Cklek

Bu Jarmi baru keluar dari kamar mandi dengan wajah lega. “Kok nggak ada makanan Bu?”

“Lah, kamu malah nanya Ibu. Tiara kan yang tugasnya masak sarapan. Salah kamu sendiri tadi malam nyuruh Tiara tidur di luar. Jadi kabur kan anaknya.” Saka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga.

“Kalau gitu, Ibu tolong masakain Saka sarapan ya. Aku lagi nggak ada pegangan uang lagi makan di warung.” Bu Jarmi menggelengkan kepalanya.

“Suruh saja Sekar yang masak. Apa gunanya punya dua istri kalau yang satu nggak bisa masakin kamu sarapan.” Bu Jarmi kembali masuk ke dalam kamarnya. Saka mencuci wajah dan menggosok gigi lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.

Ia menepuk bahu Sekar agar bangun. Sekar menggeliatkan badan hingga kelopak matanya terbuka. “Ada apa sih mas? Sekarang masih terlalu pagi.”

“Tolong buatkan mas sarapan dek.” Wajah Sekar menjadi cemberut.

“Nggak mau. Buat aja sendiri. Lagipula salah kamu juga yang menyuruh Tiara tidur di luar. Harusnya kamu kurung di kamar mandi aja.” Sekar kembali menutup matanya. Saka menghela nafas sebal. Ia terpaksa memasak mie instan dengan telur yang tinggal satu.

Ia lalu mengambil kunci motor matic dan kembali menepuk bahu Sekar. “Ada apa lagi sih mas? Aku masih ngantuk.” Hardik Sekar marah.

“Aku cuma mau bilang. Suruh Dini periksa kelasnya Tiara. Terus kirim pesan ke aku.”

“Iya, iya. Udah sana berangkat.”

Saka lalu berangkat dengan menggunakan sepeda motor matic yang sudah ia beli sejak lama. Sebelum menikah dengan Mutia. Tidak lama kemudian, Saka memarkirkan motornya di depan pasar.

“Eh Saka. Cepat kesini.” Panggilan dari Yanto membuat Saka segera berlari.

“Tuh benerin motor yang di parkir sembarangan. Orangnya udah masuk ke dalam.”

“Iya sabar.” Saka lalu menata tujuh motor yang parkir tidak tentu arah. Setelah selesai memarkirkan motornya, Saka duduk di samping Yanto. Temannya yang menjaga wilayah parkir pasar di area timur.

“Minta rokoknya To.” Saka langsung mengambil rokok Yanto yang terletak di sebelah pemiliknya.

“Tumben lo minta. Biasanya lo nggak pernah kehabisan uang untuk beli rokok.” Saka menyemburkan asap rokok ke udara.

“Mutia belum kirim uang bulan ini karena anak majikannya lagi pergi ke Korea. Uang kiriman Mutia bulan lalu juga udah habis buat membayar biaya kuliah Ana. Terus sisanya buat bayar cicilan mobil.” Yanto tertawa geli.

“Teman lagi susah lo malah ketawa.” Saka mendengus sebal.

“Aneh aja Ka. Kayaknya cuma lo tukang parkir yang bisa renovasi rumah dan nyicil mobil.”

“Biarin aja, Uang dari bini gue.”

“Iya. Lo kan tukang morotin bini.” Saka hendak memukul kepala Yanto.

“Sialan lo.” Yanto berhasil menghindar karena ada pengunjung yang sudah keluar dengan membawa barang belanjanya.

Saka menghela nafasnya lalu menghubungi nomor Mutia. Jam segini Mutia sudah bangun untuk mengurus keperluan nenek yang di rawatnya. Tapi, sampai tiga kali panggilan, Mutia tidak tetap mengangkat telpon dari Saka.

“Mutia sialan.”

Sementara itu di klinik, Mutia baru saja bangun. Tubuhnya terasa pegal karena ia duduk di kursi. Matanya tertuju pada tangan Tiara yang terus menggenggam tangannya sejak tadi malam. Dengan hati-hati, Mutia melepaskan pegangan tangan Tiara. Ia mengecup dahi putrinya lalu beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Mutia mengambil wudhu lalu menggelar sajadahnya di sampir tempat tidur Tiara.

“Ibu.” Mutia beranjak bangun lalu kembali duduk di kursi samping tempat tidur Tiara. Mukena berwarna biru langit belum sempat di lepas Mutia.

“Iya sayang. Ibu di sini.” Tiara kembali menggenggam tangan Ibunya.

“Aku takut Bu.” Mutia mengusap kepala sang putri. Air mata sudah menggenang di puluk mata. Tapi, Mutia mencoba tegar. Ia menahan air matanya agar tidak jatuh.

“Tiara nggak perlu takut lagi. Ada Ibu di sini.”

“Ibu nggak akan pergi ke Jepang lagi kan?” Mutia menggelengkan kepalanya.

“Nggak sayang. Ibu akan membangun usaha di kampung kita agar bisa menemani kamu dan Uti.” Kening Tiara tampak berkerut bingung.

“Emang Ibu masih ada uang? Uang Ibu kan udah habis buat di kirim ke Bapak dan Lek Zaki.” Mutia menggelengkan kepalanya.

“Kamu tenang saja sayang. Ibu punya tabungan sendiri yang tidak Ibu kirimkan pada Bapak dan Lek Zaki.” Tiara menghela nafas lega.

“Syukurlah kalau Ibu punya tabungan. Nanti uang dari Bapak juga bisa Ibu pakai untuk tambahan modal.” Mutia menjadi bingung. Air mata sudah kembali mengalir di pipi Tiara, Mutia langsung mengusap air mata sang putri yang mengalir deras.

Mutia  naik ke atas tempat tidur lalu membawa Tiara dalam pelukannya. Tiara mengeluarkan semua sesak yang ia rasakan selama empat tahun terakhir. Sejak Bapaknya, Saka, menikah lagi dengan Sekar.

“Ibu nggak perlu uang dari Bapak kembali. Asalkan Tiara bisa selamat dari kekejaman keluarga Bapak. Itu sudah lebih dari cukup untuk Ibu.” Tangis Tiara perlahan reda karena usapan tangan sang Ibu di punggungnya.

“Tapi, aku yang nggak rela Bu. Karena itulah aku mencuri buku tabungan dan kartu ATM milik Bapak.” Mata Mutia membulat mendengar pengakuan sang putri.

“Apa itu penyebab Tiara di pukul sampai babak belur begini?” Tiara menganggukan kepalanya.

“Walaupun aku sering makan enak karena uang kiriman Ibu ke Lek Zaki, tapi tetap saja melihat Bapak menghambur-hamburkan uang hasil kerja keras Ibu membuatku sangat kesal. Apalagi untuk Tante Sekar dan Dini.” Mutia mendekap kepala Tiara ke dadanya.

“Terima kasih sudah peduli sama Ibu sayang. Setelah kita pulang ke rumah Uti, Tiara nggak perlu lagi capek kerja. Tiara juga nggak akan di pukul lagi. Urusan buku tabungan dan kartu ATM milik Bapak, serahkan pada Ibu.” Tangan Tiara semakin erat memeluk pinggang sang Ibu.

“Bapak itu pelit banget Bu. Uang sepuluh juta yang Ibu kirim cuma di tabung. Buat biaya sehari-hari pakai uang dari Bapak yang jadi tukang parkir dan Tante Sekara yang kerja di Koperasi. Setelah tabungannya dapat banyak, malah di pakai buat beli keperluannya Dini dan renovasi rumah Mbah Jarmi.” Mutia hanya bisa menahan kegeramannya dalam hati. Tangannya masih sibuk mengusap punggung sang putri.

“Aku nggak rela kalau mereka tinggal di rumah yang di renovasi dari hasil kerja keras Ibu. Aku juga nggak rela Tante Sekar pamer perhiasan emas dan tas bagus. Ibu harus mengambil semua barang itu.” Seru Tiara kesal. Mutia hanya bisa menghela nafasnya.

“Iya sayang. Besok biar Ibu sendiri yang ambil semua barang milik Tante Sekar dan Dini dari hasil uang kiriman Ibu ya. Tiara udah kuat bangun atau belum?” Tiara menganggukan kepalanya.

“Udah Bu.”

“Kalau begitu Tiara tayamum ya. Terus sholat subuh dulu biar tenang. Ibu udah bawab mukena baru untuk Tiara.”

“Beneran Bu?” Mutia menganggukan kepalanya. Tiara lalu mengambil tayamum dari debu di atas nakas. Mutia mengulurkan sebuah tas berisi mukena berwarna kuning. Warna kesukaan Tiara.

Sambil menunggu Tiara selesa sholat, Mutia mengambil Al Quran lalu membaca di bawah. Matahari perlahan naik saat perawat masuk ke ruang perawatan untuk memeriksan selang infus Tiara.

***

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Sinar matahari yang tepat berada di atas kepala membuat Saka terus mengusap peluhnya. Ia membawa pesan dari Dini jika Tiara hari ini tidak masuk sekolah.

“Ini uang parkir bagian lo Ka. Ayo kita pulang.” Saka mengantongi uang yang berjulah tiga ratus ribu itu.

“Ayo. Udah nggak ada motor parkir juga.” Pasar tempat Saka bekerja hanya sebagai tukang parkir buka selama dua hari pasaran Jawa. Saat hari sudah mulai siang, maka pasar sudah sepi. Penjual juga membereskan barang dagangan mereka.

Motor yang di naiki Saka menuju rumah Bu Surti, Ibu Mutia. Langkahnya berderap cepat hingga ia membuka pintu. “TIARA KELUAR KAMU DASAR ANAK SIALAN.”

“Apa maksud kamu mengatakan kalau Tiara anak sialan mas?” Saka jatuh terjengkang ke belakang.

“Mu, mutia. Kamu sudah pulang?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Ayo Mutia hajar suami sialan dan gak tau diri itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 3 Mutia, Saka dan Sekar

    “Mu, Mutia sayang. Kamu salah paham” Saka memegang tangan Mutia yang sudah berdiri di depannya. ‘Halus.’ Plkir Saka saat menyentuh tangan istri pertamanya itu.“Salah paham bagaimana mas? Jelas kamu tadi teriak kalau Tiara itu anak sialan.” Saka menundukan kepalanya lalu bangkit berdiri. Ia melirik pada Mutia yang sekarang sudah berubah. Kulit Mutia yang pada dasanya berwarna kuning langsat tampak sangat bersinar. Rambut hitam panjangya terlihat sangat halus. Dengan make up sederhana yang membuat wajah Mutia semakin cantik. Saka menalan salivanya lalu melirik pada Tiara yang duduk di kursi ruang tamu.“Tiara kabur dari rumah setelah mencuri hpnya Ana. Mas nggak bermaksud marah pada Tiara. Tapi, Tiara sudah terlanjur ketakutan.” Mutia menghempaskan tangan Saka hingga terlepas.“Aku nggak percaya. Buktinya Tiara sampai babak belur seperti itu.” Tunjuk Mutia ke arah putri mereka yang kini tengah sibuk dengam buku gambarnya.“Mungkin Tiara di pukul preman kampung karena pergi malam-malam

    Last Updated : 2023-02-16
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 4 Panggilan Sidang

    “Kalau kamu sudah ketemu sama Mutia di rumah Ibunya? Kenapa nggak kamu ajak sekalian kesini Saka? Bodoh banget sih jadi laki. Kamu kan suaminya. Mutia harus nurut sama kamu.” Ujar Bu Jarmi gemas mendengar penuturan putranya. Sudah gagal membawa Tiara pulang, Saka juga gagal mendapat uang dari Mutia.“Ini semua gara-gara Sekar yang tiba-tiba muncul di depan rumah Ibunya Mutia dengan mengendarai mobil kita.”“Jangan salahin aku terus mas. Kamu saja yang gagal membujuk istri TKI-mu itu.” Sekar yang sudah marah hendak beranjak masuk ke dalam kamar bersama Rasya.“Tunggu dulu Sekar. Mana gaji kamu? Isi kulkas sudah habis.” Bu Jarmi menadahkan tangannya pada Sekar. Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan wajah cemberut.“Nggak ada Bu. Aku sudah di pecat tanpa pesangon.” Mata Bu Jarmi melotot. Wanita paruh baya itu berdiri lalu berkacak pinggang.“Kenapa kamu bisa di pecat? Pasti kamu sudah berbuat salah ya?” Hardik Bu Jarmi keras hingga membuat Rasya kembali meanngis.“Sekar di pecat kare

    Last Updated : 2023-02-16
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 5 Pertengkaran

    “Apa kamu bilang Mutia? Cerai? Ibu nggak setuju.” Bu Jarmi merebut map berwarna coklat yang di bawa oleh Mutia lalu merobeknya. “Percuma Ibu robek surat itu. Karena sidang tetap akan berjalan.”“Mutia sayang. Tolong beri mas kesempatan untuk menebus kesalahan. Mas mengaku salah karena sudah memukul Tiara kemarin. Kamu pasti masih peduli sama keluarga kita. Buktinya kamu melakukan penggulingan kredit mobil.” Saka jongkok dengan memegang kaki Mutia.Wanita itu mendorong sang suami hingga terjatuh. “Nggak ada kata maaf untuk kamu mas. Kamu malah menikah lagi selama aku kerja jadi TKI.”“Eh Mutia. Suami nikah lagi itu wajar. Kamu jadi istri itu harus nurut apa kata suami. Jadi, relakan saja pernikahan kedua Saka lalu kembali ke rumah ini bersama Tiara.” Ujar Bu Jarmi untuk membela putranya. Mutia tertawa keras lalu beberapa detik kemudian senyum mengejek tersungging di bibirnya.“Aku nggak pernah menentang orang yang melakukan poligami Bu. Tapi, kalau mau menikah lagi itu pakai uangnya s

    Last Updated : 2023-02-16
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 6 Dini dan Tiara

    Sekar menjerit tidak terima karena perkataan suaminya itu. Ia memukul tangan Saka hingga Saka jatuh tersungkur. Mutia hanya diam saja melihat pertengkaran suami dan adik madunya itu."Sudah belum bertengkarnya? Tanya Mutia bosan. Saka kembali memegang tangan Mutia dengan wajah mengiba.“Aku tidak mau berpisah denganmu sayang. Kamu tahu kan sebagai laki-laki yang sudah menikah aku tidak bisa terlalu lama menahan hasrat. Menikah dengan Sekar membuatku tidak berzina dengan wanita lain.” Mutia hanya menggulirkan matanya sebal.“Aku tahu mas. Walaupun aku marah pada kalian, bukan berarti aku menentang poligami. Hanya saja, aku kecewa pada perbuatanmu. Setelah di pecat dari koperasi tempatmu bekerja, kau tidak mau melamar kerja ke pabrik dengan alasan bekerja di pabrik bukan levelmu. Lalu saat Ibuku jatuh sakit, kau justru yang menyuruhku untuk mendaftar menjadi TKI. Karena saat itu kau juga belum punya pekerjaan lagi. Gajiku sebagai buruh tani dan buruh cuci tetangga tidak akan cukup. Tap

    Last Updated : 2023-03-09
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 7 Awal Mula

    “Tiara tunggu di luar dulu ya. Sekarang gantian Ibu yang melakukan pemeriksaan kesehatan.” Tiara menganggukan kepala lalu keluar dari ruangan dokter. “Bagaimana keadaan anak saya dok?” Dokter mengarahkan hasil visum ke hadapan Mutia. “Untuk luka jambakan rambut dan sikunya yang berdarah, tidak terlalu parah. Tapi, sekujur tubuh Tiara ada bekas lebam. Karena rajin di olesi salep, luka itu sudah sembuh.” Mutia menghela nafasnya. Ia sudah tahu tentang hal itu. Dokter di klinik yang menangani Tiara dulu juga mengatakan bahwa luka di tubuh Tiara tidak akan mudah hilang. Ia juga sudah punya hasil visum dari klinik. “Saya sudah tahu dok. Terima kasih untuk hasil visumnya.” Dokter wanita itu menganggukan kepalanya. Mutia keluar dari ruang dokter lalu mengajak Tiara untuk pergi dari rumah sakit itu. Di dalam mall, Mutia belanja beberapa barang selain boneka untuk Tiara. Ada kebutuhan rumah tangga dan baju. “Kita udah selesai belanja Bu?” Mutia menganggukan kepalanya. “Iya. Karena hari ini

    Last Updated : 2023-03-09
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 8 Melabrak

    “Apa buktinya? Kalau cuma rekaman CCTV itu bisa di rekayasa tau.” Sekar berdiri dengan angkuh di depan Mutia. Wanita itu mengeluarkan bukti visum dan ponsel. Rekaman di sekolah kemarin kembali berputar. Sampai Dini yang tahu kehadrian Mutia berlari ketakutan.“Rekaman ini pasti palsu kan. Aku nggak percaya kalau anakku akan berbuat kasar seperti itu.” Kekeh Sekar membela Dini. Walaupun dalam hatinya Sekar merutuki sang putri karena membuatnya kembali berurusan dengan Mutia.“Rekaman ini asli. Kamu mau bukti lain juga selain rekaman dan hasil visum ini?”“Bukti apa? Aku yakin kau tidak akan bisa membuktikannya.” Tantang Sekar yakin. Mutia hanya tersenyum lalu menghubungi seseorang. Suara ponsel yang berdering terdengar nyaring di rumah itu.“Halo Mama Tiwi.”“Halo Ibunya Tiara. Saya sudah siap untuk mengajak Tiwi pergi ke rumah anda.”“Oh begitu. Saya tunggu nanti ya Mamanya Tiwi. Tapi, sebelumnya saya mau nanya dulu nih mumpung ada Ibunya Dini. Tiwi itu bantuin Dini buat nyerang Tiara

    Last Updated : 2023-03-09
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 9 Penjemputan Saka

    Bu Jarmi berusaha menahan polisi yang hendak memborgol tangan Saka. Raungan tangis Bu Jarmi tidak menghentikan para polisi itu bertugas. Saka hanya bisa pasrah karena wajahnya sudah memar di hajar polisi akibar mencoba kabur.“Lepaskan kami Bu. Atau anda juga akan di gelandang ke kantor polisi.” Bu Jarmi hanya bisa terduduk memandang Saka yang sudah menundukan kepalanya.“Beruntung anda tidak melakukan penganiayaan pada cucu anda. Jika tidak maka tangan anda juga sudah di borgol sekarang.” Bu Jarmi mundur perlahan saat salah satu polisi itu berjongkok di hadapannya. “Katakan dimana menantu anda berada? Dia juga akan kami tangkap karena sudah ikut menganiaya Tiara.” Bu Lasmi menggelengkan kepalanya dengan kencang.“Saya tidak tahu Pak. Sekar pergi sejak tadi pagi.” Polisi itu menganggukan kepala mengerti lalu mulai menggiring Saka keluar dari rumah.Para tetangga menatap Saka yang di giring masuk ke dalam mobil polisi. Bu Jarmi hanya bisa menangis meratapi nasib anaknya. Sudah tidak p

    Last Updated : 2023-03-10
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 10 Sidang Pertama

    Mutia menatap surat panggilan sidang di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi, Mutia tidak akan hadir di pengadilan agama karena jadwalnya bertepatan dengan pekerjaan Mutia yang harus merias wajah keluarga Bu Hajjah yang akan pergi ke acara wisuda putri bungsunya.Bu Surti yang sudah duduk di atas kursi roda, keluar dari kamar. “Kamu mau berangkat sekarang nduk? Bukannya baru selesai subuh ya?” Mutia menolehkan kepala pada sang Ibu.“Iya Bu. Karena nanti keluarganya Bu Hajjah akan berangkat ke Kota Kabupaten jam delapan pagi. Aku harus bersiap dari sekarang. Apalagi selain Bu Hajjah, aku juga akan merias putri bungsunya. Aku titip Tiara lagi ya Bu. Maaf kalau lagi-lagi aku merepotkan Ibu.”“Nggak masalah nduk. Kamu juga pergi bekerja untuk menyambung hidup.” Mutia memegang tangan Bu Surti senang.“Aku udah siapkan sarapan untuk Ibu dan Tiara. Kalau begitu aku berangkat dulu ya Bu. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.”Hari masih gelap saat Mutia mengeluarkan motor dari dalam

    Last Updated : 2023-03-11

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 116 Akhir

    "Bagaimana kabar kamu Bude?" Tanya Mutia ramah. Meskipun dalam hatinya sedang menyimpan bara kemarahan akibat rencana Bu Win yang ingin mencelakai sang putri. "Baik. Kamu kok bisa sampai kesini Ia? Terus kenapa saya harus bertemu dengan kamu?" Ika yang duduk di samping Bu Win hanya bisa menghela nafasnya. "Tolong jelaskan maksud kedatangan anda ke rumah ini Bu Mutia. Apapun keputusannnya akan saya katakan setelah anda menjelaskan semuanya." Mutia menganggukan kepala lalu mengeluarkan ponselnya. Jarinya menggulir layar ponsel lalu memperlihatkan isi pesan Tiara yang di kirim Tiara padanya. Termasuk foto milik Pak Yanto yang sedang berada di kantor polisi. "Sa, saya sama sekali tidak terlibat dengan rencana ini Nyonya Besar. Tolong percaya pada saya." Bukannya memberikan klarifikasi pada Mutia, Bu Win justru menjatuhkan tubuhnya ke lutut sang majikan. Derai air mata Bu Win berjatuhan di wajah tuanya. Ia tidak menyangka jika rencananya bisa ketahuan secepat ini. Dalam hatinya Bu Win

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 115 Bertemu Lagi

    Karena teriakan si penguntit, Yani keluar dari rumah dengan tergopoh-gopoh. Untung saja Tiara sudah mencopot mukena yang baru saja dia pakai. Jadi, Yani tidak akan ikut pingsan saat melihat Tiara masih memakai mukenanya.“Ada apa Ra? Siapa yang teriak tadi?” Tiara menunjuk si penguntit yang sudah jatuh dari motor.Taira berjongkok di samping orang yang memakai seragam ojol itu. Untunglah tidak ada luka serius. Bahkan orang itu masih bisa berdiri dengan tegak. Yani segera mengambil sapu untuk berjaga-jaga. Sedangkan Tiara memegang tali yang tadi mengikat tubuhnya dengan erat.“Beraninya kamu?” Pria itu melepaskan helm yang di pakainya. Helm itu sudah di banting ke tanah hingga menimbulkan bunyi yang keras.“Sekarang Yan.” Teriak Tiara berusaha memukul pria paruh baya yang sudah menguntitnya. Sedangkan Yani memukul pria itu sambil berteriak meminta pertolongan dari warga sekitar.“Tolong ada orang jahat. Tolong kamiiii.” Teriak Yani berulang kali.Pria itu berusaha untuk meraih tubuh Ti

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 114 Penguntit dan Bu Win

    Jarum jam baru menunjukkan pukul dua dini hari saat Mutia masuk ke dalam mobil. Zaki ikut dengannya untuk emngantarkan Mutia menuju bandara. Sementara itu, ada saudara dekat yang menginap di rumah Zaki untuk menjaga Bu Surti. Mutia hanya membawa satu buah koper kecil. Ia menyusul ke Jakarta bukan hanya untuk mengunjungi sang putri. Tapi, juga menangkap Bu Win yang merupakan dalang dari rencana penculikan Tiara.Drttt… Suara dering ponsel dari dalam tasnya membuat Mutia mengambil hp yang ia simpan. Ada pesan masuk dari Saka. Jarinya menggeser layar ponsel untuk membuka aplikasi pesan.[Aku sudah bertanya pada Rudi. Rupanya Bu Win bekerja di rumah adik ipar majikan tempat dulu Rudi bekerja. Entah bagaimana caranya Rudi tahu. Saka juga mengirimkan foto-foto Bu Win yang tengah memasak di dapur mewah.[Datanglah ke alamat ini. Majikan Bu Win sudah tahu apa yang terjadi. Beliau hanya perlu memeriksanya. Mereka yang akan menangkap orang suruhan Bu Win.] Mutia menghela nafas lega karena suda

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 103 Penguntit

    Pagi harinya, Tiara bangun seperti biasa. Hari ini dia ada jadwal kuliah jam sepuluh pagi. Tapi, karena kejadian kemarin, Tiara lebih memilih untuk menutup pintunya. Seakan-akan ia sudah berangkat kuliah. Pagi ini juga dia terpaksa tidak menerima pesanan jahit dari para tetangga di rumah kontrakannya. Tiara fokus menyelesaikan pesanan jahit dari dua hari sebelumnya.Setelah selesai menjahit, Tiara mengirim pesan pada Yani untuk datang ke rumahnya sebelum merkea berangkat bersama menuju kampus. Yani menyanggupi hal itu walaupun Tiara belum menjelaskan tentang kejadian tadi malam dan permintaan Mutia untuk menginap di rumah kos milik Yani.Saat ini, Tiara sedang berada di depan jendela. Memperhatikan jalan besar di depan rumah kontrakannya. Lalu lalang orang yang berjalan ataupun naik kendaraan seperti motor dan mobil. Ada banyak juga pengendara ojol yang lewat. Sayangnya Tiara tidak dapat melihat wajah mereka karena tertutup helm.“Aku sudah hafal motor dan wajahnya kemarin. Apa hari i

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 102 Di Cegat

    Kesibukan Tiara yang memulai ospek membuatnya baru pulang saat malam hari. Untunglah ospek saat ini sama sekali tidak menggunakan sistem perploncoan. Sehingga para mahasiswa baru tidak perlu membawa barang-barang aneh.Sistem ospek saat ini hanya memperkenalkan tentang lingkungan kampus, semua jenis ekskul dan mata kuliah yang di ambil. Ospek masih di laksanakan selama tiga hari.Pada malam harinya, Tiara sibuk menjahit baju dari tetangga kontrakannya. Di hari kedua ospek ini Tiara bahkan belum menggunakan uang dari sang Ibu lagi. Karena uang dari hasil menjahi sudah cukup untuk membeli bahan makanan.Pukul sembilan malam, Tiara sudag menutup rumah kontrakannya. Ia mencuci tangan dan kaki lalu masuk ke dalam kamar. Gadis itu mengirim pesan pada sang Ibu tenyang kegiatannya hari ini.(Jahitanku cukup ramai Bu. Jadi bisa buat beli bahan makanan dan jajan. Besok hari terakhir ospek di laksanakan di fakultas masing-masing.)Drrtr...Tidak membutuhkan waktu lama bagi Mutia untuk membalas p

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 101 Sendiri

    Hari ini Mutia akhirnya pulang ke Semarang. Dua hari sebelum kegiatan ospek di mulai. Tiara mengantarkan sang Ibu ke bandara.Mutia memeluk tubuh sang putri saat pengumuman tentang keberangkatan pesawat yang akan di tumpangi Mutia menuju Semarang."Hati-hati ya nduk. Jangan lupa kirim pesan setiap hari ya. Mungkin Ibu memang sangat posesif." Tiara menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan."Nggak kok Bu. Aku tahu Ibu dan Uti pasti akan khawatir karena aku tinggal sendirian. Tidak seperti saat berada di pondok pesantren. Ibu sudah mengijinkan aku untuk tinggal sendirian di rumah kontrakan saja sudah membuatku senang.""Kamu memang anak Ibu sangat baik Ra. Ya sudah Ibu pergi dulu. Assalamulaikum.""Waalaikumsalam." Mutia berjalan dengan tangan kanan yang menarik koper besar berisi pakaian kotor dan oleh-oleh untuk Bu Surti, Zaki dan yang lain di kampung halaman.Tiara menatap kepergian sang Ibu sambil tersenyum. Ia harus kembali berjauhan dengan keluarganya. Tapi, itu semua dilakuka

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 100 Rencana Bu Win 2

    Di rumah kontrakan yang di sewa Tiara sudah ada banyak kantung belanja. Mutia sedang sibuk sibuk memasukan oleh-oleh untuk keluarga dan anak-anak panti ke dalam koper. Sementara itu, Tiara sudah pergi ke kampus untuk melakukan pendaftaran ulang.Tiara yang memajai kemeja panjang berwarna krem dengan paduan kerudung dengan warna serupa dan celana kain panjang berwarna hitam melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung admisi.Di dalam ruang tunggu, ia duduk sendiri. Berbeda dengan beberapa mahasiswa lain yang datang bersama dengan teman mereka. Selain Tiara yang datang sendiri, ada juga seorang gadis berambut ikal pendek yang memakai kacamata duduk baris kursi depan.Saat namanya dan nama mahasiswi lain di panggil, Tiara maju ke depan. Ternyata ia maju bersama dengan gadis berambut pendek itu."Boleh kenalan nggak?" Tanya gadis itu lebih dulu dengan sengum ramah. Karena mereka masih harus menunggu proses pendaftarab ualng uang di lakukan oleh petugas. Tiara menggukan kepalanya sambil balas

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 99 Rencana Bu Win

    Tiara di terima di fakultas seni di salah satu universitas ternama. Biaya yang tidak sedikit membuat Mutia tidak mundur. Walaupun tabungan pendidikan milik Tiara yang di kumpulkan oleh Mutia tidak cukup untuk kuliah dan bayar kontrakan selama empat tahun.Tapi, rejeki memang tidak akan kemana. Mutia yang punya dua usaha sekaligus bisa membiayai kuliah Tiara selama empat tahun.Saka juga mengatakan tiap bulan akan mengirim uang pada Tiara lewat Mutia. Walaupun jumlah uang yang di titipkan mungkin sangat sedikit. "Rumahnya bagus kan Bu?" Tanya Tiara saat mereka melihat rumah kontrakan pertama."Bagus. Tapi kita lihat bangunan dalamnya dulu. Temboknya harus kokoh, jendela dan pintunya gampang di buka. Aliran airnya harus lancar." Masih banyak hal lagi yang di jelaskan oleh Mutia pada sang putri.Mutia meneriksa bagian rumah satu per satu. Termasuk dengan ruang tamu yang akan si gunakan Tiara untuk membuka usaha jahit.Selain itu, akses jalan yang berada di pinggir jalan raya, dekat deng

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 98 Usaha 2

    Hari ini adalah hari keberangkatan Tiara ke Jakarta. Mutia sudah mengajak Saka dan Rasya untuk ikut. Sayangnya Saka menolak karena ia butuh uang untuk membayar hutang dari mantan majikan Rudi. Begitu juga dengan Rasya yang sedang menjalani ujian akhir semester. Jadi, Saka dan Rasya hanya bisa mengantarkan Tiara ke bandara. Sama seperti Saka dan Rasya, Bu Surti dan Zaki juga tidak bisa ikut. Kondisi tubuh Bu Surti yang mudah drop membuat wanita paruh baya itu tidak boleh kelelahan. Zaki yang mengambil cuti kerja bisa menemani Bu Surti di rumah selama Mutia pergi menemani Tiara.Gadis itu lalu memeluk satu per satu keluarga yang sudah mengantarkannya. Dada Saka berdegup kencang saat Tiara sudah berjongkok di depan Rasya. Itu berarti setelah ini Tiara akan berpamitan dengannya.“Rasya yang pintar ya di rumah. Jadi anak baik dan membanggakan untuk Bapak. Mbak pergi ke Jakarta buat belajar. Kapamn-kapan kalau Rasya liburan kita ke Jakarta bareng.”“Rasya janji mbak.” Kakak beradik itu lal

DMCA.com Protection Status