Lucas langsung menjalankan perintah yang diberikan oleh Lisa. Dia pun langsung menuju ke kamar Angeline.Kali ini Lucas mengetuk pintu terlebih dahulu karena khawatir kejadian semalam terulang kembali. “Masuk!”Lucas membuka pintu kamar dan langsung masuk ke dalam.“Bu Angeline, di bawah ada Presdir. Aku disuruh memanggilmu karena ada hal penting yang ingin dibicarakan olehnya,” ucap Lucas.“Nenek?” Angeline cukup terkejut mendengarnya.Wajar saja Angeline terkejut. Sebab selama dia memiliki rumah itu, sang nenek tidak pernah berkunjung. Ini adalah kali pertama dia datang.“Apa yang ingin dibicarakannya, ya?” tanya Angeline dengan ekspresi wajah yang bingung.Lucas mengangkat kedua bahunya seraya berkata, “Aku tidak tahu. Kalau aku bertanya, dia tidak akan menjawabnya.”Angeline paham. Oleh sebab itu, dia langsung buru-buru menyiapkan diri dan kemudian menemui sang nenek.“Nenek, ada apa sampai repot-repot datang kemari di pagi hari seperti ini?” tanya Angeline saat baru datang.Ange
Lisa dan Jeremy sangat ketakutan setelah mendengar ancaman yang diberikan oleh Victor. Maka dari itu dia langsung datang ke rumah Angeline untuk mengkonfirmasi siapa orang yang sudah melukai Max.Saat mereka berdua tahu jika orang itu adalah Lucas, ketakutan mereka semakin menjadi.Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menyelamatkan keluarga Jordan adalah dengan memisahkan Angeline dan Lucas. Jika mereka tidak ada ikatan lagi, tentu saja Victor Benedict tidak memiliki alasan untuk menyeret keluarganya ke dalam masalah.“Kalian tidak perlu takut. Masalah keluarganya Max, biar aku saja yang menyelesaikannya. Kalian tidak perlu ikut campur. Aku pastikan, kalian tidak akan terlihat,” ucap Lucas dengan penuh percaya diri. Lisa dan Jeremy sontak saja langsung menoleh dengan keras ke arah Lucas. Tatapan mereka berdua pun menajam.“Jangan bicara omong kosong, Lucas! Memangnya kamu siapa sampai berani menghadapi Keluarga Benedict?” geram Lisa.“Hanya karena kamu bisa menghajar Max, kamu be
Perasaan Dario semakin tidak enak melihat ekspresi wajah ayahnya yang begitu serius dan terlihat adanya amarah di matanya.Namun Dario berusaha untuk menjaga ketenangan dirinya agar tidak membuat orang tuanya itu menjadi curiga kepadanya.“Semalam kamu pergi ke mana dan dengan siapa?” tanya Gigio.Deg!Dugaan Dario tentang arah pembicaraan sang ayah, semakin menguat. Oleh sebab itu, dia langsung memutar otak agar tidak ketahuan jika semalam dirinya bersama dengan Max dan Si Tangan Besi.“Aku semalam pergi ke klub malam, Yah. Aku menemui seorang wanita. Tapi baru sebentar di sana, aku ditelepon oleh Ayah, ‘kan, terus aku pulang,” jawab Dario, mencoba dengan sekuat tenaga agar tetap tenang.Gigio memalingkan pandangannya kepada Mike.“Memangnya ada apa, Yah?” tanya Dario.Gigio menatap kedua mata Dario beberapa saat sebelum lahirnya berkata, “Apa kamu sudah mendengar kabar tentang Max?”Dario menarik tubuhnya dan duduk dengan tegak. “Iya, aku sudah mendapat kabar. Aku baru baca saat ba
Albin datang menghampiri Gigio saat melihat sang Wakil Ketua Serikat Dagang itu tampak bingung. “Wakil Ketua, boleh aku bicara?” tanya Albin dengan sopan. Gigio menoleh. “Ah, Albin. Ya, silakan. Duduk dulu, supaya ngobrolnya bisa santai.” Albin pun duduk di samping Gigio. “Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Gigio. “Sebenarnya aku ingin bicarakan tentang masalah Lucas,” jawab Albin. Gigio pun menganggukan kepalanya, mengizinkan Albin untuk berbicara lebih lanjut. “Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku melihat ada sesuatu yang berbeda dari diri Lucas. Selain itu energi yang dimilikinya pun berbeda. Cukup kuat meskipun dia dalam keadaan santai, tidak ada tekanan,” ucap Albin dengan sangat serius. Gigio pun menyimak apa yang diucapkan oleh Albin dengan serius pula. “Orang itu spesial. Dia sepertinya seorang ahli bela diri selain dia juga seorang tabib dewa. Tapi, untuk apa yang dikatakan oleh walikota, sebaiknya ditelusuri lebih jauh terlebih dahulu. Jangan terburu-buru
Mendengar penjelasan dari Bram, membuat Bella maradang. Wanita itu memang sejak awal tidak suka dengan Lucas, jadi ada permasalahan seperti ini, membuatnya memiliki kesempatan untuk memarahi Lucas.“Lucas! Kamu itu benar-benar keterlaluan! Ini adalah tempat bisnis, bulan arena tinju!” ucap Bella dengan mata yang melotot.Lucas tersenyum mendengarnya sambil menatap Bram.“Orang lemah menutupi kelemahannya dengan memfitnah orang lain. Kamu yang salah dengan menarik tanganku dan terjatuh sendiri karena itu, malah menyalahkan aku,” kata Lucas sambil tertawa tipis. “jika lemah setidaknya jangan menjadi pecundang.”Bram merah wajahnya. Dia ingin membela diri tetapi apa yang dikatakan Lucas adalah kenyataannya.Bella berkata, “Kalau kamu merasa kamu adalah orang yang kuat, kenapa tidak menjadi petinju saja? Kenapa harus bekerja di sini?”“Kamu sangat tidak pantas bekerja di perusahaan Liquid. Kamu lebih pantas menjadi preman!” lanjut Bella.Satpam yang baru saja selesai menghadiri apel pagi,
Angeline termenung beberapa saat. Melihat kondisi Bram, rasa-rasanya sulit untuk tidak percaya. Namun, yang bermasalah dengan Bram adalah Lucas. Dia juga tidak boleh untuk tidak percaya dengan pria itu.Angeline sangat bingung.“Sudahlah, Angeline. Masa kamu tidak percaya dengan kepala staf Bram? Lihat saja luka yang dialaminya. Tidak mungkin dia mengada-ngada,” kata Bella.Angeline melirik ke arah Lucas yang hanya diam namun terlihat tenang.‘Sebenarnya apakah dia yang melakukannya atau bukan? Kenapa dia diam saja? Apakah karena dia sandiwara yang menjadikan dia calon suamiku?’“Baiklah. Bram, kamu akan dibawa ke rumah sakit untuk mengobati lukamu. Semua biaya rumah sakit, aku yang menanggungnya,” ucap Angeline.Kemudian sang direktur pemasaran itu menoleh ke arah Lucas dan berkata, “Kamu akan diskors selama 3 hari karena ulahmu ini.”Sontak saja, semua orang terkejut dengan keputusan Angeline. Mereka semua menilai jika Lucas berhak mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi.“Angelin
Saat mendengar suara itu, Lucas membalikkan badannya ke sumber suara dan seketika peluru mengenai tumpukan dokumen yang sedang dipegang oleh Lucas.Beruntung, posisi tangan Lucas saat itu menutupi bagian dada Angeline yang diingat oleh si penembak. Peluru besi dari air gun tidak menembus tumpukan dokumen sehingga Angeline bisa selamat.“Bram!”Lucas langsung melindungi Angeline saat melihat yang menembak adalah Bram. Dia takut Bram akan kembali menembak Angeline.“Beruntung sekali. Aku tidak menyangka kalian bisa selamat karena tumpuan kertas. Hahaha …” kata Bram sambil tertawa.“Apa yang kamu lakukan, Bram? Kenapa kamu nekat ingin menembak Bu Angeline?” tanya Lucas.Bram menggelengkan kepalanya. Lalu dia menjawab, “Kamu salah! Aku tidak hanya mengincar Angeline tetapi juga mengincarmu, parasit!”Dari belakang tubuh Lucas, Angeline bertanya, “Kenapa Bram? Kenapa kamu mau menembak kami? Apa salah kami?”Bram tertawa. Bukan hanya karena mendengar pertanyaan dari Angeline tapi juga melih
Angeline tidak bisa menolaknya lagi. Mau tidak mau dia harus melakukan sesuai yang diperintahkan oleh Lucas.“Iya, baiklah. Tapi kamu harus tanggung jawab atas apa yang terjadi nanti,” kata Angeline.“Tentu saja!” ucap Lucas dengan tegas.Lucas menatap Bram dengan sangat teliti. Setiap detail gerakan pria itu dilihatnya dengan baik.Saat menilai kesempatan untuk menyerang datang, Lucas pun langsung bergerak.Lucas berlari dengan sangat cepat menerjang Bram.Angeline pun langsung tengkurap di aspal, sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Lucas. Untungnya aspal itu belum tersinari oleh matahari karena terhalang oleh tingginya gedung perusahaan Liquid.Bram menyadari pergerakan Lucas, namun semuanya sudah terlambat. Lucas telah berada di sampingnya dalam sekejap mata saja.“Sial!”Bram mengarahkan airgun miliknya itu ke arah Lucas. Dia berniat langsung menembak kepala Lucas saat itu juga.Lucas yang sudah berjarak sangat dekat tentu saja dengan mudah melumpuhkan Bram dengan menekan sa
Stefano menatap Lucas dengan tatapan yang mulai cemas. Sebab dari ketiga serangannya, tidak terlihat jika Lucas kesulitan apalagi mengalami kesakitan.Selain itu, ada satu hal yang membuatnya semakin cemas adalah sejak tadi, Lucas menangkis pukulannya hanya dengan satu tangan. Meskipun dia menyerang ke tangan di depan tetapi hanya satu tangan saja yang menangkisnya.Ini sangat gila! “Ayo lagi! Kenapa diam? Apa hanya itu saja kemampuanmu?”Stefano tidak berbicara apapun. Melainkan dia langsung menyerang Lucas.Kali ini dia tidak bergerak ke kanan dan kiri terlebih dahulu tetapi dia langsung kepada intinya, yaitu melepaskan pukulan ke arah wajah Lucas.Tapi lagi-lagi serangannya itu dapat dipatahkan oleh Lucas dengan satu tangan saja. Dan kali ini, Lucas hanya mundur dua langkah saja ke belakang.“Hanya segitu?” tanya Lucas.Stefano merasa sedang dihina oleh Lucas. Dia pun menjadi semakin mendidih amarahnya.“Rasakan ini!”Stefano melepaskan pukulan dengan kekuatan penuhnya lagi. Dia
Denyut nadi ada sangat rendah, membuat Lucas sangat khawatir. Jika tidak buru-buru diobati, ditakutkan malah semakin berbahaya bagi keselamatan Angeline.“Angeline, bertahanlah! Aku akan mengobatimu!” ucap Lucas.Tanpa disuruh, anak buah Victor membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Angeline. Dia berusaha bisa membuka dengan cepat karena tahu kondisi Angeline yang perlu tindakan medis.Lucas pun membopong istrinya keluar dengan berjalan cepat. Dia pun tidak lagi berpikir mencari Victor dan keluarganya untuk memberikan hukuman.Namun ketika baru saja keluar bangunan yang menjadi “tempat kerja” Victor, tiba-tiba saja sebuah tombak melesat ke arahnya.Meskipun Lucas baru menyadari serangan itu setelah dekat, namun Lucas bisa menghindarinya dengan baik karena kecepatan yang dimilikinya.“Wah … aku tidak menyangka kamu bisa menghindarinya dengan baik!” ucap Stefano.Lucas melihat pria itu memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Douglas.‘Jadi ini adalah ketua penjag
Tidak ada pilihan lain bagi Victor selain menghubungi Stefano. Dia tidak bisa mengandalkan Douglas setelah Lucas menghajar pria itu hingga terpental jauh.‘Halo Stefano! Aku ingin minta tolong padamu. Sekarang, rumahku sedang diserang oleh Lucas. Dia datang seperti monster dan membunuh lebih dari 30 anak buahku,’ ucap Victor dengar suara yang bergetar karena saking ketakutannya. Mendengar kabar itu, tentu saja Stefano menjadi sangat terkejut.‘Apa? Lucas menyerang rumahmu? Memangnya apa yang sudah kamu perbuat?’ tanya Stefano.‘Ceritanya sangat panjang. Kalau aku ceritakan sekarang, aku keburu mati. Lebih baik kamu datang ke sini sekarang juga. Aku butuh perlindungan darimu,’ kata Victor.‘Ya, Baiklah, aku akan ke sana. Kamu suruh anak buahmu untuk mengulur-ngulur waktu saja sampai aku tiba,’ kata Stefano.‘Baik!’Victor kemudian mengakhiri panggilan suaranya.Pria itu pun langsung melihat kembali layar laptop untuk melihat apa yang sedang terjadi di depan rumahnya.Douglas berdiri.
Kalimat yang diungkapkan oleh Lucas begitu mengejutkan. Kecurigaan Albin tentang Lucas semakin menemui titik terang.“Kamu sudah biasa dengan situasi seperti ini?* tanya Albin dengan ekspresi wajah yang bingung.Lucas tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya memerintahkan Albin untuk menambah kecepatan.“Sebaiknya kamu lebih cepat lagi dalam membawa mobil. Kalau tidak bisa atau takut, biar aku yang menyetirnya,”“Ya, baik.”Albin langsung tancap gas menuju ke rumah keluarga Benedict.Tidak butuh waktu lama, mereka hampir tiba di rumah mewah keluarga Benedict.“Itu Mirko. Menepi!”Albin langsung menepikan mobil, tepat di belakang mobil Mirko.Lucas dan Albin langsung keluar mobil.“Mirko! Berapa orang yang menculik istriku?” tanya Lucas.“Lucas, akhirnya kamu datang juga,” kata Mirko, lega. “tadi istrimu diculik oleh seorang pria dan seorang wanita.”Albin tiba-tiba saja merasa tidak enak hati. Entah kenapa, dia takut jika adiknya terlibat dalam kasus ini.Namun dia buru-buru menepisny
Sosok Angeline ada di rumahnya dengan kondisi duduk dan terikat di kursi kayu.Apa ini? Apa mereka sudah gila?Victor langsung menatap Magdalena dan Douglas dengan wajah yang panik.“K-kalian menculik Angeline?” tanya Victor dengan mata dan mulut yang terbuka lebar.Dengan percaya diri, Magdalena berkata, “Ya, aku membawanya untukmu. Aku yakin Pak Victor pasti akan senang. Pak Victor bisa membalas dendam kepada Lucas dengan menikmati wanita itu.”Victor memegang kepalanya. Dia tampak panik dan bingung.“Gila! Apa kamu tidak bisa berpikir dulu sebelum bertindak? Membawanya ke sini sama saja membuka pernah besar, bodoh!” pekik Victor sampai urat-urat di lehernya menyembul.Magdalena dan Douglas terkejut. Mereka bingung kenapa sikap Victor seperti ini. Dia terlihat seperti orang yang ketakutan karena diikuti oleh malaikat maut.Douglas menoleh ke arah Magdalena, mencoba untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya.“Ada apa, Pak Victor? Kenapa jadi perang besar
Dengan jarak sedekat itu, tidak mungkin bagi Dougal untuk menghindarinya kecuali Dia memiliki kecepatan luar biasa seperti Lucas.Orang-orang di sekitar menutup matanya, saat Mirko menembak. Mereka tidak mau melihat kejadian mengerikan itu. Namun semuanya terkejut ketika peluru itu mengenai perut Douglas, malah peluru itu jatuh ke lantai tanpa melukai Douglas.“Apakah tidak ada telur yang lebih tajam lagi? Peluru itu hanya membuatku geli,” kata Douglas sambil mengusap perutnya.Mirko terkesiap dengan apa yang terjadi. Dia tidak menyangka jika peluru dari senjata apinya tidak mampu menembus badan Douglas.Ini tidak mungkin!Mirko masih penasaran. Dia pun kembali menembak Douglas dengan dua tebakan sekaligus. Namun kali ini diarahkan ke dada dan satu lagi ke paha.Sama seperti sebelumnya, peluru sama sekali tidak bisa menembus daging Douglas.“Apakah sudah selesai main tembak-tembakannya? Kalau sudah selesai, gantian aku akan bermain-main denganmu,” tanya Douglas.Mirko gemetaran tubuh
Pria itu langsung menghampiri Angeline dan mencekiknya.“Kurang ajar! Bisa-bisanya kamu melukai bos Magdalena! Akan kubunuh kau!” kata pria bertubuh tinggi besar itu.Angeline berusaha memberontak. Dia bahkan sempat untuk memukul dan menendang pria bernama Douglas itu. Namun, tenaganya sama sekali tidak terasa.“Douglas, bunuh saja dia!” seru Magdalena sambil memegang keningnya agar darahnya tidak terus mengalir.Douglas melempar Angeline ke lantai.Bruukk!Punggungnya menghantam lantai terlebih dahulu hingga membuat Angeline sesak napas.Suasana di dalam bar menjadi gaduh. Orang-orang menjauh agar tidak terkena salah serang.Tidak ada yang berusaha untuk menghentikan Douglas saat ini meskipun lawannya itu adalah seorang perempuan.Douglas menghampiri Angeline dan berjongkok di sampingnya. Dia menatap wajah Angeline yang sedang menahan sakit dan sesak napas itu.“Bos, wanita ini sangat cantik sekali. Dadanya sangat menggoda. Apakah boleh aku mencicipinya terlebih dahulu sebelum meleny
Angeline memilih untuk berjalan kaki, meninggalkan rumah orangtuanya. Lucas mengejar istrinya itu.“Sepertinya lebih baik kamu yang bawa mobil. Kamu bisa pergi ke mana saja sesuai dengan keinginan hatimu kalau pakai mobil. Lebih leluasa dibanding dengan taksi,” kata Lucas sambil menyerahkan kunci mobil.“Kamu pulang dengan taksi?” tanya Angeline.Lucas mengangguk. “Aku mau langsung pulang ke rumah. Jadi pakai taksi saja.”Angeline pun menerima kunci mobilnya. Lucas pun langsung berjalan pergi. Niatnya mau langsung pesan taksi untuk pulang, tapi tanpa sadar dia terus berjalan sampai cukup jauh.Saat sedang berjalan, tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berhenti di sampingnya.Lucas melirik saja sambil melangkah. Dia tidak begitu peduli dengan mobil itu.“The Obsidian Blade! Mau ke mana?”Lucas langsung menghentikan langkah kakinya. Lalu dia membalikkan badannya untuk melihat siapa yang menyapa.“Mike?” Lucas terkejut karena ternyata yang menyapanya itu adalah Mike.Mike membungkukkan b
Melihat akan adanya pergolakan besar yang terjadi jika mereka masih ada di sana, Ryan meminta Lucas dan Angeline untuk keluar ruangan.Lucas dan Angeline sudah menurutinya. Namun kemudian ada sesuatu yang membuat Angeline menghentikan langkah kakinya.“Paman tidak perlu ikut campur! Paman bukan siapa-siapa dan tidak memiliki kontribusi apapun di dalam perusahaan dan keluarga, jadi diam saja!” bentak Jeremy.Angeline membalikkan badannya dan menghampiri Jeremy. Dia tidak terima ayahnya dibentak seperti itu di depan banyak orang.Sambil menunjuk wajah, Angeline berkata, “Jaga bicaramu! Jika bukan karena kelicikan orang tuamu, Papaku tidak akan seperti ini!”Jeremy menyeringai mendengarnya. Lalu dia berkata, “Apa? Kamu masih berpikir kalau orang tuaku sebagai penghalang papamu? Bodoh sekali! Sudah jelas, papamu itu yang tidak becus dan memiliki IQ jongkok.”“Sudah diberi kesempatan berkali-kali tapi tetap saja gagal. Memalukan!” lanjutnya.Plaak!Tamparan keras mendarat di pipi Jeremy.“