Share

Bab 4 Panggilan Sidang

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-16 12:16:47

“Kalau kamu sudah ketemu sama Mutia di rumah Ibunya? Kenapa nggak kamu ajak sekalian kesini Saka? Bodoh banget sih jadi laki. Kamu kan suaminya. Mutia harus nurut sama kamu.” Ujar Bu Jarmi gemas mendengar penuturan putranya. Sudah gagal membawa Tiara pulang, Saka juga gagal mendapat uang dari Mutia.

“Ini semua gara-gara Sekar yang tiba-tiba muncul di depan rumah Ibunya Mutia dengan mengendarai mobil kita.”

“Jangan salahin aku terus mas. Kamu saja yang gagal membujuk istri TKI-mu itu.” Sekar yang sudah marah hendak beranjak masuk ke dalam kamar bersama Rasya.

“Tunggu dulu Sekar. Mana gaji kamu? Isi kulkas sudah habis.” Bu Jarmi menadahkan tangannya pada Sekar. Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan wajah cemberut.

“Nggak ada Bu. Aku sudah di pecat tanpa pesangon.” Mata Bu Jarmi melotot. Wanita paruh baya itu berdiri lalu berkacak pinggang.

“Kenapa kamu bisa di pecat? Pasti kamu sudah berbuat salah ya?” Hardik Bu Jarmi keras hingga membuat Rasya kembali meanngis.

“Sekar di pecat karena mencuri uang di brankas Bu.” Jawab Saka karena Sekar justru diam.

PLAK

“IBUUUU. Kenapa nampar aku?”

“Kamu itu yang bodoh. Sudah jadi tukang bersih-bersih dapat gaji sampai satu juta di koperasi setiap bulan. Malah nyuri uang kantor.”

“Itu semua juga karena Ibu yang selalu pakai uang kiriman Mutia buat gaya-gayaan. Sudah tua juga. Nggak ingat umur.”

“SEKAR. Cukup. Jangan hina Ibuku.” Saka ikut berdiri di samping Ibunya. Bu Jarmi tersenyum penuh kemenangan.

“Nggak tau ah. Capek ngomong sama kalian.” Sekar kembali berjalan masuk ke dalam kamar.

“Ini salah kamu juga Ka. Cari istri kedua itu yang kaya raya. Biar kamu juga dapat uang selain kiriman dari Mutia. Malahan nikah sama wanita miskin seperti Mutia.” Saka memijit pelipisnya yang pusing.

“Sekarang kamu pergi ke rumah Ibunya Mutia. Ajak istri pertama kamu itu pulang kesini. Biar dia bisa ngasih gaji sekaligus uang ganti penggulingan kredit mobil. Sebagai suami kamu itu harus bisa tegas Ka. Kalau Mutia nggak mau. Seret aja dia.”

Bukannya menuruti perintah Bu Jarmi, Saka justru berjalan menuju kamarnya. “Saka, kamu kok malah masuk kedalam kamar sih?”

“Kepalaku pusing Bu. Besok aja.”

“Suruh istrimu masak. Ibu sudah lapar.”

“Ibu bilang sendiri saja.” Bu Jarmi menggeram kesal.

Drrt…

Ia mengambil ponselnya di saku daster. Ada pesan masuk dari Ana, anak bungsunya. ‘Laptopku rusak Bu. Kirim uang buat beli laptop yang baru dong.’

Kepala Bu Jarmi juga mendadak sakit membaca pesan dari Ana. Wanita paruh baya itu merebahkan dirinya di atas sofa ruang tamu. ‘Ibu lagi nggak ada uang. Pinjam punya temanmu dulu saja.’

Keesokan harinya, Mutia pergi ke bank untuk menarik saldo rekening milik Saka. Untung saja Tiara tahu password kartu ATM itu karena pernah mendengar Sekar yang meminta password di ganti dengan tanggal pernikahan mereka. Mutia ternganga melihat saldo tabungan di layar ATM.

“Empat tahun aku kirim uang sepuluh juta setiap bulannya. Di tambah tahun pertama aku mengirim semua gajiku. Masa saldonya cuma tinggal lima juta aja.” Mutia berdecak kesal. Namun, ia tetap mengambil uang berjumlah lima juta rupiah itu.

Drrtt… drtttt… drttt…

Nama Pak Dito tertera di laya ponsel Mutia yang baru ia beli pagi ini sebelum ke bank. Ia menekan tombol hijau lalu menempelkan ponselnya di telinga.

“Halo Mutia.”

“Halo Pak Dito. Apakah ada perkembangan dari pengajuan gugatan cerai saya.?” Tanya Mutia langsung.

“Iya. Surat panggilan sidang pertama akan di kirim ke rumahmu.Begitu juga dengan surat panggilan sidang untuk Saka.”

“Kalau kedua surat itu di serahkan  ke rumah saya bisa nggak Pak? Biar saya sendiri yang menyerahkan surat itu pada suami saya."

“Bisa. Nanti saya telpon petugas pengadilan agama.”

“Baik Terima kasih Pak.”

Mutia lalu mengendarai motor matic miliknya sejak belum menikah dengan Saka. Ia akan pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur sekaligus membelikan pakaian untuk Ibu dan Putrinya.

***

“Alhamdulillah. Walaupun beli di pasar dulu, tetap dapat baju yang bagus untuk Tiara dan Ibu.” Mutia keluar dari dalam pasar lalu berjalan menuju kios toko emas. Ia membeli kalung, anting, gelang dan cincin untuk Ibu dan Putrinya. Mutia juga tidak lupa membelikan jam tangan mahal untuk Zaki, adiknya.

Setelah itu, Mutia pulang ke rumah Ibunya. Sudah ada petugas dari pengadilan agama yang mengantarkan surat seperti perkataan Pak Dito, pengacara yang di sewanya sejak masih bekerja di Jepang.

“Ini surat panggilan sidang untuk minggu depan Bu Mutia.” Mutia menganggukan kepalanya.

“Terima kasih Pak.” Setelah kepergian petugas pengadilan, Mutia masuk ke dalam rumah. Ia duduk di tepi tempat tidur Bu Surti yang memang di letakan di depan TV.

“Tiara sini sayang.” Tiara yang sudah cukup sehat keluar dari kamarnya.

“Ibu beli baju baru untuk kamu dan Uti.”

“Kamu kok beli banyak untuk Ibu nduk. Ibu nggak perlu baju baru. Orang jarang keluar rumah karena susah jalan.” Mutia justru menggelengkan kepalanya.

“Di dalam rumah kita tetap bisa tampil cantik Bu. Lagian baju Ibu juga banyak yang udah kusam. Zaki cerita kalau Ibu nggak mau di belikan baju baru.” Bu Surti menundukan kepalanya.

“Karena Ibu ingin Zaki menabung untuk masa depannya. Uang kiriman dari kamu masih cukup untuk makan dan menebus obat di apotek. Ibu minta maaf ya nduk. Karena Ibu, kamu sampai harus merantau keluar negeri, terpisah dari Tiara dan sampai di madu oleh Saka.” Mata Mutia sudah berkaca-kaca. Ia lalu memeluk sang Ibu.

“Sudah jadi kewajibanku dan Zaki agar Ibu bisa sembuh apapun yang terjadi.” Air mata Bu Surti ikut mengalir ke pipinya yang sudah keriput termakan usia.

“Ibu juga minta maaf karena tidak bisa melindungi Tiara.”

“Mutia tahu Bu. Zaki sudah cerita semuanya.” Tiara yang juga sudah menangis ikut memeluk Ibu dan Neneknya. Mutia mengusap air mata Ibu dan putrinya lalu melepaskan pelukan mereka.

“Ibu juga beli emas untuk Tiara dan Uti.” Mata Tiara berbinar saat Mutia mengeluarkan kotak perhiasan.

“Banyak banget perhiasannya nduk.” Seru Bu Surti takjub.

“Ibu mau pakai yang mana? Gelang, kalung, cincin atau anting?”

“Ibu pakai kalung saja. Biar nggak kelihatan. Sisanya lebih baik kamu simpan di tempat yang aman.” Mutia menganggukan kepalanya setuju.

“Kalau aku pakai anting sama cincinnya saja.”

“Iya sayang. Sini Ibu pakaikan.” Mutia melepaskan anting mainan yang di pakai putrinya. Mereka tersenyum senang karena hadiah yang di bawa Mutia.

“Kalau begitu Ibu pergi dulu ke rumah Bapak ya. Tiara tolong jaga Uti selama Ibu pergi.”

“Siap Bu.”

Jika keadaan keluarga Mutia terlihat sangat senang, berbanding terbalik dengan Bu Jarmi yang wajahnya merah padam menahan marah.

Dok… dok.. dok…

“Bangun pemalas. Sekaaar. Sekarang sudah jam sepuluh pagi.” Saka menutup telinganya dengan bantal.

“Berisik banget sih Ibu kamu mas. Cepat suruh diam.” Sekar menendang Saka hingga jatuh. Pria itu mengusap pinggangnya lalu berjalan untuk membuka pintu.

Cklek

“Ada apa sih Bu?” Kesadaran Saka yang belum sepenuhnya pulih membuat mata pria itu mengucek matanya.

“Ada apa kamu bilang? Istri kamu itu belum masak, belum bersihin rumah, belum cuci piring, belum nyuci baju. Kamu bilang ada apa?” Sentak Bu Jarmi keras.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Salam dari suara yang sangat familiar di telinga Bu Jarmi membuat wanta paruh baya itu menghentikan omelannya sejenak.

Mutia sudah berdiri di bawah bingkai pintu dengan membawa sebuah map. Saka sampai membuka mulutnya saat melhat penampilan istri pertamanya yang sangat cantik itu. Mutia memakai celana jeans yang memperlihatkan kaki jenjangnya. Dengan kaos warna biru yang melekat di badan. Rambut hitam Mutia yang panjang di ikat kuda.

“Mutia.” Saka hendak memegang tangan Mutia, tapi langsung di tepis oleh wanita itu.

“Jangan pegang tangan aku mas. Karena aku kesini cuma ingin menyerahkan surat panggilan sidang untuk kita minggu depan.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Baguslah Mutia langsung ajukan gugatan cerai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 5 Pertengkaran

    “Apa kamu bilang Mutia? Cerai? Ibu nggak setuju.” Bu Jarmi merebut map berwarna coklat yang di bawa oleh Mutia lalu merobeknya. “Percuma Ibu robek surat itu. Karena sidang tetap akan berjalan.”“Mutia sayang. Tolong beri mas kesempatan untuk menebus kesalahan. Mas mengaku salah karena sudah memukul Tiara kemarin. Kamu pasti masih peduli sama keluarga kita. Buktinya kamu melakukan penggulingan kredit mobil.” Saka jongkok dengan memegang kaki Mutia.Wanita itu mendorong sang suami hingga terjatuh. “Nggak ada kata maaf untuk kamu mas. Kamu malah menikah lagi selama aku kerja jadi TKI.”“Eh Mutia. Suami nikah lagi itu wajar. Kamu jadi istri itu harus nurut apa kata suami. Jadi, relakan saja pernikahan kedua Saka lalu kembali ke rumah ini bersama Tiara.” Ujar Bu Jarmi untuk membela putranya. Mutia tertawa keras lalu beberapa detik kemudian senyum mengejek tersungging di bibirnya.“Aku nggak pernah menentang orang yang melakukan poligami Bu. Tapi, kalau mau menikah lagi itu pakai uangnya s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 6 Dini dan Tiara

    Sekar menjerit tidak terima karena perkataan suaminya itu. Ia memukul tangan Saka hingga Saka jatuh tersungkur. Mutia hanya diam saja melihat pertengkaran suami dan adik madunya itu."Sudah belum bertengkarnya? Tanya Mutia bosan. Saka kembali memegang tangan Mutia dengan wajah mengiba.“Aku tidak mau berpisah denganmu sayang. Kamu tahu kan sebagai laki-laki yang sudah menikah aku tidak bisa terlalu lama menahan hasrat. Menikah dengan Sekar membuatku tidak berzina dengan wanita lain.” Mutia hanya menggulirkan matanya sebal.“Aku tahu mas. Walaupun aku marah pada kalian, bukan berarti aku menentang poligami. Hanya saja, aku kecewa pada perbuatanmu. Setelah di pecat dari koperasi tempatmu bekerja, kau tidak mau melamar kerja ke pabrik dengan alasan bekerja di pabrik bukan levelmu. Lalu saat Ibuku jatuh sakit, kau justru yang menyuruhku untuk mendaftar menjadi TKI. Karena saat itu kau juga belum punya pekerjaan lagi. Gajiku sebagai buruh tani dan buruh cuci tetangga tidak akan cukup. Tap

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 7 Awal Mula

    “Tiara tunggu di luar dulu ya. Sekarang gantian Ibu yang melakukan pemeriksaan kesehatan.” Tiara menganggukan kepala lalu keluar dari ruangan dokter. “Bagaimana keadaan anak saya dok?” Dokter mengarahkan hasil visum ke hadapan Mutia. “Untuk luka jambakan rambut dan sikunya yang berdarah, tidak terlalu parah. Tapi, sekujur tubuh Tiara ada bekas lebam. Karena rajin di olesi salep, luka itu sudah sembuh.” Mutia menghela nafasnya. Ia sudah tahu tentang hal itu. Dokter di klinik yang menangani Tiara dulu juga mengatakan bahwa luka di tubuh Tiara tidak akan mudah hilang. Ia juga sudah punya hasil visum dari klinik. “Saya sudah tahu dok. Terima kasih untuk hasil visumnya.” Dokter wanita itu menganggukan kepalanya. Mutia keluar dari ruang dokter lalu mengajak Tiara untuk pergi dari rumah sakit itu. Di dalam mall, Mutia belanja beberapa barang selain boneka untuk Tiara. Ada kebutuhan rumah tangga dan baju. “Kita udah selesai belanja Bu?” Mutia menganggukan kepalanya. “Iya. Karena hari ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 8 Melabrak

    “Apa buktinya? Kalau cuma rekaman CCTV itu bisa di rekayasa tau.” Sekar berdiri dengan angkuh di depan Mutia. Wanita itu mengeluarkan bukti visum dan ponsel. Rekaman di sekolah kemarin kembali berputar. Sampai Dini yang tahu kehadrian Mutia berlari ketakutan.“Rekaman ini pasti palsu kan. Aku nggak percaya kalau anakku akan berbuat kasar seperti itu.” Kekeh Sekar membela Dini. Walaupun dalam hatinya Sekar merutuki sang putri karena membuatnya kembali berurusan dengan Mutia.“Rekaman ini asli. Kamu mau bukti lain juga selain rekaman dan hasil visum ini?”“Bukti apa? Aku yakin kau tidak akan bisa membuktikannya.” Tantang Sekar yakin. Mutia hanya tersenyum lalu menghubungi seseorang. Suara ponsel yang berdering terdengar nyaring di rumah itu.“Halo Mama Tiwi.”“Halo Ibunya Tiara. Saya sudah siap untuk mengajak Tiwi pergi ke rumah anda.”“Oh begitu. Saya tunggu nanti ya Mamanya Tiwi. Tapi, sebelumnya saya mau nanya dulu nih mumpung ada Ibunya Dini. Tiwi itu bantuin Dini buat nyerang Tiara

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 9 Penjemputan Saka

    Bu Jarmi berusaha menahan polisi yang hendak memborgol tangan Saka. Raungan tangis Bu Jarmi tidak menghentikan para polisi itu bertugas. Saka hanya bisa pasrah karena wajahnya sudah memar di hajar polisi akibar mencoba kabur.“Lepaskan kami Bu. Atau anda juga akan di gelandang ke kantor polisi.” Bu Jarmi hanya bisa terduduk memandang Saka yang sudah menundukan kepalanya.“Beruntung anda tidak melakukan penganiayaan pada cucu anda. Jika tidak maka tangan anda juga sudah di borgol sekarang.” Bu Jarmi mundur perlahan saat salah satu polisi itu berjongkok di hadapannya. “Katakan dimana menantu anda berada? Dia juga akan kami tangkap karena sudah ikut menganiaya Tiara.” Bu Lasmi menggelengkan kepalanya dengan kencang.“Saya tidak tahu Pak. Sekar pergi sejak tadi pagi.” Polisi itu menganggukan kepala mengerti lalu mulai menggiring Saka keluar dari rumah.Para tetangga menatap Saka yang di giring masuk ke dalam mobil polisi. Bu Jarmi hanya bisa menangis meratapi nasib anaknya. Sudah tidak p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 10 Sidang Pertama

    Mutia menatap surat panggilan sidang di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi, Mutia tidak akan hadir di pengadilan agama karena jadwalnya bertepatan dengan pekerjaan Mutia yang harus merias wajah keluarga Bu Hajjah yang akan pergi ke acara wisuda putri bungsunya.Bu Surti yang sudah duduk di atas kursi roda, keluar dari kamar. “Kamu mau berangkat sekarang nduk? Bukannya baru selesai subuh ya?” Mutia menolehkan kepala pada sang Ibu.“Iya Bu. Karena nanti keluarganya Bu Hajjah akan berangkat ke Kota Kabupaten jam delapan pagi. Aku harus bersiap dari sekarang. Apalagi selain Bu Hajjah, aku juga akan merias putri bungsunya. Aku titip Tiara lagi ya Bu. Maaf kalau lagi-lagi aku merepotkan Ibu.”“Nggak masalah nduk. Kamu juga pergi bekerja untuk menyambung hidup.” Mutia memegang tangan Bu Surti senang.“Aku udah siapkan sarapan untuk Ibu dan Tiara. Kalau begitu aku berangkat dulu ya Bu. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.”Hari masih gelap saat Mutia mengeluarkan motor dari dalam

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 11 Penyerangan

    “Ibu masuk ke dalam kamar dulu ya.” Wanita itu mendorong kursi roda Ibunya untuk masuk ke dalam kamar lalu mengunci kamar dari luar. Ia kembali ke hadapan Ibu mertuanya itu yang masih mengomel tidak terima dengan jalannya sidang hari ini.Mutia hanya berkacak pinggang saat Bu Jarmi masih marah-marah padanya. Hingga tangan wanita paruh baya yang masih menjadi Ibu mertuanya itu menjambak rambut Mutia. Tidak tinggal diam, Mutia berusaha melawan Bu Jarmi dengan melepaskan tangan keriput itu dari rambutnya.Karena usia yang jauh lebih muda, Mutia jelas bisa melepaskan diri hingga tubuh Bu Jarmi jatuh tersungkur. “Jangan main kasar Bu. Atau anda ingin menyusul si Saka untuk masuk ke dalam penjara?”Tubuh Bu Jarmi sudah bergetar karena marah. Wajahnya berubah menjadi merah seperti kepiting rebus. Ibu Saka itu bangkit berdiri dengan tatapan yang menghunus pada Mutia.“Kamu itu serakah sekali Mutia. Kamu bisa sukses dengan menjadi TKI karena Saka yang mengijinkanmu untuk pergi. Sebagai istri,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 12 Kabur

    “Jika kalian butuh uang, aku akan dengan senang hati membantu. Karena aku masih punya hati nurani. Tapi, tidak untuk bertanggung jawab.” Jawab Mutia dengan tenang. Tangannya sudah sibuk kembali membuat gaun pengantin.“Halah nggak usah ngelak deh mbak. Ibu udah cerita sama aku kemarin kalau mbak nggak mau kirim uang ke Mas Saka. Udah di ijinkan jadi TKI, tapi malah ngirim suaminya ke penjara. Karena Mbak Mutia juga, Ibu sampai terluka dan harus di operasi. Apa susahnya sih bagi uang untuk suami dan mertuanya sendiri.” “Ha… ha… ha.. ha…” Mutia tertawa terbahak-bahak mendengar balasan Ana. Satu keluarga memang tidak ada yang otaknya beres.“Dengar ya Ana, sebenarnya aku sudah capek mengatakan hal ini berulang kali. Saka mengijinkan aku pergi ke luar negeri karena Ibuku sakit. Dia sendiri loh yang menyuruh aku pergi. Kamu tentu sudah tahu alasan akan memotong uang kiriman untuk Saka sampai menjebloskannya ke penjara. Sampai hari ini Tiara tidak menyebut nama kamu. Tapi, aku masih punya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 116 Akhir

    "Bagaimana kabar kamu Bude?" Tanya Mutia ramah. Meskipun dalam hatinya sedang menyimpan bara kemarahan akibat rencana Bu Win yang ingin mencelakai sang putri. "Baik. Kamu kok bisa sampai kesini Ia? Terus kenapa saya harus bertemu dengan kamu?" Ika yang duduk di samping Bu Win hanya bisa menghela nafasnya. "Tolong jelaskan maksud kedatangan anda ke rumah ini Bu Mutia. Apapun keputusannnya akan saya katakan setelah anda menjelaskan semuanya." Mutia menganggukan kepala lalu mengeluarkan ponselnya. Jarinya menggulir layar ponsel lalu memperlihatkan isi pesan Tiara yang di kirim Tiara padanya. Termasuk foto milik Pak Yanto yang sedang berada di kantor polisi. "Sa, saya sama sekali tidak terlibat dengan rencana ini Nyonya Besar. Tolong percaya pada saya." Bukannya memberikan klarifikasi pada Mutia, Bu Win justru menjatuhkan tubuhnya ke lutut sang majikan. Derai air mata Bu Win berjatuhan di wajah tuanya. Ia tidak menyangka jika rencananya bisa ketahuan secepat ini. Dalam hatinya Bu Win

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 115 Bertemu Lagi

    Karena teriakan si penguntit, Yani keluar dari rumah dengan tergopoh-gopoh. Untung saja Tiara sudah mencopot mukena yang baru saja dia pakai. Jadi, Yani tidak akan ikut pingsan saat melihat Tiara masih memakai mukenanya.“Ada apa Ra? Siapa yang teriak tadi?” Tiara menunjuk si penguntit yang sudah jatuh dari motor.Taira berjongkok di samping orang yang memakai seragam ojol itu. Untunglah tidak ada luka serius. Bahkan orang itu masih bisa berdiri dengan tegak. Yani segera mengambil sapu untuk berjaga-jaga. Sedangkan Tiara memegang tali yang tadi mengikat tubuhnya dengan erat.“Beraninya kamu?” Pria itu melepaskan helm yang di pakainya. Helm itu sudah di banting ke tanah hingga menimbulkan bunyi yang keras.“Sekarang Yan.” Teriak Tiara berusaha memukul pria paruh baya yang sudah menguntitnya. Sedangkan Yani memukul pria itu sambil berteriak meminta pertolongan dari warga sekitar.“Tolong ada orang jahat. Tolong kamiiii.” Teriak Yani berulang kali.Pria itu berusaha untuk meraih tubuh Ti

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 114 Penguntit dan Bu Win

    Jarum jam baru menunjukkan pukul dua dini hari saat Mutia masuk ke dalam mobil. Zaki ikut dengannya untuk emngantarkan Mutia menuju bandara. Sementara itu, ada saudara dekat yang menginap di rumah Zaki untuk menjaga Bu Surti. Mutia hanya membawa satu buah koper kecil. Ia menyusul ke Jakarta bukan hanya untuk mengunjungi sang putri. Tapi, juga menangkap Bu Win yang merupakan dalang dari rencana penculikan Tiara.Drttt… Suara dering ponsel dari dalam tasnya membuat Mutia mengambil hp yang ia simpan. Ada pesan masuk dari Saka. Jarinya menggeser layar ponsel untuk membuka aplikasi pesan.[Aku sudah bertanya pada Rudi. Rupanya Bu Win bekerja di rumah adik ipar majikan tempat dulu Rudi bekerja. Entah bagaimana caranya Rudi tahu. Saka juga mengirimkan foto-foto Bu Win yang tengah memasak di dapur mewah.[Datanglah ke alamat ini. Majikan Bu Win sudah tahu apa yang terjadi. Beliau hanya perlu memeriksanya. Mereka yang akan menangkap orang suruhan Bu Win.] Mutia menghela nafas lega karena suda

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 103 Penguntit

    Pagi harinya, Tiara bangun seperti biasa. Hari ini dia ada jadwal kuliah jam sepuluh pagi. Tapi, karena kejadian kemarin, Tiara lebih memilih untuk menutup pintunya. Seakan-akan ia sudah berangkat kuliah. Pagi ini juga dia terpaksa tidak menerima pesanan jahit dari para tetangga di rumah kontrakannya. Tiara fokus menyelesaikan pesanan jahit dari dua hari sebelumnya.Setelah selesai menjahit, Tiara mengirim pesan pada Yani untuk datang ke rumahnya sebelum merkea berangkat bersama menuju kampus. Yani menyanggupi hal itu walaupun Tiara belum menjelaskan tentang kejadian tadi malam dan permintaan Mutia untuk menginap di rumah kos milik Yani.Saat ini, Tiara sedang berada di depan jendela. Memperhatikan jalan besar di depan rumah kontrakannya. Lalu lalang orang yang berjalan ataupun naik kendaraan seperti motor dan mobil. Ada banyak juga pengendara ojol yang lewat. Sayangnya Tiara tidak dapat melihat wajah mereka karena tertutup helm.“Aku sudah hafal motor dan wajahnya kemarin. Apa hari i

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 102 Di Cegat

    Kesibukan Tiara yang memulai ospek membuatnya baru pulang saat malam hari. Untunglah ospek saat ini sama sekali tidak menggunakan sistem perploncoan. Sehingga para mahasiswa baru tidak perlu membawa barang-barang aneh.Sistem ospek saat ini hanya memperkenalkan tentang lingkungan kampus, semua jenis ekskul dan mata kuliah yang di ambil. Ospek masih di laksanakan selama tiga hari.Pada malam harinya, Tiara sibuk menjahit baju dari tetangga kontrakannya. Di hari kedua ospek ini Tiara bahkan belum menggunakan uang dari sang Ibu lagi. Karena uang dari hasil menjahi sudah cukup untuk membeli bahan makanan.Pukul sembilan malam, Tiara sudag menutup rumah kontrakannya. Ia mencuci tangan dan kaki lalu masuk ke dalam kamar. Gadis itu mengirim pesan pada sang Ibu tenyang kegiatannya hari ini.(Jahitanku cukup ramai Bu. Jadi bisa buat beli bahan makanan dan jajan. Besok hari terakhir ospek di laksanakan di fakultas masing-masing.)Drrtr...Tidak membutuhkan waktu lama bagi Mutia untuk membalas p

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 101 Sendiri

    Hari ini Mutia akhirnya pulang ke Semarang. Dua hari sebelum kegiatan ospek di mulai. Tiara mengantarkan sang Ibu ke bandara.Mutia memeluk tubuh sang putri saat pengumuman tentang keberangkatan pesawat yang akan di tumpangi Mutia menuju Semarang."Hati-hati ya nduk. Jangan lupa kirim pesan setiap hari ya. Mungkin Ibu memang sangat posesif." Tiara menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan."Nggak kok Bu. Aku tahu Ibu dan Uti pasti akan khawatir karena aku tinggal sendirian. Tidak seperti saat berada di pondok pesantren. Ibu sudah mengijinkan aku untuk tinggal sendirian di rumah kontrakan saja sudah membuatku senang.""Kamu memang anak Ibu sangat baik Ra. Ya sudah Ibu pergi dulu. Assalamulaikum.""Waalaikumsalam." Mutia berjalan dengan tangan kanan yang menarik koper besar berisi pakaian kotor dan oleh-oleh untuk Bu Surti, Zaki dan yang lain di kampung halaman.Tiara menatap kepergian sang Ibu sambil tersenyum. Ia harus kembali berjauhan dengan keluarganya. Tapi, itu semua dilakuka

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 100 Rencana Bu Win 2

    Di rumah kontrakan yang di sewa Tiara sudah ada banyak kantung belanja. Mutia sedang sibuk sibuk memasukan oleh-oleh untuk keluarga dan anak-anak panti ke dalam koper. Sementara itu, Tiara sudah pergi ke kampus untuk melakukan pendaftaran ulang.Tiara yang memajai kemeja panjang berwarna krem dengan paduan kerudung dengan warna serupa dan celana kain panjang berwarna hitam melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung admisi.Di dalam ruang tunggu, ia duduk sendiri. Berbeda dengan beberapa mahasiswa lain yang datang bersama dengan teman mereka. Selain Tiara yang datang sendiri, ada juga seorang gadis berambut ikal pendek yang memakai kacamata duduk baris kursi depan.Saat namanya dan nama mahasiswi lain di panggil, Tiara maju ke depan. Ternyata ia maju bersama dengan gadis berambut pendek itu."Boleh kenalan nggak?" Tanya gadis itu lebih dulu dengan sengum ramah. Karena mereka masih harus menunggu proses pendaftarab ualng uang di lakukan oleh petugas. Tiara menggukan kepalanya sambil balas

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 99 Rencana Bu Win

    Tiara di terima di fakultas seni di salah satu universitas ternama. Biaya yang tidak sedikit membuat Mutia tidak mundur. Walaupun tabungan pendidikan milik Tiara yang di kumpulkan oleh Mutia tidak cukup untuk kuliah dan bayar kontrakan selama empat tahun.Tapi, rejeki memang tidak akan kemana. Mutia yang punya dua usaha sekaligus bisa membiayai kuliah Tiara selama empat tahun.Saka juga mengatakan tiap bulan akan mengirim uang pada Tiara lewat Mutia. Walaupun jumlah uang yang di titipkan mungkin sangat sedikit. "Rumahnya bagus kan Bu?" Tanya Tiara saat mereka melihat rumah kontrakan pertama."Bagus. Tapi kita lihat bangunan dalamnya dulu. Temboknya harus kokoh, jendela dan pintunya gampang di buka. Aliran airnya harus lancar." Masih banyak hal lagi yang di jelaskan oleh Mutia pada sang putri.Mutia meneriksa bagian rumah satu per satu. Termasuk dengan ruang tamu yang akan si gunakan Tiara untuk membuka usaha jahit.Selain itu, akses jalan yang berada di pinggir jalan raya, dekat deng

  • Pembalasan Dendam Istri TKI   Bab 98 Usaha 2

    Hari ini adalah hari keberangkatan Tiara ke Jakarta. Mutia sudah mengajak Saka dan Rasya untuk ikut. Sayangnya Saka menolak karena ia butuh uang untuk membayar hutang dari mantan majikan Rudi. Begitu juga dengan Rasya yang sedang menjalani ujian akhir semester. Jadi, Saka dan Rasya hanya bisa mengantarkan Tiara ke bandara. Sama seperti Saka dan Rasya, Bu Surti dan Zaki juga tidak bisa ikut. Kondisi tubuh Bu Surti yang mudah drop membuat wanita paruh baya itu tidak boleh kelelahan. Zaki yang mengambil cuti kerja bisa menemani Bu Surti di rumah selama Mutia pergi menemani Tiara.Gadis itu lalu memeluk satu per satu keluarga yang sudah mengantarkannya. Dada Saka berdegup kencang saat Tiara sudah berjongkok di depan Rasya. Itu berarti setelah ini Tiara akan berpamitan dengannya.“Rasya yang pintar ya di rumah. Jadi anak baik dan membanggakan untuk Bapak. Mbak pergi ke Jakarta buat belajar. Kapamn-kapan kalau Rasya liburan kita ke Jakarta bareng.”“Rasya janji mbak.” Kakak beradik itu lal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status