Lucas duduk di kursi belakang markas, mengeluarkan rokoknya dan menghisap. Ada sesuatu yang harus dibenahi di dalam organisasi Veleno jika tidak mau dihancurkan oleh organisasi Dominus Noctis.Ini sangat berbahaya!Tidak butuh waktu lama, Julian tiba di markas. Dia datang dengan penuh kecemasan di hatinya.“Sebenarnya ada apa?” tanya Julian kepada anak buahnya yang berjaga di pos depan markas.“Sepertinya Raja Mafia marah karena Sabrina kabur. Dia terlihat dingin tapi sangat menakutkan. Bahkan aku tidak sanggup untuk melihat matanya,” ucap pria bertubuh kurus tinggi.Julian menghela napas panjang. “Dia memang menakutkan.”Julian pun langsung pergi ke dalam markas untuk menemui Lucas. Dia tidak mau membuat Lucas tambah marah karena menunggunya terlalu lama. Julian mencari Lucas di dalam markas tapi tidak menemukannya. Julian pun langsung ke belakang karena dia ingat jika Lucas sejak dulu suka duduk di halaman belakang. Di manapun tempatnya, dia selalu nyaman jika berada di belakang ru
Lucas datang dengan wajah yang tenang namun dengan sorot mata yang tajam, membuat Jeremy harus berpikir pilihan kali untuk menantang.“Bagaimana? Apa yang akan disesalkan oleh Angeline?” tanya Lucas.Jeremy begitu muak kepada Lucas. Namun dia tidak berani untuk beradu otot dengannya.“Ya, menyesal karena tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Semuanya terlihat mudah tapi aslinya tidak. Seorang Angeline tidak akan bisa menjadi pemimpin perusahaan!,” kata Jeremy.Lucas mendekati Jeremy. Lalu dia berkata, “Serahkan saja semuanya kepada Presdir. Jika dia ingin kehilangan investasi dari perusahaan Golden Star, dia akan membatalkan promosi Angeline. Jadi, berharap saja kalau Presdir menginginkan perusahaan pailit.”“Cih!” Jeremy meludah.“Perusahaan Golden Star tidak akan mempertahankan poin kerjasama yang ambigu seperti itu. Mereka pasti membatalkannya karena itu sangatlah janggal. Jika tidak, orang yang membuatnya pasti akan mendapatkan masalah,” kata Jeremy dengan sangat percaya di
Dari ekspresi wajah Moretti dan Diego, terlihat mereka sedang berpikir keras. Oleh sebab itu, Lucas bertanya tentang masalah mereka.“Sebenarnya, untuk melakukan renovasi, masih perlu beberapa waktu untuk mengumpulkan uangnya, Ketua. Keuangan sasana Brotherhood baru saja dibenahi dan pemasukan baru dari sewa arena tarung dan juga biaya iuran bulanan para petarung,” terang Moretti.“Itu benar, Ketua. Sebab, uang pada zaman John Travis, dipegang penuh olehnya. Jadi, saat perpindahan kepemilikan, tidak ada uang yang tersisa,” kelas Diego.Lucas terkejut dengan keterangan dari keduanya. Lucas berpikir jika dana operasional dalam keadaan aman.“Wah, aku pikir dana operasional aman, tidak ada kendala, tapi ternyata kesulitan,” kata Lucas. “seharusnya, memang aku menanyakan sebelumnya, ya.”Moretti berkata, “Tidak Ketua. Karena Ketua mempercayakan kami untuk mengelola sasana, memang sudah sepatutnya kami yang menyelesaikan permasalahan itu. Jadi, di sini, memang kami yang salah.”“Tapi kami
John bersikap sangat manasik kepada Matteo. Bukan hanya karena Matteo adalah pemilik dari sasana Dragon’s Den dan dia akan bekerja sama dengannya, tetapi karena Matteo adalah ketua Serikat Dagang sekaligus salah satu dari lima keluarga besar kota Verdansk.Dengan statusnya itu, tentu saja John harus memberikan penghormatan yang tinggi. Bahkan ketua Dewan Rakyat pun akan melakukan hal yang sama. “Duduk!” seru Matteo.John kemudian duduk di depan namun agak ke samping kanan dari Matteo.“Apa yang ingin kamu bicarakan? Langsung saja kepada intinya, jangan membuang-buang waktu!” Matteo langsung memberikan ketegasan kepada John.Meskipun John adalah wakil ketua Dewan Rakyat, Matteo tidak ragu untuk berbicara tegas.“Baik, terima kasih, Ketua!” ucap John.Kemudian John mulai menceritakan tentang dirinya yang merupakan pendiri sasana Brotherhood namun sekarang direbut oleh Lucas.“Jadi aku memiliki pengalaman selama lebih dari 20 tahun dengan kepercayaan tinggi dari banyak pihak. Sasana Bro
Jarak di antara mereka sudah sangat dekat. Hasrat mereka pun meninggi karena ini.Ketika sudah sulit dikontrol, Lucas memilih untuk menahan diri. Dia menarik badannya agar menjauh dari Viviana.Meskipun gejolak gairahnya begitu tinggi, dia masih ingat dengan Angeline. Walau pernikahannya adalah sandiwara, dia tetap tidak ingin mengkhianati selama Angeline pun menjaga juga.Berbeda kasus jika Angeline juga tidur dengan pria lain, dia pasti akan melakukannya juga. Tetapi sekarang, Angeline masih menjaganya jadi dia pun harus menjaganya juga.“Maaf Viviana, aku sudah lancang!” ucap Lucas.Viviana menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Tidak apa-apa.”Situasi di antara keduanya pun berubah menjadi canggung. Dan diam adalah solusi bagi mereka berdua.Setelah beberapa saat, Viviana membuka keheningan.“Sepertinya sudah terlalu malam. Aku harus pulang. Aku tidak mau ayah marah,” kata Viviana.Lucas mengangguk sambil berkata, “Iya, lebih baik kamu pulang. Meskipun tahu kalau kamu berkunjung
Lucas khawatir jika Sabrina langsung bertemu dengan Lisa, malah akan membuat situasinya menjadi tidak baik. Dan lagi, dia takut Sabrina akan terhasut oleh omongan-omongan dari Rose. Selama ini, Lisa memang selalu bisa mempengaruhi orang-orang dengan perkataannya. “Tenang saja. Serahkan semuanya kepadaku. Angeline pasti akan menjadi wakil presiden direktur seperti yang sudah seharusnya,” kata Sabrina sambil tersenyum dengan lebar. Lucas pun mengangguk sambil berkata, “Ya sudah kalau begitu, aku serahkan semua ya kepadamu. Jangan kecewakan aku!” Sabrina mengangguk sambil berkata, “Aku akan lakukan yang terbaik.” Lucas pun kemudian langsung menyusul Angeline masuk ke dalam kamar. Malam ini, dia tidak bisa pisah kamar dengan Angeline karena ada Sabrina. Lucas membuka pintu kamar dengan perlahan agar tidak membangunkan Angeline. Ketika dia masuk, tampak wajah Angeline yang sangat polos, tanda wanita itu sedang terlelap. ‘Aku tidak pernah menyangka akan terjebak dalam hubungan
Pelukan itu terasa sangat hangat. Sabrina seperti melepaskan semua kesakitan yang dialaminya selama ini. “Sabrina! Kemana saja kamu? Kenapa tidak ada kabar sama sekali? Membuat nenek cemas,” tanya Rose sambil mengusap punggung sang cucu. Sabrina melepaskan pelukannya. Dia ingin sekali jujur dengan apa yang dialaminya. Namun, dia tidak berani. Sudah cukup baginya untuk melawan Lucas. Dia tidak mau melakukannya lagi. “Aku mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah seseorang yang ada di desa. Ponselku hilang, jadinya aku tidak bisa menghubungi siapa-siapa. Setelah aku pulih, aku baru bisa pulang,” terang Sabrina. “Apa? Kamu mengalami kecelakaan? Bagaimana kondisimu sekarang?” tanya Rose dengan sangat cemas. Sabrina tersenyum sambil berkata, “Sekarang aku baik-baik saja. Luka-lukanya pun sudah sembuh karena memang hanya luka kecil saja.” Lisa mengajak Sabrina duduk di sofa. “Jadi bagaimana ceritanya kamu bisa kecelakaan?” tanya Rose. Sabrina pun kemudian menceritakan keja
Pikiran mereka sudah sangat buruk kepada Lucas dan juga Angeline. Mereka menduga jika kecurigaan mereka selama ini, terbukti dengan kehadiran Lucas.Lisa yang tadinya sudah berpihak kepada Angeline dan telah menyiapkan pertemuan setelah pulang dari perusahaan Golden Star, kini menjadi terpengaruh. Dia pun menjadi sangat kesal sekali kepada Angeline.“Dasar! Bikin malu saja! Mau ditaruh di mana wajahku ini, di mata orang-orang dari perusahaan Golden Star?” geram Lisa.“Ini tidak bisa dibiarkan! Aku akan membuat perhitungan kepadanya!” geram Jeremy.Pria itu kemudian berjalan cepat menghampiri Lucas yang kini sedang berbincang dengan seorang satpam dengan begitu ramah.“Lucas!”Mendengar namanya dipanggil, Lucas menoleh. Dia tidak terkejut dengan kehadiran Jeremy dan Lisa.Jeremy tidak suka dengan sikap Lucas yang terlihat tenang dan penuh sandiwara.“Untuk apa kamu di sini? Bukankah seharusnya kamu sedang bekerja di kantor?” tanya Jeremy dengan nada suara yang tinggi.“Dasar tidak tah
Tentu saja, mendengar jika sasana Brotherhood diserang, membuat Lucas begitu syok. Padahal baru saja semalam mereka sukses menyelenggarakan acara perdana di bawah kepemimpinan Lucas.“Iya benar. Ada Kapten Mirko di depan rumah. Dia datang membawa kabar ini,” terang Sabrina.Lucas bergegas menemui Mirko agar dapat informasi dengan lebih jelas.Angeline keluar dari kamar. Dia penasaran sekali dengan keributan yang terjadi.“Ada apa Sabrina?” tanya Angeline.“Sasana Brotherhood diserang oleh sekelompok orang,” terang Sabrina.“Apa?” Angeline syok mendengarnya.Meskipun semalam dia mengatakan kepada Lucas untuk melepaskan sasana Brotherhood, namun itu semata karena dia merasa cemburu dengan kehidupan di lingkaran sasana yang dikelilingi oleh banyak wanita.Angeline langsung memikirkan bagaimana perasaan Lucas sekarang ini. “Sekarang Lucas ada di mana?” tanya Angeline.“Dia ke depan rumah untuk menemui polisi, namanya kapten Mirko,” terang Sabrina.Angeline langsung bergegas menuju ke dep
Suara shower berpadu dengan aroma sabun lavender menguar ke indera penciuman Lucas. Dia setengah sadar, mencoba mengumpulkan sisa nyawa yang masih mengambang. Dia membuka matanya perlahan, mengerjap menyesuaikan diri dengan cahaya lembut yang masuk melalui tirai jendela kamar mereka.Lucas menarik napas panjang, menghempaskan tubuhnya ke sisi ranjang. Suara gemericik air dari dalam kamar mandi mengusik pikirannya, menyulut sesuatu yang tak mudah dia redam. Dia melirik pintu kamar mandi yang tertutup, seakan ada gravitasi yang menarik langkahnya mendekat."Arrrggg!" Lucas menjambak rambutnya kesal, entah karena apa.Dia bangkit perlahan, membiarkan selimut jatuh ke lantai. Matanya terpaku pada pintu kamar mandi, napasnya sedikit berat. Setiap langkah yang diambilnya membawa gejolak berbeda di dalam dadanya. Lucas berdiri tepat di depan pintu. Tangannya mengulur ke arah kenop, tetapi tidak langsung memutarnya. Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri."Apa aku harus masuk?" tanyany
Lucas terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Angeline. Sebelumnya wanita itu terlihat sangat senang ketika mengetahui jika dirinya menjadi pemilik sasana Brotherhood. Tapi sekarang? Dia menolaknya? “Kenapa tiba-tiba saja kamu memintaku untuk melepaskan sasana Brotherhood? Ada masalah apa?” tanya Lucas dengan kening yang berkerut. Angeline dengan mata yang menatap ke bantal yang ada di sebelahnya, berkata, “Tidak ada masalah apa-apa. Hanya saja, aku rasa lebih baik kamu melepaskannya.” “Iya, melepaskan. Tapi karena apa? Tidak mungkin melepaskan begitu saja tanpa alasan, ‘kan?” tanya Lucas, bingung. Angeline terdiam. Sangat sulit baginya untuk mengatakan jika dia cemburu jika Lucas masih menjadi pemilik sasana Brotherhood karena banyaknya wanita di tempat seperti itu. “Kamu tidak mau menjelaskannya?” tanya Lucas. Angeline duduk dan bersandar di kepala kasur. Dia menatap Lucas dalam-dalam. “Di sana tempat yang buruk dan sangat berbahaya. Karena kamu adalah suamiku, meski pe
"Jadi, apa rencanamu sekarang?" tanya Sabrina dengan suara lembut, tapi tatapannya memperhatikan setiap gerakan Angeline. Angeline duduk tegak di kursi taman. Jari-jarinya saling bertautan. Dihembuskannya napas berat. "Aku tidak tahu. Aku benar-benar bingung. Kalau dia tidak bersalah, kenapa ada noda lipstik di kerahnya? Tidak mungkin noda itu datang begitu saja."Sabrina menghela napas pelan. Matanya menatap Angeline, penuh pertimbangan. "Lucas itu … pria yang spesial. Dia berbeda dari kebanyakan pria lain."Angeline mengerutkan dahi, kebingungan tergambar jelas di wajahnya. "Spesial karena apa? Perasaan biasa saja." Sabrina tersentak. Pertanyaan itu membuat tubuhnya menegang seketika. Dia tahu, ucapannya tadi adalah sebuah kesalahan besar. Bibirnya terkatup rapat, pikirannya berpacu mencari jalan keluar. Otaknya berputar cepat, dan setelah sepersekian detik, dia menemukan jawaban yang logis. "Karena dia pemilik sasana tinju."Angeline mengangguk pelan, mencoba mencerna penjelasa
Angeline dengan santainya mengenakan bra dan kemudian piyamanya. Dia tidak memedulikan lagi dengan kehadiran Lucas.Lucas pun berusaha sekuat tenaga untuk menahan gairahnya. Dia tidak mau bertengkar hanya karena hasratnya. Sebab hari ini dia telah letih.Lucas melangkah menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur."Parfum siapa ini?" Angeline melipat tangan di depan dada, tatapan tajamnya menghujam Lucas yang baru saja menutup pintu kamar. Dia mencium aroma yang beda dari biasanya.Lucas, yang masih mengenakan kemeja putih rapi, hanya melirik sekilas tanpa menghentikan langkah menuju kamar mandi."Ada bau parfum lain di tubuhmu." Angeline melirik sebal ke arah Lucas.“Parfum apa?” tanya Lucas ringan. Nada acuh yang terlalu santai untuk situasi yang sedang memanas.Angeline mendengus. "Jangan pura-pura bego. Itu bukan parfummu. Dan aku tahu sekali, itu bukan bau parfum laki-laki."Lucas berhenti tepat di depan pintu kamar mandi, punggungnya masih menghadap Angeline. Sek
Si gondrong dengan berani melepaskan tamparan kepada Moretti. Dia berpikir kalau pihak sasana Brotherhood tidak akan menyerah balik karena dia adalah penonton yang telah membayar.Namun ternyata berbeda. Moretti menepis tamparan itu dan membalas menampar.Plaaak!Tamparan dari Moretti cukup keras hingga membuat si gondrong sempoyongan.Melihat temannya ditampar hingga sempoyongan, sepuluh orang yang ada di dekat si gondrong protes.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang aku lakukan? Kenapa tidak bertanya kepadanya apa yang telah dia lakukan?” Moretti menantang balik.Lucas mendekat. Dia tidak mau membuat acara pertamanya di sasana Brotherhood berantakan. Oleh sebab itu, dia ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik.“Kalian semua ikut aku. Kita bicarakan masalah ini baik-baik. Aku akan mendengarkan apa yang kalian minta dan mencari solusi terbaiknya,” kata Lucas.Mereka semua yang merupakan anak buah si gondrong, menatap si gondrong untuk menentukan apakah akan ikut dengan Lucas atau tetap
Mendengar jika prosedur musiknya Stella adalah salah satu dari petinggi organisasi mafia Dominus Noctis, membuat Lucas tertarik. Lucas menilai jika dia bisa memanfaatkan Stella untuk mengorek informasi organisasi Dominus Noctis.“Iya, dia adalah salah satu dari mereka. Oleh karenanya, aku tidak bisa berbuat banyak,” kata Stella. Dengan wajah yang penuh penyesalan, dia berkata, “Jika awalnya aku tahu dia itu adalah seorang mafia, aku tidak akan mau bergabung dengannya. Ya, walaupun aku mendapatkan ketenaran ini, tapi aku membatin.”Lucas paham dengan penderitaan yang dialami oleh Stella. Bukan hanya fisik dan materi yang diperas, pasti juga dengan tubuhnya.Lucas merasa iba dengan Stella.“Itu semua sudah terjadi. Kedepannya yang harus dipikirkan. Apakah kamu masih di sana atau tidak, itu tergantung padamu,” kata Lucas.Stella tertawa kecil. Dia menarik napas sambil menebar pandangannya ke segala penjuru ruangan.“Jika semua tergantung padaku, aku sudah keluar dari awal,” ucap Stella
"Ketua, aku bawakan tamu spesial untukmu." Diego mendorong pintu ruang kerja Lucas tanpa permisi, langkahnya santai tapi tegas. Senyum tak lepas dari bibirnya.Lucas, yang sedang bermain ponsel, mengangkat kepala dengan alis sedikit terangkat. Di belakang Diego, seorang wanita melangkah masuk. Langkahnya anggun dan teratur.Lucas jarang kagum dengan wanita, tapi wanita yang bersama Diego beda cerita. Wanita itu punya aura yang sulit dijelaskan. Rambut hitamnya jatuh sempurna di bahu, mata cokelat gelapnya seperti bisa membaca pikiran, dan senyumnya ... tajam tapi manis, seperti jebakan yang sengaja dipasang. Mematikan!"Stella." Suara wanita itu mengalir pelan, tapi cukup membuat suasana ruangan berubah. Dia memperkenalkan diri."Hm," jawab Lucas singkat dan acuh tak acuh, padahal sudut matanya mencuri pandang.Lucas jelas tergoda dengan kecantikan Stella. Namun dia memilih untuk menjaga jarak karena jika terlalu dekat, akan membuat semuanya menjadi repot.Selain akan ada masalah deng
Ketika mereka menoleh kembali, terlihat Solanke sudah tergeletak di lantai dengan kening yang berdarah. Di dekatnya terdapat sebuah pin yang telah berlumur darah.Moretti langsung menoleh ke arah Lucas dan melihat pria itu duduk di atas meja dengan santai.‘Peluru itu tidak mengenainya?’“Mungkin dengan pin itu, kamu mengerti dengan siapa kamu berhadapan sekarang!” ucap Lucas.Solanke yang begitu penasaran dengan Lucas karena bisa dengan mudah menghindari tembakannya, ingin tahu sekali dengan siapa Lucas sebenarnya.Solanke mengambil pin yang tergeletak tidak jauh darinya. Dia mengusap wajah agar darahnya tidak masuk ke mata dan … Duaaar!Solanke sangat terkejut ketika melihat pin legendaris yang selama ini hanya pernah dia lihat dari foto saja.“I-ini … ini pin Raja Mafia? Apakah benar ini adalah milikmu?” tanya sang jenderal bintang 1 itu.“Bagaimana caranya ada di tanganku jika itu bukan milikku?” tanya Lucas sedingin es.Brigjen Solanke terdiam sesaat. Dia bingung harus melakukan