Semua Malaikat raksasa yang berlutut di hadapan Reka hanya diam dan menunduk saja, dan Reka tetap merasakan rakut pada mereka karena ingatannya sendiri tentang mereka di medan perang. Selain rasa takut yang Reka alami, dia juga merasakan penasaran dengan situasi dan tempat keberadaannya pada saat itu. Dia merasakan perasaan yang tidak asing, tetapi dia tidak pernah ingat bila tahu tempat atau situasi yang dia alami.“Ka-kal, kal--,”“Kami adalah pelayan setia anda,” jawab salah satu Malaikat raksasa.Jawaban yang Malaikat raksasa berikan sesuai dari apa yang ingin Reka ketahui, namun dia tidak mengerti maksud dari ucapannya. Mereka yang merupakan sosok dari pasukan utama Dewi yang cukup kuat, dan saat itu sedang menjadi musuh yang mereka lawan. Setelah Reka berpikir lebih dalam untuk memahami ucapannya, Reka mencoba menebaknya.“Apa kalian adalah pelayan dari Dewi Rerka?”“Benar sekali, kami adalah pelayan setia dari Dewi Rerka.”Apa yang Reka pikirkan ternyata benar,dan emosinya lang
“Semua Malaikat berkumpul kemari,” teriak Reka.Meski teriakkannya tidak mencapai tempat Ken dan Murka, para Malaikat yang bertarung dengan mereka berdua juga mengikuti perintah Reka. Prilaku aneh para Malaikat membuat mereka berdua bingung, dan itu jadi kesempatan untuk keduanya menuju tempat rekannya untuk membantu mereka. Ken yang merasa aneh bergegas menuju tempat Reka dan Yuna, dan dari kejauhan dia melihat semua Malaikat berkumpul menuju tempat Reka.Ken yang tidak tahu apa yang terjadi, tidak mau berpikir panjang lebar lagi dan langsung mengambil sebuah tindakan yang menurutnya terbaik. Dia langsung mengambil sebuah cambuk yang tergeletak, dan dia bermaksud menghentikan pergerakan para malaikat yang berjalan menuju Reka. Skill yang Ken miliki berhasil membuat cambuk yang dia ambil bisa memanjang hingga puluhan kilomater dan menghadang para Malaikat, namun anehnya para Malaikat raksasa itu hanya terus berjalan seperti robot mainan.Ken yang berhasil menahan mereka mempercepat la
Tiga hari sebelum perang dimulai.Dewi Aria yang merasa bila Dion memiliki dendam yang mendalam kepada Ken, memanggil Dion dan bertanya tentang hubungan mereka berdua. Dion langsung mengungkapkan semuanya kepadanya, dan dia juga menceritakan tentang sahabat Ken yang memiliki nama sama dengannya. Mendengar cerita Dion, Dewi Aria juga bercerita bila sahabat yang Dion maksud adalah Murka yang dulu pernah menjadi Pahlawan, namun dia berbalik melawan Dewi Aria yang kemudian dikutuk olehnya menjadi Raja Iblis.Dion tidak menyangka mendengar apa yang Dewi Aria ucapkan, namun hal itu menjawab perasaan iri dan dengki yang dia rasakan saat melihat sikap mereka bedua. Kini Dion akhirnya mengerti asal perasaan bencinya kepada Murka, hal itu bukan karena Murka merupakan Raja Iblis, melainkan karena identitas asli dari Murka. Dion juga memiliki sebuah ide untuk membuat Ken kembali menderita dan membalas dendam kepadanya, kemudian Murka juga mencoba mengutarakan ide tersebut kepada Dewi Aria yang te
Ken semakin emosi saat melihat wajah Dewi Aria yang menyeringai saat dia menggunakan seluruh kekuatannya. Sedangkan Dewi Aria dengan percaya diri berdiri dari posisinya, dia yang merupakan penguasa tidak melihat Ken sebagai lawannya. Apa lagi posisi mereka saat itu berada di wailayah kekuasaan dari Dewi Aria, yang mana membuatnya diuntungkan. “Sepertinya kau sangat percaya diri bisa menang,” ucap Ken. “Tentu saja, tipuan seperti apapun yang Manusia rendahan sepertimu gunakan, tidak akan mempan kepadaku yang merupakan Dewa di dunia ini.” Apa yang Dewi Aria ucapkan memang tidak salah, karena skill tingkat tinggi yang Manusia miliki tidak akan mampu mengalahkannya. Hanya saja Dewi Aria sudah melupakan sejarah bagaimana dia bisa sampai menjadi Dewi, dan dia juga sangat percaya diri karena kekuatannya semakin bertambah. Apa lagi senjata yang dibutuhkan untuk bisa mengalahkannya sudah dia hancurkan tanpa sisa. Sedangkan Ken memikirkan cara untuk bisa kabur dan kembali ke medan perang agar
Ken melihat sebuah pedang terbang menyerangnya, dan yang dia lihat hanya sebuah pedang saja tanpa adanya mana atau aura yang menyelimuti pedang tersebut sebagai sarana untuk menggerakannya. Jika saja Ken lebih cepat menyadarinya maka Ken tidak akan terluka, apa lagi lukanya membuat lengan Ken sulit untuk di gerakkan. Ken berbalik melihat pada Dewi Aria yang sudah tersenyum dengan banyak senjata yang melayang di belakang tubuhnya.***Beberapa menit sebelumnya, saat Ken terus mendorong mundur Dewi dengan serangan beruntun, tetapi Ken masih tetap tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman dalm dirinya. Bahkan dia juga beberapa kali teralihkan pandangannya dari lawan karena merasa ada yang mengawasinya yang membuatnya susah fokus. Hanya saja Ken sama sekali tidak merasakan keberadaan siapapun di tempat itu selain dirinya dan Dewi Aria saja.Meski begitu, Ken tetap merasakan jika banyak mata yang mengawasi pertarungannya dengan Dewi Aria. Emosi Ken tiba-tiba meledak dan mempercepat te
Dewi Aria yang saat itu berhasil betahan dari serangan Ken mencoba untuk tetap terlihat kuat, namun kenyataanya dia juga terkena dampak yang cukup besar akibat ketidak siapannya. Bahkan dia harus rela dihajar oleh Ken demi membangunkan seluruh senjata yang memiliki ego di tempat tersebut, hanya saja dia juga terganggu dengan senjata yang Ken pegang. Karena senjata tersebut merupakan salah satu senjata ego miliknya, namun tidak menerima panggilanya dan tetap berada ditangan Ken sebagai senjatanya.Hal yang lebih buruknya lagi, senjata yang Ken pegang meruapakan senjata yang paling mengerikan dari senjata lainnya. Jika Dewi Aria tidak segera merebutnya hingga Ken sadar akan efek yang senjatanya miliki, maka akan berdampak buruk baginya. Dewi Aria juga terus mencoba menghubungi Dion untuk memintanya kembali dan membantunya, tetapi kondisinya saat itu membuat sihirnya sulit untuk bisa mencapai Dion.Disisi lain, Dion yang bergembira dengan menyiksa Murka, harus terhenti saat Dewi Aria ber
Murka terus berputar dengan semakin cepat saat Dion sudah masuk dalam pusaran tornadonya. “Ayah Dion sudah berada dalam jangkauan kita.”Mendengar apa yang Reka ucapkan, Murka langsung berhenti dan membuat tornadonya lenyap seketika. Kemudian Murka mengumpulkan kekuatannya, disertai oleh dukungan sihir dari Reka untuk melakukan sebuah serangan yang kuat. Murka yang sudah siap mengunci targetnya dan melompat tepat di samping Dion yang masih melayang di udara.“Brruaagkkk! Keeeuggkk!” Murka berhasil mendaratkan serangannya pada Dion.“Boooommmmm!” Dion terhempas dan menghantam tanah dengan keras.Murka kembali melesat menyerang Dion. “Terima ini, anjing sialan, duuuuuarrrrr!”Meski Murka sudah menggunakan seluruh kekuatannya dan didukung oleh sihir Reka, serangannya tidak seperti serangan pertama yang dia lakukan. Akibat semua Dion tiruan yang menghilang juga membuat kekuatannya menurun cukup banyak, namun seranganya cukup untuk memberikan dampak yang cukup besar. Hanya saja Dion masih
Dewi Aria menjadi kesal karena senjata yang sangat dia inginkan untuk kembali, malah tidak bisa dikendalikan lagi olehnya. Belum lagi kedatangan Garga disaat kekutannya sudah terkuras cukup banyak oleh Ken, bahkan Dion yang dia minta kembali masih belum muncul. Meski begitu wajahnya tetap memperlihatkan kesombongan, karena dia sudah berhasil menyingkirkan Ken yang mana merupakan penghalang utama baginya.Pada saat itu, Garga juga tidak langsung menyerang Dewi Aria dan dia melihat Ken yang sudah tidak berdaya dengan banyak senjata tertancap pada tubuhnya. “Sebentar lagi saatnya giliranmu untuk merasakan dan menjadi sasaran semua senjataku.Dewi Aria tidak pernah tahu bila Garga miliki wujud Manusia, namun dia bisa langsung mengenali Garga dari aura dan mana miliknya. Hanya saja, Dewi Aria merasa bila kekuatan Murka juga tidak sekuat dulu saat dia menyerang tempatnya untuk mengambil kembali kekuatan yang Dewi Aria pinjam. Belum lagi wujud Manusianya tampak lemah, dan dengan semua pemiki