Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 19POV Ali"Kamu kenapa sih? Emangnya muka aku kayak setan ya?" tanyanya kesal karena melihatku terkejut saat setiap kali melihatnya. Padahal nyatanya, jantungku sedang tidak bisa diajak bekerja sama setiap kali melihatnya. Ali, sadar. Kamu bahkan belum tau namanya."Nggak, bukan gitu. Tapi tiba-tiba saja jantungku sakit," jawabku sambil memegang bagian depan dada. Aku bahkan bisa mendengar sendiri suara detak jantung yang tidak beraturan. Ternyata benar kata orang-orang, cinta pada pandangan pertama itu ada.**"Jantung kamu masih sakit?" tanya wanita itu setelag kami sampai di depan bengkel. Motorku tadi ternyata sudah diperbaiki, karena memang kerusakannya tidak terlalu parah. Jadi bisa langsung diperbaiki hari ini juga. Setelah dari rumah sakit tadi, aku langsung menyuruhnya untuk mengantarkan aku ke bengkel. Karena aku tidak ingin terlambat sampai ke tempat Ibu. Dia pasti akan sangat cemas jika aku tidak sampai-sampai ke sana."Tidak. Terimakasih
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 20 POV Ali"Kamu kok nggak bilang-bilang sih kalau ketabrak? Ibu kan bisa jemput kamu ke sana," ucap Ibu saat melihat kondisiku. Ketika aku masuk tadi, Ibu langsung menangis melihat kaki dan dahiku yang luka. Untungnya Salma belum bangun, jadinya aku tidak harus mengahadapi dua wanita sekaligus."Ali nggak papa, Bu. Makanya Ali nggak ngasih tau," jawabku sambil terus memeluk Ibu yang masih terisak. Om Handoko dan Andre masih menyuruh orang untuk membereskan beberapa barang yang dibawa dari desa ke sini. Rumah yang dulu kami tempati sudah disewakan oleh Ibu. Katanya Ibu tidak ingin menjual warisan orang tuanya. Walaupun rumah itu bisa mengingatkan Ibu tentang Ayah. Tetap saja Ibu tidak ingin menjualnya."Jadi tadi kamu ke sini bawa motor sendiri, Al?" tanya Andre padaku."Nggak. Aku tadi diantar teman, Dre. Kebetulan tadi jumpa di jalan," jawabku yang dibalas anggukan oleh Andre."Yaudah kamu istirahat aja ya. Jangan banyak gerak, kalau perlu besok kam
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 21POV Maya"Anakmu itu benar-benar kurang ajar, Mas. Benar-benar tidak ada pendidikan," makiku saat kami sedang dalam perjalanan pulang.Dadaku naik turun menahan semua amarah yang akan meledak. Ali benar-benar sudah melewati batas. Dia berani menamparku, ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus membalas semua perbuatannya. Jika aku tidak bisa mengusiknya. Aku akan menyakiti keluarganya. Anak-anaknya Mas Rahman itu banyak, jadi bisa dengan mudah aku menyakiti mereka. Aku akan buat perhitungan dengan mereka. Akan aku hancurkan hidup mereka satu persatu."Kamu kenapa diam aja, Mas? Beri pelajaran untuk anak kamu itu. Aku tidak mau tau pokoknya, Ali harus minta maaf padaku," sungutku lagi pada Mas Rahman yang masih fokus mengemudikan mobil."Jadi aku harus apa, Maya? Kamu lihat sendiri kan tadi bagaimana kalau Ali marah. Aku tidak bisa melawannya, tenagaku sudah pasti kalah," balas Mas Rahman yang semakin membuat emosiku bertambah."Aaghhrr …." Aku frustasi m
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 22Pov MayaAku menatap nanar kepergian Yudha, dia pergi dengan membanting pintu. Hatiku hancur saat melihat dia menjadi sangat pembangkang seperti sekarang. Semenjak dia lahir, memang tidak pernah sekalipun dia menerima kasih sayang dari keluarga. Dia hidup tanpa cinta dan kasih sayang.Dulu, setelah aku ketahuan hamil dan dikeluarkan dari kampus. Ibu dan Ayah menyuruhku untuk kembali kuliah di tempat lain. Setelah Yudha lahir, dia sepenuhnya diurus oleh Ibu dan Ayah. Mereka tidak memperbolehkan aku untuk merawat Yudha. Mereka menyuruhku untuk fokus menyelesaikan pendidikan. Sehingga aku bisa melanjutkan pendidikan S2. Setelah itu aku melamar menjadi seorang dosen di salah satu universitas swasta. Pemiliknya adalah teman Ayah, jadi aku bisa dengan mudah menjadi dosen tetap di sana.Aku pernah mendatangi Mas Hendri, laki-laki yang menghamiliku dulu. Tapi dia bersikap seolah tidak mengenaliku. Apalagi waktu itu istrinya yang barbar itu baru siap melahir
"Iya, Sayang. Apa saja untuk kamu," jawab Mas Rahman yang kembali membuat suasana hatiku cerah."Kalau wanita itu ngelarang gimana?" tanyaku lagi."Ya dia nggak bisa larang lah. Si Mia kan juga anakku. Anak kami banyak, jadi kalau kita ambil satu saja. Kayaknya tidak ada masalah," jawab Mas Rahman lagi yang semakin membuatku senang."Makasi, Mas. Kamu memang pengertian," pujiku yang dibalas senyuman Mas Rahman. Aini, kamu akan semakin terluka karena kehilangan anak. Aku ambil satu persatu kebahagiaan milikmu.**Setelah mengantarkan Mas Rahman ke kantor tempat dia bekerja. Aku langsung menancap gas ke butik. Katanya di daerah ini ada butik yang sedang grand opening. Jadi diadakan diskon sampai lima puluh persen. Aku harus ke sana, siapa tau aku bisa beruntung mendapatkan baju dengan kualitas bagus.Sambil bersenandung ria, aku memacu mobilku dengan kecepatan sedang. Rasanya aku belum hidup tenang jika belum membalaskan dendamku pada mereka semua.Akhirnya setelah melakukan perjalanan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 23POV Ali"Gimana lukamu?" tanya Om Handoko saat kami sedang duduk di dalam ruangan Pak David. Om Handoko menelpon dan menyuruhku untuk menemuinya di ruangan Pak David. Karena memang ini hanya kantor cabang. Aku yang sedang mengerjakan beberapa laporan, diminta untuk segera ke ruangan Pak David."Alhamdulillah, sudah jauh lebih baik, Pak," jawabku sambil sedikit tersenyum. Aku memang memanggil Om Handoko dengan panggilan Pak jika di kantor. Aku tidak ingin semua orang tau jika aku tinggal serumah dengannya."Bagus. Kamu memang harus cepat sembuh, karena banyak sekali pekerjaan yang sedang menanti," balas Om Handoko lagi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman."Jadi Om sengaja manggil kamu ke sini biar Pak David tau yang mana kamu," sambung Om Handoko yang membuatku mengernyit heran."Iya, Ali. Ternyata Pak Handoko tidak salah pilih, dia tau mana karyawan mana yang punya kualitas bagus," timpal Pak David yang membuatku semakin penasaran. Karena aku tid
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 24POV Aini"Mau apa kalian ke sini?" Terdengar suara teriakan Salma dari luar. Aku yang sedang menidurkan Anto segera bangkit dari tempat tidur. Setelah memastikan Anto terlelap dalam tidurnya, aku segera keluar dari kamar.Kamar kami memang berada di lantai dua, karena lantai pertama sudah penuh dengan baju dan gudang tempat penyimpanan kain dan manekin."Ibu, Abang …." Teriakan Salma kembali terdengar. Aku segera lari dan turun ke bawah untuk melihat apa yang terjadi. Rasanya dadaku sangat sesak karena berlari dan menuruni tangga dengan cepat."Pergi! Pergi dari sini!" "Ada apa, Sayang?" Suaraku tercekat saat melihat siapa yang datang dan yang membuat Salma marah-marah."Ibu, tolong usir mereka, Bu. Jangan biarkan mereka masuk dan kembali mengusik hidup kita," ucap Salma sambil menangis. Aku segera memeluknya, dan berusaha menenangkannya yang masih terisak.Mas Rahman dan wanita itu berdiri di depan kami dengan senyum mengejek. Jujur saja, luka ini
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 25POV AliAku memacu motorku dengan kecepatan tinggi. Tidak lagi aku pedulikan keselamatan diri. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah Mia dan Ibu. Kenapa Ayah dan wanita itu sangat ingin membuat keluargaku hancur dan sedih. Apa sebenarnya motif dibalik semua ini. Apakah ini maksud perkataan Ayah tadi di kantor. Dia mengatakan akan mengurangi beban ku.Itu artinya dia mengambil Mia untuk membuatku dan Ibu menjadi semakin terluka dan tersiksa. Tidak terasa air mataku luruh, entah sudah berapa kali aku harus menangis sendiri seperti ini. Aku harus menahan semua penderitaan yang penyebabnya adalah Ayahku sendiri. Aku tidak mengenalnya lagi, Ayah sudah sangat berubah.Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika keluarga kami akan seperti ini. Ayah memang bukan Ayah yang terbaik selama ini. Tapi dia juga tidak pernah menjadi Ayah terburuk seperti sekarang.Setelah menempuh perjalanan dari rumah Om Handoko ke toko. Aku segera memarkirkan motor di depan, aku
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 58POV Ali"Yudha, cukup. Yudha hentikan. Kamu bisa membunuhnya," teriak Tante Maya berusaha mencegah Yudha yang sedang memukul Ayah.Yudha sangat membenci Ayah dan Ibunya sendiri. Dia memukuli Ayah tanpa ampun, namun karena kondisi Ayah yang sedang sakit membuatnya tidak bisa membalas pukulan Yudha. Dia terlihat hanya pasrah dengan apapun yang dilakukan oleh Yudha padanya. Sungguh berbeda ketika dia memperlakukan kami dulu.Aku masih sangat ingat bagaimana Ibu bercerita tentang Ayah yang waktu itu mengambil Mia. Malam itu Ayah memukuli Lukman dengan sangat brutal. Seolah dia dan Lukman tidak terikat hubungan darah. Ayah membuat wajah Lukman babak belur dan lebam. Lukman juga tidak bisa bersekolah selama satu Minggu. Karena malu bekas pukulan ayah masih berbekas pada wajahnya.Ayah memang pantas mendapatkan semua ini. Mungkin
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 57POV Ali"Nggak gitu, Yud. Sebenarnya orang yang selama ini menjadi ayah tiri kamu itu Ayahku," ucapku yang membuat tawa Yudha terhenti. Dia menegang, sama seperti jantungku yang seakan berhenti berdetak."Bhahaha … Lo itu kalau ngomong suka ngaco ya. Udah nggak usah buat lelucon yang nggak lucu. Gue udah maafin, Lo kok. Lagian Alea memang pantasnya sama Lo. Bukan sama gue, yang masih pecicilan," balas Yudha yang tertawa terpingkal. Aku sama sekali tidak membalas tawanya itu. Karena aku memang serius, tidak ada kebohongan di dalamnya."Udah deh, Al. Mending Lo pulang aja. Gue emang patah hati, tapi nggak sudi lah Gue dihibur sama orang yang sama. Dah sana pulang," sambung Yudha lagi sambil mengibaskan tangannya. Dia berusaha tersenyum, namun seiring waktu senyumnya memudar. Dai menatapku serius, karena sepertinya dia menyada
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 56Entah sudah berapa lama aku di sini, di depan rumah Yudha. Ketika aku tadi mengejar Yudha dari rumah Alea, ternyata dia sudah naik mobil dan pulang ke rumahnya. Aku mengikutinya dari belakang. Karena aku takut dia malah pergi ke tempat maksiat seperti malam itu. Bagaimana pun aku sudah menganggapnya keluarga. Terlepas siapa Ibunya, tapi aku dan dia sama-sama menjadi korban keegoisan orang tua."Yud, buka pintunya Yud. Aku pengen ngomong," teriakku sambil menggedor-gedor pintu rumah Yudha. Tapi sudah beberapa kali aku mengetuk pintu, tidak ada tanda-tanda dia akan keluar.DddrrttPonselku dari tadi bergetar, namun belum sekalipun aku mengangkat panggilan itu. Namun kali ini aku mencoba melihat siapa yang menghubungiku dari tadi. Ah, ternyata Salma. Dia pasti ingin menanyakan kenapa sampai jam segini aku belum juga datang untuk makan malam bersam
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 55"Sejak kapan, Al?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Yudha ketika beberapa saat hening di antara kami.Tadi ketika aku ingin mengajak Alea untuk langsung berangkat ke rumah untuk makan malam. Tiba-tiba saja Yudha datang ke rumah Alea dengan membawa satu buket bunga. Namun ketika melihatku yang juga berada di dalam rumah Alea. Yudha mendadak diam dan menyembunyikan bunga tersebut di belakang tubuhnya.Aku mengajaknya untuk duduk di taman depan rumah Alea. Bukan tanpa sebab, aku hanya ingin menjelaskan semuanya pada Yudha agar dia tidak salah paham. Aku tidak ingin gara-gara masalah perasaan, hubunganku dengannya akan terputus. Apalagi mengingat hanya dia sahabat yang bisa mengerti keadaanku selama ini."Yud, aku nggak tau harus menjelaskan dari mana. Tapi ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," ucapku yang membuat Yudha berdecak. Dia te
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 54"Kurang ajar kalian semua. Ingat ya, aku akan membalas semuanya," teriak Maya ketika sudah sampai di depan parkiran mobil. Dia masih saja berteriak seperti orang kesetanan sambil menunjuk-nunjuk ke arah Aini dan anak-anaknya.Beberapa pengunjung yang berada di sana melihat dengan heran ke arah Maya yang penampilannya sekarang seperti orang gila. Bajunya yang hanya berlengan pendek basah semua sehingga menampilkan bahan dalaman yang dia kenakan. Rambutnya sudah awutan dan mengeras karena telur yang dipecahkan oleh Salma. Tidak hanya itu, wajahnya penuh dengan tepung yang dilempari oleh Salma juga."Orang itu kenapa, Mbak? Kok keluar dari sini kayak gitu sih?" tanya salah satu pelanggan yang ada di sana. Mungkin dia merasa heran kenapa Maya keluar dari toko tapi penampilannya seperti orang gila."Ada sedikit masalah tadi, Bu. Mohon maaf jika memb
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Tega sekali kamu mengatakan jika aku hanya supir," gumam Rahman dengan nada kecewa terhadap Maya. Saat ini kamar sudah selesai dibersihkan dan juga sprei sudah diganti oleh staf kebersihan rumah sakit.Rahman pikir Maya sudah berubah dan mau menjenguk serta merawatnya dengan baik. Ternyata Maya bahkan malu jika harus mengakui dirinya sebagai suami. Miris."Aku nggak nyangka ini balasan kamu setelah aku mengorbankan semuanya," ucao Rahman lagi yang membuat Maya terpaksa menoleh ke arahnya. Dari tadi Maya hanya diam dan sibuk berselancar dengan ponsel pintarnya. Tidak memperdulikan bagaimana perasaan Rahman yang kecewa dengan ucapannya tadi. Maya sedikitpun tidak takut jika Rahman akan marah, toh nanti mereka akan baikan lagi."Mas, udah deh. Kamu jangan mempermasalahkan hal yang kecil kayak gini. Kamu itu lagi sakit, mending istirahat," j
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Yud, buka pintunya," teriak Maya sambil menggedor-gedor pintu kamar Yudha. Ini masih jam enam pagi, tapi Maya sudah bangun dan memanggil Yudha yang masih tertidur dengan pulas. Maklum, Yudha baru sampai ke rumah jam 2.30 dini hari."Yudha … kamu dengar nggak sih. Bangun dulu, nanti kamu tidur lagi juga nggak papa," teriak Maya lagi sambil terus menggedor pintu kamar. Namun sepertinya tidak ada jawaban atau harapan jika Yudha akan membukanya. Maya putus asa dan langsung kembali turun ke lantai bawah. Percuma membangunkan Yudha, jika dia sudah tidur maka tidak ada yang bisa membangunkan dia. Bahkan gempa bumi sekalipun."Tidur persis Ayahnya, bahkan kalau ada bom meledak sekalipun dia tidak akan bangun," gerutu Maya seraya turun menuruni tangga. Hampir saja dia terpeleset saat kakinya menginjak tangga yang sedikit basah."Rahman lag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 52"Kamu beneran mau pulang, Yud? Nggak mau temani Ayah semalam saja?" tanya Rahman dengan suara parau pada Yudha. Saat ini keadaan Rahman sudah agak membaik setelah dokter sudah menyuntikkan obat anti nyeri. Setelah dokter dan dua perawat tadi keluar, Yudha dan Ali juga berencana akan segera pulang. Apalagi mengingat besok mereka ada acara penting lainnya."Heh, nggak usah sok akrab deh Lo. Ayah Ayah! Gue bukan anak Lo, nggak sudi tau nggak!" sungut Yudha kesal. Dia menatap Rahman dengan tatapan sinis dan mengejek. Yudha sangat marah ketika Rahman menyebut dirinya sendiri sebagai Ayah. Karena menurut Yudha, Rahman sama sekali tidak pantas disebut sebagai laki-laki yang bergelar Ayah. Tidak pantas."Tapi, Yud. Setidaknya sampai Mamamu datang," ucap Rahman lagi mengiba. Dia sangat takut sendirian, dan Ali mengetahui itu. Karena setiap kali Rahman mengalami sakit di bag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 51POV Ali"Al, Lo di sini bentar ya. Gue mau nelpon nyokap gue dulu. Kesel gue lama-lama," ucap Yudha sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.Aku mengangguk mengiyakan, setelah itu Yudha langsung keluar dari ruangan empat kali tiga meter ini. Ayah sudah ada di ruangan pasien, dia yang meminta sendiri untuk dimasukkan ke dalam ruangan VIP. Karena katanya dia tidak sanggup berdempetan dengan pasien lainnya. Aku dan Yudha hanya mengangguk mengiyakan, karena Yudha mengatakan jika ada mamanya yang akan membayar.Ternyata sakit ini tidak membuat Ayah sadar. Dia masih saja banyak permintaan dan keluhan, padahal dia melihat sendiri bagaimana wanita itu membiarkan dia tergeletak lemas di lantai. Aku memilih duduk di sofa yang berada di dekat pintu. Padahal ini sudah tengah malam, seharusnya aku sudah berada di tempat tidur dan istirahat.&n