Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 13POV RahmanPantas saja selama ini Maya tidak mau kusentuh, ternyata dia sudah memuaskan nafsunya dengan laki-laki lain. Aku tidak akan membiarkan dia menjadi wanita liar seperti ini, Maya tidak boleh mencintai laki-laki lain selain aku."Sayang, maaf. Aku sudah tahu dan tidak percaya sama kamu," ucapku pada Maya yang sedang tidur membelakangiku. Aku membelai rambutnya yang tergerai indah, lalu mencium ujung bahunya yang mulus."Sayang," aku kembali memanggil Maya yang tidak merespon sentuhanku."Hhmm…." Maya hanya menggeliat, sama sekali tidak menjawab panggilanku."Maafkan aku," ucapku lagi."Aku lagi kesal," akhirnya dia mau membuka suara, dan kini dia sudah menghadap kearahku. Posisi kami sekarang berhadapan, Maya sungguh sangat cantik, Aini kalah jauh jika soal kecantikan."Kenapa? karena aku ya," tanyaku."Tadi waktu lagi dikantor, aku ketemu sama anak kamu. Dia ternyata juga kerja disana," jelas Maya yang membuatku melipat kening. Anakku?"Mak
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 14POV Ali"Gimana, Ali. Betah kerjanya?" tanya Om Handoko saat kami sedang sarapan. Pagi ini Om Handoko mengajakku untuk sarapan bersama, katanya ada hal yang akan disampaikan."Alhamdulillah, Om. Betah, kerjanya juga nggak capek-capek banget," jawabku sambil tersenyum. Aku senang, karena diterima baik oleh keluarga ini. Anaknya Om Handoko – Andre juga sangat baik padaku. Kami seumuran, jadi bisa dengan cepat akrab satu sama lain. Hanya saja, dia sibuk dengan kuliahnya sementara aku sibuk dengan pekerjaan di kantor. Aku kira, bisa mengobrol ataupun bersantai ketika sudah dirumah. Tapi aku salah, aku malah harus belajar lagi dengan Om Handoko mengenai perusahaan. Karena aku yang hanya tamatan SMA, tidak begitu paham tentang perencanaan marketing."Alhamdulillah, bagus kalau kamu betah. Om juga berharapnya gitu," ujar Om Handoko."Tapi, bisa nggak Om kalau aku dipindah tugaskan ke bagian lain?" tanyaku hati-hati, takutnya aku dikira terlalu lancang deng
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 15POV RahmanBetapa senangnya hatiku hari ini, aku seperti merasa terlahir kembali dengan semua anganku. Bagaimana tidak, Maya membelikan aku mobil keluaran terbaru. Mobil yang selama ini aku impikan akhirnya bisa kudapatkan tanpa harus bekerja keras. Tidak salah memang keputusanku meninggalkan anak-anak dan si Aini, karena setelah aku pergi dari hidup mereka, hidupku menjadi lebih baik lagi.Ini kali perdana dalam hidup aku mempunyai mobil pribadi sendiri, walaupun mobil ini bukan atas namaku tapi aku sangat bahagia. Aku duduk di belakang stir mobil, melihat diriku di spion depan. Ternyata wajah tampan ini mampu membuat setiap wanita luluh, aku tersenyum sinis mengingat semua yang aku miliki sekarang. Saatnya pamer, aku akan berangkat kerja hari ini. Aku pergi lebih cepat dari biasanya, aku juga sudah menceritakan sama rekan kantor jika hari ini aku akan membeli mobil. Mereka pasti akan iri melihat kesuksesanku.Ddrrtt….Saat sedang di perjalanan, po
"Kira-kira kenapa ya?" tanyaku."Gak tau, kali aja kena omel lagi. Kerjaan kamu kan berantakan," ucapnya lagi sambil melenggang pergi ke meja kerjanya. Aku sesekali melirik kearah Ali, kebetulan didalam satu ruangan ini ada sepuluh meja kerja untuk karyawan. Ruangan ini khusus untuk karyawan bagian marketing, jadi otomatis aku harus satu ruangan dengan Ali. Dia sama sekali tidak pernah bicara padaku, jika ada sesuatu hal yang ingin disampaikan dia akan berbicara seadanya saja.Aku pun bergegas pergi menuju keruang Kepala, mungkin aku akan di omeli habis-habisan kali ini. Karena dari kemarin aku selalu salah saat membuat laporan penjualan.Tok Tok Tok"Permisi," aku membuka pintu dan segera masuk kedalam. Tapi disani tidak ada siapa-siapa, hanya ada aku yang berdiri masih memegang kenop pintu.Karena aku merasa tadi memang dipanggil, lebih baik aku memang menunggunya disini saja. Akupun duduk di sofa yang ada di ruangan ini, ternyata ruangan ini sangat nyaman dan bagus. Kenapa Maya tid
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 16POV RahmanAku tercengang mendengar penjelasan Pak David barusan. Aku tidak menyangka jika Handoko adalah pemilik dari perusahaan ini. Bibirku terasa kelu, aku berusaha memegang dada yang terasa sakit. Bagaimana bisa dia lebih maju dariku. Bukankah dulu aku mendengar berita jika keluarganya sudah bangkrut. Kenapa sekarang Handoko malah semakin jaya."Kenapa? Kamu kaget Rahman? Ternyata aku adalah bos kamu," ejek Handoko sambil tersenyum sinis. Aku sungguh terhina dengan perlakuan dia sekarang. Ingin sekali aku keluar saja dari perusahaan ini. Tapi nyatanya aku tidak bisa, Maya pasti akan marah-marah karena aku keluar dari perusahaan.Apalagi selama ini aku juga sangat susah mencari pekerjaan kantoran. Maya pasti akan terus menghinaku jika terus jadi pengangguran. Lebih baik memang aku diam, karena memang aku yang salah."Ini laporan kamu yang buat? Laporan ini salah. Tolong perbaiki, ini saja kok nggak becus," tegas Handoko lagi sambil melemparkan m
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 17POV AliTidak terasa aku sudah bekerja selama dua bulan di sini. Aku juga sudah mendaftarkan kuliah di salah satu Universitas Terbuka. Jadi aku bisa kuliah via online, jam masuknya juga Sabtu dan Minggu. Jadi aku bisa membagi waktu antara pekerjaan dan pendidikan."Kamu udah siap, Al?" tanya Pak Handoko saat aku sedang bersiap di kamar. Hari ini rencananya kami akan menjemput Ibu dan adik-adikku. Mereka akan pindah semuanya ke sini. Pak Handoko sudah mengatur semuanya. Termasuk tempat mereka tinggal nanti, dan juga proses pindah sekolah mereka."Udah, Om. Tapi kata Ibu kita tunggu di ruko aja. Karena mereka udah jalan," jawabku sambil memakai sepatu."Oh ya? Maaf ya, ini semua gara-gara Om tadi yang ada meeting mendadak," jawab Om Handoko sambil menghela nafas berat."Ya nggak, Om. Nggak masalah, lagian kan kita udah nyuruh orang buat jemput mereka," ucapku lagi. Setelah selesai, aku mengambil ponsel dan berjalan ke arah Om Handoko yang masih berdir
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 18POV AliAku pergi meninggalkan mereka dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Dadaku bergemuruh hebat, air mataku tidak bisa lagi aku tahan. Segera aku tarik kaca helm agar tidak terlihat oleh pengendara lain. Aku terisak dalam diam, harapan kami memang sudah hancur. Tapi aku tidak menyangka jika kami dianggap beban oleh Ayah.Aku pikir Ayah meninggalkan kami karena sudah tidak lagi mencintai Ibu. Atau juga mungkin karena Ibu dan Ayah sudah tidak sekata. Tapi nyatanya aku salah, Ayah pergi karena kami. Anak-anaknya yang banyak, makanya dia pergi dan meninggalkan tanggung jawabnya.Dadaku kian sesak, pandanganku mulai kabur karena menangis. Aku berusaha membuka kaca helm dan ingin menghapus air mata yang sudah menerjang bebas. Tiba-tiba.Bruk!Aku jatuh tersungkur dengan motor di atas paha. Ada mobil di depan yang sedang ikut berbelok, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas tadi. Karena terhalang dengan air mata. Terasa ada yang memegangiku untuk b
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 19POV Ali"Kamu kenapa sih? Emangnya muka aku kayak setan ya?" tanyanya kesal karena melihatku terkejut saat setiap kali melihatnya. Padahal nyatanya, jantungku sedang tidak bisa diajak bekerja sama setiap kali melihatnya. Ali, sadar. Kamu bahkan belum tau namanya."Nggak, bukan gitu. Tapi tiba-tiba saja jantungku sakit," jawabku sambil memegang bagian depan dada. Aku bahkan bisa mendengar sendiri suara detak jantung yang tidak beraturan. Ternyata benar kata orang-orang, cinta pada pandangan pertama itu ada.**"Jantung kamu masih sakit?" tanya wanita itu setelag kami sampai di depan bengkel. Motorku tadi ternyata sudah diperbaiki, karena memang kerusakannya tidak terlalu parah. Jadi bisa langsung diperbaiki hari ini juga. Setelah dari rumah sakit tadi, aku langsung menyuruhnya untuk mengantarkan aku ke bengkel. Karena aku tidak ingin terlambat sampai ke tempat Ibu. Dia pasti akan sangat cemas jika aku tidak sampai-sampai ke sana."Tidak. Terimakasih
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 58POV Ali"Yudha, cukup. Yudha hentikan. Kamu bisa membunuhnya," teriak Tante Maya berusaha mencegah Yudha yang sedang memukul Ayah.Yudha sangat membenci Ayah dan Ibunya sendiri. Dia memukuli Ayah tanpa ampun, namun karena kondisi Ayah yang sedang sakit membuatnya tidak bisa membalas pukulan Yudha. Dia terlihat hanya pasrah dengan apapun yang dilakukan oleh Yudha padanya. Sungguh berbeda ketika dia memperlakukan kami dulu.Aku masih sangat ingat bagaimana Ibu bercerita tentang Ayah yang waktu itu mengambil Mia. Malam itu Ayah memukuli Lukman dengan sangat brutal. Seolah dia dan Lukman tidak terikat hubungan darah. Ayah membuat wajah Lukman babak belur dan lebam. Lukman juga tidak bisa bersekolah selama satu Minggu. Karena malu bekas pukulan ayah masih berbekas pada wajahnya.Ayah memang pantas mendapatkan semua ini. Mungkin
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 57POV Ali"Nggak gitu, Yud. Sebenarnya orang yang selama ini menjadi ayah tiri kamu itu Ayahku," ucapku yang membuat tawa Yudha terhenti. Dia menegang, sama seperti jantungku yang seakan berhenti berdetak."Bhahaha … Lo itu kalau ngomong suka ngaco ya. Udah nggak usah buat lelucon yang nggak lucu. Gue udah maafin, Lo kok. Lagian Alea memang pantasnya sama Lo. Bukan sama gue, yang masih pecicilan," balas Yudha yang tertawa terpingkal. Aku sama sekali tidak membalas tawanya itu. Karena aku memang serius, tidak ada kebohongan di dalamnya."Udah deh, Al. Mending Lo pulang aja. Gue emang patah hati, tapi nggak sudi lah Gue dihibur sama orang yang sama. Dah sana pulang," sambung Yudha lagi sambil mengibaskan tangannya. Dia berusaha tersenyum, namun seiring waktu senyumnya memudar. Dai menatapku serius, karena sepertinya dia menyada
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 56Entah sudah berapa lama aku di sini, di depan rumah Yudha. Ketika aku tadi mengejar Yudha dari rumah Alea, ternyata dia sudah naik mobil dan pulang ke rumahnya. Aku mengikutinya dari belakang. Karena aku takut dia malah pergi ke tempat maksiat seperti malam itu. Bagaimana pun aku sudah menganggapnya keluarga. Terlepas siapa Ibunya, tapi aku dan dia sama-sama menjadi korban keegoisan orang tua."Yud, buka pintunya Yud. Aku pengen ngomong," teriakku sambil menggedor-gedor pintu rumah Yudha. Tapi sudah beberapa kali aku mengetuk pintu, tidak ada tanda-tanda dia akan keluar.DddrrttPonselku dari tadi bergetar, namun belum sekalipun aku mengangkat panggilan itu. Namun kali ini aku mencoba melihat siapa yang menghubungiku dari tadi. Ah, ternyata Salma. Dia pasti ingin menanyakan kenapa sampai jam segini aku belum juga datang untuk makan malam bersam
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 55"Sejak kapan, Al?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Yudha ketika beberapa saat hening di antara kami.Tadi ketika aku ingin mengajak Alea untuk langsung berangkat ke rumah untuk makan malam. Tiba-tiba saja Yudha datang ke rumah Alea dengan membawa satu buket bunga. Namun ketika melihatku yang juga berada di dalam rumah Alea. Yudha mendadak diam dan menyembunyikan bunga tersebut di belakang tubuhnya.Aku mengajaknya untuk duduk di taman depan rumah Alea. Bukan tanpa sebab, aku hanya ingin menjelaskan semuanya pada Yudha agar dia tidak salah paham. Aku tidak ingin gara-gara masalah perasaan, hubunganku dengannya akan terputus. Apalagi mengingat hanya dia sahabat yang bisa mengerti keadaanku selama ini."Yud, aku nggak tau harus menjelaskan dari mana. Tapi ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," ucapku yang membuat Yudha berdecak. Dia te
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 54"Kurang ajar kalian semua. Ingat ya, aku akan membalas semuanya," teriak Maya ketika sudah sampai di depan parkiran mobil. Dia masih saja berteriak seperti orang kesetanan sambil menunjuk-nunjuk ke arah Aini dan anak-anaknya.Beberapa pengunjung yang berada di sana melihat dengan heran ke arah Maya yang penampilannya sekarang seperti orang gila. Bajunya yang hanya berlengan pendek basah semua sehingga menampilkan bahan dalaman yang dia kenakan. Rambutnya sudah awutan dan mengeras karena telur yang dipecahkan oleh Salma. Tidak hanya itu, wajahnya penuh dengan tepung yang dilempari oleh Salma juga."Orang itu kenapa, Mbak? Kok keluar dari sini kayak gitu sih?" tanya salah satu pelanggan yang ada di sana. Mungkin dia merasa heran kenapa Maya keluar dari toko tapi penampilannya seperti orang gila."Ada sedikit masalah tadi, Bu. Mohon maaf jika memb
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Tega sekali kamu mengatakan jika aku hanya supir," gumam Rahman dengan nada kecewa terhadap Maya. Saat ini kamar sudah selesai dibersihkan dan juga sprei sudah diganti oleh staf kebersihan rumah sakit.Rahman pikir Maya sudah berubah dan mau menjenguk serta merawatnya dengan baik. Ternyata Maya bahkan malu jika harus mengakui dirinya sebagai suami. Miris."Aku nggak nyangka ini balasan kamu setelah aku mengorbankan semuanya," ucao Rahman lagi yang membuat Maya terpaksa menoleh ke arahnya. Dari tadi Maya hanya diam dan sibuk berselancar dengan ponsel pintarnya. Tidak memperdulikan bagaimana perasaan Rahman yang kecewa dengan ucapannya tadi. Maya sedikitpun tidak takut jika Rahman akan marah, toh nanti mereka akan baikan lagi."Mas, udah deh. Kamu jangan mempermasalahkan hal yang kecil kayak gini. Kamu itu lagi sakit, mending istirahat," j
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Yud, buka pintunya," teriak Maya sambil menggedor-gedor pintu kamar Yudha. Ini masih jam enam pagi, tapi Maya sudah bangun dan memanggil Yudha yang masih tertidur dengan pulas. Maklum, Yudha baru sampai ke rumah jam 2.30 dini hari."Yudha … kamu dengar nggak sih. Bangun dulu, nanti kamu tidur lagi juga nggak papa," teriak Maya lagi sambil terus menggedor pintu kamar. Namun sepertinya tidak ada jawaban atau harapan jika Yudha akan membukanya. Maya putus asa dan langsung kembali turun ke lantai bawah. Percuma membangunkan Yudha, jika dia sudah tidur maka tidak ada yang bisa membangunkan dia. Bahkan gempa bumi sekalipun."Tidur persis Ayahnya, bahkan kalau ada bom meledak sekalipun dia tidak akan bangun," gerutu Maya seraya turun menuruni tangga. Hampir saja dia terpeleset saat kakinya menginjak tangga yang sedikit basah."Rahman lag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 52"Kamu beneran mau pulang, Yud? Nggak mau temani Ayah semalam saja?" tanya Rahman dengan suara parau pada Yudha. Saat ini keadaan Rahman sudah agak membaik setelah dokter sudah menyuntikkan obat anti nyeri. Setelah dokter dan dua perawat tadi keluar, Yudha dan Ali juga berencana akan segera pulang. Apalagi mengingat besok mereka ada acara penting lainnya."Heh, nggak usah sok akrab deh Lo. Ayah Ayah! Gue bukan anak Lo, nggak sudi tau nggak!" sungut Yudha kesal. Dia menatap Rahman dengan tatapan sinis dan mengejek. Yudha sangat marah ketika Rahman menyebut dirinya sendiri sebagai Ayah. Karena menurut Yudha, Rahman sama sekali tidak pantas disebut sebagai laki-laki yang bergelar Ayah. Tidak pantas."Tapi, Yud. Setidaknya sampai Mamamu datang," ucap Rahman lagi mengiba. Dia sangat takut sendirian, dan Ali mengetahui itu. Karena setiap kali Rahman mengalami sakit di bag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 51POV Ali"Al, Lo di sini bentar ya. Gue mau nelpon nyokap gue dulu. Kesel gue lama-lama," ucap Yudha sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.Aku mengangguk mengiyakan, setelah itu Yudha langsung keluar dari ruangan empat kali tiga meter ini. Ayah sudah ada di ruangan pasien, dia yang meminta sendiri untuk dimasukkan ke dalam ruangan VIP. Karena katanya dia tidak sanggup berdempetan dengan pasien lainnya. Aku dan Yudha hanya mengangguk mengiyakan, karena Yudha mengatakan jika ada mamanya yang akan membayar.Ternyata sakit ini tidak membuat Ayah sadar. Dia masih saja banyak permintaan dan keluhan, padahal dia melihat sendiri bagaimana wanita itu membiarkan dia tergeletak lemas di lantai. Aku memilih duduk di sofa yang berada di dekat pintu. Padahal ini sudah tengah malam, seharusnya aku sudah berada di tempat tidur dan istirahat.&n