Haikal menaikkan salah satu alisnya melihat sosok gadis yang pernah menemaninya saat masih remaja. Meskipun gedung tersebut minim pencahayaan tetapi Haikal masih bisa melihat wajahnya dikarenakan cahaya masuk dari sisi bangunan. Ayana Lathifa, gadis berwajah Arab mirip dengannya yang terkenal periang dan baik hati. Haikal tak percaya dengan adanya perubahan drastis dengannya baik segi fisik maupun sikap. Tak mungkin Haikal salah tangkap orang. Dia seorang yang teliti. Bahkan dia meminta Antonie menghubungi Embun untuk memastikan wajah gadis yang Zaara tampar malam itu. “Haikal, lepaskan tangan dan kakiku, sakit,” Ayana berkata dengan sedikit merengek dan memasang wajah memelas di hadapan mantan pujaan hatinya. Melihat gadis itu yang seperti kesakitan, Haikal menyuruh orang suruhannya untuk melepaskannya. Hanya Ayana Lathifa saja. Empat gadis yang lain masih dalam kondisi yang sama. Ayana berusaha berdiri mengimbangi Haikal yang berdiri tegap menatapnya. Namun tiba-tiba tubuh Ayan
Haikal tidak serius dengan perkataannya soal menghukum Ayana dan kawan-kawannya dengan melakukan penganiayaan yang sama. Masuk jeruji besi adalah hukuman yang patut mereka jalani meskipun hanya beberapa bulan karena penganiayaan yang dilakukan dianggap penganiayaan ringan. Dia hanya meminta Antonie untuk mengancam mereka lalu merekam pengakuan mereka.Embun pun pergi menemui Zaara yang tengah duduk di sebuah bangku sekitar TPU seperti biasa. Dia mengabarinya bahwa para pelaku penganiayaan telah dihukum. Zaara sangat senang mendengar kabar tersebut. Mereka telah menuai panen kejahatan apa yang mereka tanam.“Mas Haikal meneleponku dan meminta nomormu, Ra. Jadi … aku kasih nomor Bu Imah gak apa-apa ya,” seru Embun dengan begitu antusias. Dia ikut duduk di samping Zaara dan memainkan kakinya seperti seorang anak kecil. “Dia bilang gak enak menghubungiku terus.”“Untuk apa dia menghubungiku Embun? Kami sudah tidak punya urusan lagi,” jawab Zaara apa adanya meskipun dalam hati kecilnya dia
Zaara baru saja menikmati kabar gembira yang tiba-tiba berembus; para pelaku penganiayaan telah mendapat hukuman yang setimpal dan kedatangan Mae. Namun siapa sangka selain kabar tersebut, kabar buruk pun turut singgah tak ketinggalan. Seorang lelaki orang suruhan Safira mendatangi Zaara mengancamnya agar menjauhi Haikal.Semenjak Haikal mengucapkan kata putus pada Safira, mereka sudah tidak lagi melakukan komunikasi baik via telepon ataupun secara langsung. Ke dua waktu mereka tersita oleh pekerjaan masing-masing.Safira didera penasaran sebab dia mengira jika soal ‘putus’ hanyalah bualan belaka. Haikal sungguh tidak serius dengan keputusannya. Untuk memenuhi rasa penasarannya, dia mengunjungi kediaman Haikal.Namun rupanya takdir tak berpihak padanya. Mansion yang begitu mewah dan megah tersebut tidak ada penghuninya--semua yang tinggal di sana sibuk dengan aktifitas masing-masing di luar rumah.Kedatangan Safira hanya disambut oleh Hairi dan para pelayan muda nan cantik.“Tumben, M
Zul menarik nafas dalam dan menjawab pertanyaan Safira dengan tenang.“Zaara Nadira adalah seorang gadis tunanetra yang pernah menolong Mas Haikal sewaktu mengalami kecelakaan dulu, Mbak,” Jawaban Zul cukup bisa mewakili pertanyaan yang dilontarkan Safira yang mulai merasa curiga.Safira menaikkan alisnya sebelah dengan tatapan masih tertuju pada Zul yang lebih memilih menurunkan pandangannya pada gawai yang berada dalam genggamannya. Berpura-pura sibuk.“Hanya itu?” telisik Safira tentu saja tidak sepenuhnya percaya. Safira berpangku tangan sembari menatap intens Zul, berusaha mengamati gerak-geriknya. Semoga saja dia bisa melihat kejujuran dari gestur tubuh yang diperlihatkannya.“Iya, Mbak Safira,”Seutas senyum terpatri di wajah Zul yang meskipun sudah renta tetapi pesonanya masih cemerlang; tampan dan berwibawa. Kata-kata meyakinkan, terkesan jujur. Sayang, ada hal yang disembunyikan.“Dusta …” cetus Safira membuat Zul menganga dan sudut bibirnya gemetar. Namun segera dia menetr
Benar sekali apa kata Embun, Mas, kamu hanya iba padaku.Tubuh Zaara rubuh ke tanah seketika. Hatinya hancur berkeping-keping. Dia sudah terlanjur kecewa pada Haikal yang memberikannya perhatian lebih sehingga membuatnya salah paham.Zaara pulang dengan memikul kesedihan. Selain kecewa pada Haikal, dia juga kecewa pada dirinya sendiri mengapa begitu mudah tersentuh hanya gegara perhatian. Haikal mungkin sama seperti Ray Adrian mantan tunangannya, sama-sama playboy.Dari kejauhan seorang gadis tengah menopang dagunya dengan salah satu tangannya. Dia tersenyum puas sebab telah berhasil membuat Zaara tertekan. Zaara harus tahu posisinya di mana. Begitulah isi pikiran gadis itu, Safira Nasution.Kenyataannya Haikal telah memutuskannya. Namun dia tak terima jika salah satu penyebab hubungannya berakhir adalah karena hadirnya orang ke tiga. Yang lebih memalukan ialah saingannya seorang gadis difabel miskin.*** Zul memasuki ruangan Haikal dan duduk di kursinya. Terlihat Haikal sudah masuk
Awas, kalau kamu benar-benar mencampakkanku gegara gadis buta sialan itu.Safira bersenandika.Selama ini Safira merasa Haikal hanya memujanya sehingga dia tak pernah merasa khawatir Haikal akan berpaling darinya ataupun cemburu. Baru kali ini Safira merasa terancam karena kehadiran gadis lain yang mampu menggetarkan hati Haikal yang begitu dingin dan kaku. Zaara pasti bukan gadis biasa, pikirnya.Safira berusaha tidak reaksioner tetapi lebih memilih bermain cantik.[Tentu saja, dia selalu memberi kejutan yang manis padaku meskipun terlihat dari luar dingin. Ah, kamu pasti iri punya pacar seperti Masku,]Safira menjawab pesan temannya dengan kesal.Safira sendiri tidak tahu untuk siapa Haikal membeli perhiasan.Dengan nekad, Safira menelusuri toko perhiasan yang dikunjungi Haikal. Kebetulan temannya juga mengirim foto Haikal dan dalam foto itu tertangkap nama toko dalam neon box raksasa bertuliskan Diamond Luxury. Co. Toko perhiasan tersebut adalah salah satu toko perhiasan yang terke
Zaara bukan seorang gadis yang pantang menyerah. Dia seorang yang keras kepala. Tak mungkin dia membawa barang dagangannya kembali ke rumah. Nanti Fatimah mencercanya dengan segudang tanya dan ujung-ujungnya takkan memperbolehkan Zaara beraktifitas di luar karena kekhawatirannya. Bukan karena dagangannya tidak laku tetapi lebih pada khawatir terjadi apa-apa pada Zaara.“Neng Zaara, syukurlah ketemu di sini,” seru seorang wanita yang tiba-tiba menghampirinya. Wanita gemuk yang berwajah putih bersih tersebut terlihat berseri-seri bisa menemukan Zaara, gadis penjual bunga. Dia sudah mencari kemana-mana penjual bunga yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.Zaara menajamkan pendengarannya, menengok ke sumber suara. “Bu Asih ya?”Asih tersenyum menatap Zaara. “Benar, Neng. Beruntung bertemu di sini, sudah beberapa hari Ibu cari tukang bunga di sekitar sini tetapi tidak ada. Katanya tidak boleh jualan di sini. Kok tiba-tiba ya? Padahal di sini sudah terbiasa orang jualan bunga. Kalau di
Zaara menghentikan langkahnya tetapi tidak berani menoleh ke belakang. Ray berlari menghampiri Zaara. Semenjak kejadian waktu setahun silam, untuk pertama kalinya Ray melihat Zaara. Meskipun dia selingkuh dan memilih kekasih barunya tetapi dalam hati kecilnya dia merasa masih ada rasa sayang yang tersisa, apalagi saat melihatnya. Zaara tentu lebih cantik daripada kekasihnya yang sekarang.“Zaara, apa kamu tidak mendengarku? Aku Ray, kekasihmu,”Ray mendekati Zaara dan hendak menarik ke dua tangannya untuk direngkuhnya. Namun Zaara segera menepisnya.Baik Zaara dan Ray tidak tahu jika di belakang mereka ada Haikal yang juga turun dari kendaraannya saat mendapati Zaara berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Haikal berada di belakang Ray. Mereka baru saja melihat gedung baru milik PT Mahardika Mine Corp.Haikal ingin sekali menghampiri Zaara dan mengatakan padanya bahwa dia merindukannya. Namun sebisa mungkin dia menahannya sebab ada Ray bersamanya. Pertanyaannya adalah siapa Ray? Apa
Kediamaan Harun malam ini begitu indah, dihiasi bebungaan berwarna warni dan lampu-lampu kristal yang menggantung indah. Halaman rumah yang begitu luas tersebut telah disulap menjadi sebuah venue pernikahan garden party yang hangat dan romantis.Malam ini akan diadakan malam di mana seorang pria dan wanita akan melepas masa lajangnya dengan mengadakan walimah dan dihadiri oleh keluarga inti dan kerabat terdekat.Acara walimah aqad ijab qabul akan diadakan di sebuah pelaminan yang hanya dihadiri oleh calon mempelai pria, wali, saksi dan penghulu. Pengantin wanita menunggu di ruangan terpisah. Zaara kini terlihat cantik dengan penampilan pengantin ala Sunda, mengenakan kebaya berwarna putih tulang dan tetap memakai kerudung yang dipadupadankan dengan hiasan siger di kepalanya. Dia terlihat sangat cantik dan berbeda setelah dirias oleh seorang MUA profesional.Namun Zaara bersedih saat yang sama. Ada banyak kesedihan yang dia rasakan malam ini. Pertama dia sedih karena harus menikah den
Suatu malam yang hening, Zaara tengah duduk di taman depan rumahnya. Dia tengah termenung menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.Harum semerbak anggrek bulan yang tengah mekar menyapa indera penciumannya. Zaara merasa tenang saat menghidunya.Namun ada aroma parfum yang dia kenal familiar tiba-tiba muncul. Hanya satu orang yang dia tahu suka memakai parfum mahal dan mewah berasal dari Paris tersebut, parfum beraroma woody floral musk. Seketika Zaara berdiri dan berusaha mencari sang pemilik aroma tersebut.Mata Zaara berembun tatkala kakinya dengan begitu saja melangkah menghampiri pemuda yang begitu dia rindukan. Namun sosok pemuda yang berdiri di hadapannya memilih melangkah mundur, menghindari Zaara hingga membuat Zaara terlihat sedih dan kecewa.“Mas Haikal, kau kah itu?”Zaara spontan menyebutkan nama sang empunya aroma yang familier tersebut. Pria yang Zaara dekati memilih diam dengan pikiran yang gelisah.“Mas Haikal kenapa diam? Kenapa Mas selalu mempermainkan h
“Di mana Safira?” pekik Haikal ketika kakinya menginjak lantai sebuah apartemen. Kini Safira berada di apartemen miliknya karena lokasinya dekat dengan lokasi shooting di mana dia bekerja. Saat ini Safira Nasution memperoleh tawaran dari salah satu perusahaan advertising untuk menjadi model iklan kosmetik kecantikan.Kean yang merupakan pengawal pribadi Safira langsung menghadang jalan Haikal. Kebetulan Kean saat itu berada di luar pintu apartemen.Kean ditugasi Safira untuk berjaga di depan pintu masuk karena sang nona muda tak ingin diganggu. Dia ingin istirahat sejenak karena letih begadang beberapa hari setelah melakukan shooting.“Nona Safir tak bisa diganggu! Beliau sedang istirahat.”Kean menjawab dengan nada tegas, berharap Haikal akan segera pergi dari sana dan tak mencari gara-gara lagi dengannya. Seingat Kean, Haikal terakhir kali menghajarnya bertubi-tubi.“Aku harus bertemu dengannya sekarang! Minggir kau!” titah Haikal dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf. Haikal mem
“Kau habis dari mana?” tanya Elia berkacak pinggang saat menyambut kedatangan Haikal malam itu. Sepulang mengantar Zaara ke klinik Haikal memutuskan pulang ke kediaman sang ibu karena ada hal yang harus dibicarakan dengannya. Haikal akan mengabari tentang batalnya pernikahan di antara dirinya dan Safira sehingga ibunya tidak akan mempermasalahkannya lagi. Namun tentu Haikal tidak akan langsung mengabari malam itu karena dirinya sudah cukup letih. Dia baru akan mengabari sang ibu keesokan harinya.Siapa sangka, Elia terbangun saat mendengar suara deru mesin mobil Haikal. Melihat kedatangan putranya tersebut, Elia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama tidur berbentuk kimono, menghampiri Haikal yang baru saja masuk dengan wajah letih dan pakaian yang berantakan.“Belum tidur Mom?”Haikal hanya menimpali sang ibu dengan begitu santai. Dia berjalan melewatinya menuju kamarnya. “Aku mau istirahat Mom! Besok kita bicara. Aku letih.” Haikal memijit pelipisnya.“Tunggu, kita bicara sek
Tenggorokan Zaara terasa terbakar setelah dipaksa minum minuman cairan berwarna merah oleh pria tua bangka berperut buncit. Entah minuman apa yang diberikan olehnya. Tubuhnya terasa panas dan dia ingin sekali melepas pakaiannya saking merasa kepanasan. Namun dia berusaha menahan diri untuk tetap menjaga kewarasannya. Zaara sama sekali tak memahami reaksi tubuhnya. Dia sampai mengepalkan jemari tangannya pada lantai agar efek tersebut hilang.Pria itu hanya tersenyum miring melihat Zaara terlihat gelisah dan kepanasan. Saat Zaara akan melompat dari balkon, pria itu segera menyeret Zaara masuk ke dalam kamar tersebut setelah memaksanya minum.“Argh, apa ini? Kenapa dengan tubuhku. Panas sekali. Aku tak tahan. Aku harus mengguyur tubuhku dengan air dingin.”Zaara bergumam tak karuan. Namun karena pria tua masih berdiri di hadapannya, Zaara menahan diri untuk tidak melewatinya. Pria itu berdiri tepat di depan Zaara yang duduk bersimpuh dengan kondisi memprihatinkan.Pria tua mengambil pon
Karena menghindari pengendara yang ugal-ugalan Haikal justru membanting stir dan dia nyaris menabrak seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih tengah berjalan kaki di sisi jalan. Saat itu dia sedang dalam perjalanan menuju istal kuda milik keluarganya. Untuk menghilangkan rasa penat karena begitu banyak beban yang menghimpit pikirannya dia berencana akan berkuda.Pria tua itu baru saja keluar dari pintu parkiran area rumah sakit. Akhirnya dia jatuh bersimpuh karena kaget. Lututnya terbentur jalan beraspal. Pasti terasa sakit sekali apalagi usianya sudah tak lagi muda.Haikal pun segera menepikan kendaraan beroda empatnya ke tepi jalan dan segera turun untuk menghampiri pria itu. Dia harus memastikan jika pria tua itu baik-baik saja. Jika terjadi apa-apa dengannya maka dia akan bertanggung jawab untuk mengobatinya. Seperti itulah yang seharusnya Haikal lakukan.“Pak, maafkan saya. Bapak tidak apa-apa?” tanya Haikal dengan ke dua tangan berusaha merengkuhnya, membantu bapak tadi
“Mas,”Haikal terbangun dari tidurnya. Dia bangun kesiangan karena semalam baru bisa tidur pukul tiga pagi. Namun saat terbangun dia hanya mendengar suara Zaara yang memanggilnya. Mungkin alam bawah sadarnya terus menerus mengingatnya. Haikal turun dari ranjang dan langsung berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat kusam karena menangis, mata yang sembab dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Seorang pria baru pertama kalinya menangis ketika dia merasa patah hati. Itulah yang Haikal rasakan saat ini.Haikal telah melewatkan sarapannya dan harus segera pergi ke kantor. Dia mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor pagi itu.Dengan memakai seragam khas eksekutif muda, Haikal berjalan menaiki lift menuju tempat parkir apartemen miliknya. Tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang bangir. Dia mengendarai mobilnya membelah jalanan padat merayap kota hujan dengan keheningan, tanpa musik yang selalu mengiringi perjalanannya. Biasa
Di hadapan Brandon, Alfian duduk tegak dan menatapnya dengan serius. Alfian membawa sebuah foto Zaara Nadira dan seorang pria tua bermata sipit dengan rambut yang sudah memutih. Alfian sengaja mencetak ke dua foto tersebut demi untuk mengembalikan ingatan Brandon.“Apa kau mengingat ini siapa? Dari kemarin kau menyebutkan nama Zaara Nadira. Nah, ini fotonya! Zaara Nadira keponakan saya.”Alfian menjelaskan pada Brandon dengan begitu serius. Jika Brandon sampai hilang ingatan dan masih mengingat Zaara pertanda bahwa Brandon tidak berbohong dan menipunya mengaku sebagai orang suruhan Hantoro.Brandon duduk dengan bersandar pada bantal dan menatap foto tersebut dengan seksama. Brandon menyebut nama Zaara Nadira berulangkali pasti sebelumnya dia mengenalnya. Semakin mencoba mengingat semakin kepalanya begitu berat sekali.Brandon memegangi kepalanya dengan perasaan frustrasi. Dia tak bisa mengingat siapakah gadis bernama Zaara Nadira itu. Dia hanya mengenal namanya saja. Selebihnya tidak
Pagi itu Alfian menjenguk Brandon di rumah sakit karena merasa iba padanya. Setelah Alfian pikir mungkin Brandon memang bukan seorang penipu. Setelah memperoleh informasi dari aparat kepolisian yang melakukan penyelidikian dan penyidikan di tempat kejadian perkara di mana Brandon mengalami kecelakaan naas tersebut, telah ditemukan bahwa seseorang telah berusaha mencelakai Brandon dengan menyabotase kendaraannya seolah hanya kecelakan murni biasa, padahal kecelakaan yang sudah disusun skenarionya terlebih dahulu.Seseorang yang mampu melakukan pekerjaan yang mulus tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang berpengaruh dan tak tersentuh.Terlepas dari itu semua, naluri Alfian tergugah ingin mengetahui kondisi pria yang berusia seumuran dengannya tersebut apakah sudah membaik atau belum.Alfian berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap di mana Brandon berada. Saat ini kartu identitasnya masih bermasalah. Namun pihak kepolisian tengah mengurusnya di kedutaan. Kondisinya cukup m