Samuel kini berada di depan rumah keluarga Kemal. Kemudian ia segera turun dari mobilnya. Berjalan menuju depan pintu gerbang. Melihat keadaan sekitar rumah mewah tersebut. Sepi, tak ada sesuatu yang mencurigakan.
"Rumahnya terlihat sepi. Apa mungkin ibu tirinya yang telah menculik Syahira?" gumamnya pelan.Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang membuat Samuel sedikit terkejut.Tiiinn ....Samuel langsung membalikkan badannya, melihat ke belakang. Seorang perempuan cantik nan muda turun dari mobil berwarna merah. Penampilannya cukup seksi dengan rambut panjang yang tergerai."Maaf, cari siapa, ya?"Perempuan itu ternyata adalah Cellin. Ia baru saja pulang hang out bersama teman-temannya dengan menggunakan mobil milik Rena. Karena mobil yang biasa ia pakai kini sudah kembali pada pemiliknya.'Wiiihhh ... ni cowok ganteng banget. Tinggi, badannya tegap. Tipe aku banget ini, sih,' batin Cellin mengagumi ketampanan wajah Samuel. Matanya sampai takSepasang ibu dan anak itu membelalakkan matanya. Terlebih Rena yang sangat terkejut saat melihat ada orang asing yang masuk ke dalam rumahnya. "Hei, siapa kamu? Berani-beraninya masuk ke rumah orang tanpa ijin!" hardik Rena. Kakinya maju beberapa langkah ke depan sembari berkacak pinggang."Katakan pada saya, siapa yang anda sekap di gudang tua? Apakah Syahira yang anda maksud?" tanya Samuel. Tak ada sedikitpun rasa takut dalam dirinya untuk menghadapi ibu tirinya Syahira yang jahat itu. Yang ada di dalam pikirannya saat ini, ia hanya ingin segera menemukan Syahira. "Apa urusannya dengan kamu? Atau jangan-jangan kamu ini laki-laki hidung belang yang suka membeli tubuh Syahira?" cecar Rena. Kedua matanya menelisik Samuel dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Cellin sangat terkejut saat ibunya menuduh Samuel sebagai laki-laki hidung belang. Gadis berambut panjang itu menarik pelan tangan ibunya dan membisikkan sesuatu. "Bu, dia itu bosnya Syahira di temp
"Hei, apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" Samuel mencoba untuk memberontak. Kedua tangannya dipegang erat oleh orang-orang suruhan Tuan Rinto. Cengkraman itu begitu kuat, mereke memiliki tubuh yang besar dan juga berotot, sehingga Samuel tak mampu melepaskan diri meskipun sudah sekuat tenaga ia kerahkan. Kedua bodyguard itu langsung menyeret tubuh Samuel. Berjalan melewati Tuan Rinto dan Rena yang sedang tersenyum menyeringai penuh kemenangan. Terlebih Rena yang sangat senang karena Samuel kini tidak bisa berkutik lagi. "Kamu? Bukankah kamu juga yang membawa Syahira saat di hotel malam itu?" Tuan Rinto mengerutkan keningnya. Mengingat-ingat wajah laki-laki yang dulu menggagalkan rencananya pada malam itu di hotel. "Ya, saya tidak salah. Kamu adalah orang yang telah membawa Syahira dan sekarang kamu juga ingin membawa Syahira kabur dari sini. Sebenernya kamu ini siapa, hah? Berani-beraninya membawa calon istriku pergi!" "Anda tidak perlu tau siapa saya! K
Mobil mewah berwarna hitam, yang dikendarai oleh Samuel itu terus mengikuti mobil yang ada di depannya. Tadinya Samuel ingin segera pulang untuk merencanakan bagaimana caranya untuk bisa menyelamatkan Syahira. Selain itu juga untuk mengobati luka-lukanya akibat berkelahi dengan dua anak buah Tuan Rinto. Namun ia urungkan niatnya untuk pulang ke rumahnya. Setelah dipikir-pikir, sebaiknya Samuel tetap memantau rumah Syahira dari jarak yang cukup jauh. Dan benar saja, baru beberapa menit menunggunya, Samuel melihat seorang pria yang sedang membopong seorang perempuan, lalu si perempuan itu dimasukkan ke dalam mobil. "Syahira?" pekik Samuel. "Kemana mereka akan membawa Syahira?" Samuel bermonolog."Untung saja aku masih disini, tak jadi pulang. Kalau tidak, mungkin aku tak tau kemana pria tua itu membawa Syahira."Setelah Syahira dimasukkan ke dalam mobil, tak lama kemudian Tuan Rinto keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobilnya.Samuel menjalankan mesin mobilnya dan mengik
Jendela itu mulai terbuka sedikit demi sedikit hingga menimbulkan suara. Mungkin karena sudah terlalu lama tidak dibuka, sehingga sedikit sulit untuk membukanya. Sementara itu, jantung Syahira semakin berdetak kencang. Takut jika ternyata yang berada di balik jendela itu adalah orang jahat atau mungkin si penculiknya. Semakin lebar jendela itu terbuka, semakin cepat juga jantung Syahira berdetak. 'Ya Tuhan, bagaimana kalau ternyata yang membuka jendela itu adalah orang jahat?' batin Syahira. Jendela kamar itu kini sudah terbuka dengan lebar. Syahira melihat sosok seorang laki-laki yang memakai topi hitam berdiri membelakanginya. 'Si--siapa itu?' batinnya ketakutan. Setelah melihat situasi aman, laki-laki yang ternyata Samuel itu membalikkan tubuhnya, menghadap ke jendela. Betapa terkejutnya ia saat melihat Syahira sedang berbaring di atas ranjang dengan keadaan tangan dan kakinya yang diikat."Syahira?" Suara Samuel tertahan. Karena ia tak mungkin mengeluarkan suara yang keras. Bis
"Pak ... Pak Samuel! Ayo cepat turun! Kenapa malah bengong di situ?" tanya Syahira dengan suara lirih, merasa heran karena Samuel sedari tadi masih berdiri di tempatnya dengan pandangan mata ke arah pintu. "Ssttt ...." Samuel meletakkan jarinya di bibir. "Jangan berisik! Lebih baik kamu sembunyi dulu di belakang pohon itu. Nanti aku akan menyusulmu," ucapnya pelan. Tangannya menunjuk ke arah pohon besar yang tidak terlalu jauh dari jendela kamar itu. "Tapi, Pak ....""Tidak usah banyak tanya! Cepat!" Gegas, Syahira berlari menuju pohon besar yang ditunjuk oleh Samuel tadi. Ia paham dan tak ingin banyak bertanya lagi. Detik berikutnya, Samuel segera melompati jendela, ketika pintu itu terbuka dengan lebar. "Hei, siapa disana!" teriak seorang pria bertubuh besar yang tak lain adalah anak buah Tuan Rinto. Kemudian kedua netranya melihat ke arah ranjang tempat dimana Syahira diikat. Dan betapa terkejutnya, ketika melihat ranjang itu kosong. Tawanannya lepas.
"Ada apa, Pak? Apa ada masalah?" tanya Syahira yang penasaran melihat mimik wajah Samuel yang berubah seperti sedang menahan marah."Tidak apa-apa. Sebaiknya kamu tunggu sebentar di sini."Syahira pun menuruti perkataan Samuel. Ia tetap berada di dalam mobil, menunggu perintah selanjutnya. Samuel keluar dari mobilnya, berjalan masuk ke dalam rumah. Benar seperti dugaannya, mamanya telah menunggunya di ruang tamu."Nah, itu dia, Samuel!" Mamanya Samuel yang bernama Martha berdiri, berjalan mendekati putranya. "Kamu apa kabar, sayang? Kenapa kamu tidak pernah mengunjungi Mama, hem?" Lalu Martha mencium pipi putra satu-satunya. Samuel merasa risi dengan perlakuan sang mama terhadapnya. Bukan apa-apa, Samuel memang tidak terlalu dekat dengan mamanya. Bahkan ia merasa seperti orang asing saat bersama dengan mama kandungnya sendiri. Maklum saja, karena sejak kecil Samuel hanya tinggal bersama dengan ayahnya. Samuel sedikit menjauh dari tubuh mamanya. Detik berikutnya, tiba-tiba seorang pe
"Samuel, tunggu!" Martha sedikit berlari mengejar Samuel. Namun lelaki itu terus saja berjalan, bahkan mempercepat langkah kakinya sebelum Martha berhasil menghentikannya. Jangan sampai ibu kandungnya itu tau jika ada seorang perempuan di dalam mobilnya. Apalagi jika tau perempuan itu adalah Syahira, putri dari keluarga Kemal. Sama halnya seperti Martha, Luna pun ikut mengejar Samuel hingga keluar. "Tante!" seru Luna. Gadis itu menatap Samuel yang sedang memasukkan koper di bagasi mobilnyal. "Tante, bagaimana ini? Kalau Samuel pergi, terus aku ngapain disini?" cecarnya."Kamu tenang aja, sayang. Tante akan mencoba untuk berbicara dengan Samuel." Martha menenangkan Luna. Gegas Martha menghampiri Samuel yang masih berada di belakang mobilnya."Sam, kamu mau kemana?" tanya Martha dengan hati-hati. Tak ingin putranya itu terus menghindari dirinya. Samuel tetap bungkam. Tak berbicara sepatah katapun. Setelah selesai menyimpan kopernya di bagasi, lelaki it
Selama beberapa detik, Samuel dan Syahira masih berada di posisi yang sama. Jantung mereka saling berpacu dengan cepat. Hingga Syahira tiba-tiba tersadar. Jika saat ini wajah mereka sangat dekat. Hanya berjarak beberapa centi saja. "Pak! Bangun! Berat tau!" protes Syahira. "Eh, ma--maaf." Samuel langsung bangkit. Begitupun dengan Syahira. Gadis itu langsung berdiri. Keduanya sama-sama salah tingkah. Samuel memegang tengkuknya. Jelas sekali jika lelaki itu sedang menutupi perasaannya."Semua ini salahmu, Syahira! Coba tadi kamu gak narik tangan saya. Dan saya tidak mungkin menindihmu seperti tadi." Samuel sedikit meninggikan suaranya. Ia lakukan demi untuk menutupi perasaannya. Bukan Samuel namanya jika tak bisa menutupi perasaannya karena egonya yang terlalu tinggi."Lagian, kenapa Bapak tadi dipanggil-panggil gak nyaut juga? Ya udah, maaf. Sekarang tunjukkan kamarku. Aku harus tidur dimana?" sungut Syahira. "Di apartemen ini ada dua kamar. Kamu tidu
"Ayo cepat mandinya, jangan lama-lama!" seru Romi. Kemudian ia pun kembali ke ruang tengah dan duduk si sofa semula. Sambil menunggu anak dan menantunya bersiap-siap, Romi memainkan ponselnya.Samuel segera mengetuk pintu kamar mandi yang memang hanya ada satu di dalam villa itu. Tok ...tok ... tok ..."Syahira, apa kamu bisa lebih cepat di kamar mandinya?" Samuel sedikit berteriak tepat di depan pintu kamar mandi. "I--iya, ini sebentar lagi juga udah selesai, kok," sahut Syahira dari dalam kamar mandi. Kemudian ia pun segera menyelesaikan ritual mandinya dengan tergesa-gesa. 'Huh, ga enak banget mandi aja di tungguin.' Syahira menggerutu di hatinya. Menit berikutnya, pintu kamar mandi pun terbuka, dan Samuel masih berdiri di depan pintu, membuat Syahira merasa malu, karena saat ini Syahira hanya mengenakan handuk. Tubuh polosnya kini hanya berbalut handuk. Syahira dan Samuel sama-sama mematung dan saling pandang. Samuel sampai meneguk air liurnya b
"Pagi, pengantin baru," sapa Romi yang sepagi ini sudah berada di depan pintu villa yang ditempati oleh Syahira dan Samuel. Syahira yang baru bangun, sangat terkejut melihat kedatangan ayah mertuanya yang tiba-tiba, dan sepagi ini pria paruh baya yang masih terlihat tampan diusianya itu sudah datang ke villa. Entah untuk apa Romi datang sepagi ini. "Pa ... Pak Romi?" pekik Syahira terkejut. "Ayolah, Syahira. Jangan panggil 'pak'. Panggil Ayah saja. Kamu ini sekarang adalah istri dari Samuel, putra Ayah satu-satunya. Jadi, Ayah juga sudah menganggap kamu sebagai putri Ayah."Romi mengacak rambut Syahira. Pria itu memperlakukan Syahira sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena memang sedari Syahira kecil, Romi sudah menganggap gadis itu sebagai anaknya sendiri. Dan betapa bahagianya Romi saat ini, setelah keinginannya terwujud untuk menikahkan putranya dengan Syahira. 'Ish, kenapa ayah sama anak itu tingkahnya sama saja. Sama-sama suka mengacak rambutku,' g
"Kamu kenapa, Syahira? Kok ngeliatin aku kayak gitu?" Samuel memicingkan matanya. Menatap wajah perempuan yang baru saja dinikahinya itu. "Eh ... siapa yang ngeliatin Bapak. Kepedean, deh," sanggah Syahira sembari memalingkan wajahnya, menatap hamparan lautan di depannya. Terlihat sekali jika Syahira berusaha untuk menutupinya. Perempuan yang kini sudah sah menjadi istri dari Samuel itu, saat ini pasti sedang merasakan malu.Samuel tersenyum. Laki-laki yang kini berkulit putih itu masih terus memandangi wajah Syahira. Ekspresi wajah istrinya sungguh sangat menggemaskan bagi Samuel. Baginya, Syahira masih sama seperti dulu. Syahira kecil yang manja dan menggemaskan. Rasanya, Samuel masih tak percaya jika saat ini ia telah menikahi gadis kecilnya. "Kenapa jadi sekarang Bapak yang ngeliatin aku kayak gitu?" protes Syahira yang merasa dirinya sedang diperhatikan oleh Samuel. Kali ini giliran Samuel yang terlihat salah tingkah. Ia merasa termakan oleh omongannya s
"Cellin!" pekik Rena begitu terkejutnya, saat ia melihat putri kesayangannya itu tiba-tiba jatuh pingsan di dekatnya.Kedua matanya langsung membelalak lebar. Wajah Rena pun sudah terlihat begitu panik dan kebingungan, tak mengerti kenapa putrinya jadi seperti ini lagi.Rena berjalan cepat menghampiri Cellin yang sudah terpejam tak berdaya. Lekas ia duduk bertekuk lutut di samping sang putri dan menepuk-nepuk pipi Cellin dengan pelan."Astaga, Cellin! Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu jadi seperti ini, Nak?" Rena masih panik dan mengguncang-guncangkan tubuh Cellin supaya mau terbangun."Ayo bangun, Cellin. Jangan buat ibu jadi cemas begini," panik Rena, karena putrinya itu tak kunjung membuka matanya.Rena benar-benar kebingungan dan kalang kabut. Dia tak tahu apa yang telah terjadi kepada putrinya, kenapa akhir-akhir ini Cellin seringkali mendadak pingsan seperti saat ini.Melihat Cellin yang tiba-tiba jatuh pingsan, membuat hati bersih Syahira pun ter
"Ya ampun, Cellin. Apa yang terjadi sama kamu?"Rena tengah duduk di atas tempat tidur dengan wajahnya yang terlihat begitu cemas. Di sampingnya tampak sang putri kesayangan yang sedang berbaring miring membelakanginya.Selimut tebal nampak menutupi tubuh gadis remaja itu hingga sebatas telinganya. Di balik selimut tebal itu, terlihat bahunya naik turun dan suara isakan pelan terdengar."Hiks, hiks," isak tangis Cellin tergugu, membuat dadanya terasa kian sesak.Menyaksikan putrinya yang sedang menangis tertahan, tentu saja membuat Rena semakin merasa cemas. Perlahan ia menyentuh punggung Cellin dan mengusap-usapnya."Cellin, ada apa, Nak? Katakan sama ibu, apa yang terjadi sama kamu?" bujuk Rena.Akan tetapi, Cellin sama sekali tak mau menjawab pertanyaan ibunya dan memilih untuk tetap diam meringkuk sambil terus menangis. Rena menjadi kebingungan dengan sikap sang putri. Tangannya kemudian terulur meraih kepala Cellin, tetapi tiba-tiba Rena merasa sangat te
Dengan langkah berjingkat, Syahira berjalan keluar dari kamar. Sengaja ia berjalan pelan seperti itu agar tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu istirahat Samuel saat ini."Aku harus segera masak, mumpung dia masih tidur," gumam Syahira, sembari membuka pintu kamar dengan pelan dan menutupnya kembali dengan berhati-hati.Kritt!Begitu pintu kamar tertutup, Syahira kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Ruangan luas yang tampak rapi itu menyambut kedatangan Syahira di sana. Pasti Mbak Siti yang sudah merapikan tempat itu sebelumnya. Syahira pun kemudian mulai berjalan mendekati lemari es yang berada di sudut dapur."Mungkin ada sesuatu yang bisa aku masak pagi ini," gumam Syahira, berucap pada dirinya sendiri.Perlahan tangannya mulai meraih gagang pintu lemari es tersebut dan lekas menariknya. Kulkas pun terbuka lebar, tetapi ketika suhu dingin dari lemari es itu menguar menerpa wajah Syahira, seketika kedua mata gadis itu membelalak lebar. Kedua bibirn
Brukk!Syahira terkejut bukan main, ketika tiba-tiba Samuel menarik pergelangan tangannya, hingga membuat tubuh Syahira terjatuh dan mendarat sempurna di atas tubuh kokoh milik Samuel."Aaa." Syahira memekik kecil, tetapi kemudian kedua matanya segera beradu tatap dengan manik hitam milik Samuel yang begitu tajam.Hawa panas langsung menjalari sekujur tubuhnya saat itu juga, bagaikan sengatan listrik yang mampu mengendalikan urat sarafnya menjadi tak biasa. Dada Syahira bergemuruh sangat kencang, saat dia merasakan sentuhan tangan Samuel yang begitu hangat tengah melingkar di pergelangan tangannya."Sstt!" Samuel refleks meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir istri polosnya itu.Degh! Degh! Degh!Bagaikan genderang perang yang sedang ditabuh dengan sangat kencang, begitulah kondisi jantung Syahira saat ini. Kencang dan cepat tak terkendali. Tubuh Syahira serasa menjadi beku di detik itu juga, merasakan jemari hangat yang menyentuh bibirnya untuk pertama kali di dalam hidupnya.Sua
Kedua pasang mata itu masih saling beradu, mengunci tatapan satu sama lain dengan begitu lekat. Detak jantung keduanya semakin terasa kencang tak beraturan. Hawa dingin di malam itu, justru membuat suhu tubuh Samuel dan Syahira tiba-tiba memanas. Terlebih dengan posisi mereka yang sedang terjatuh seperti saat ini.Tubuh Syahira mematung, seakan ia tak bisa menggerakkannya sama sekali. Sebisa mungkin ia berusaha menahan nafas, ketika merasakan hembusan nafas hangat beraroma mint milik Samuel menyapu wajahnya. Aroma harum nan maskulin turut menembus indra penciuman Syahira. Aroma harum dari tubuh Samuel, membuatnya ingin menyesap aroma itu lagi dan lagi.Sementara Samuel, tatapan tajamnya itu terus mengarah lekat pada wajah cantik gadis yang kini sedang berada di bawahnya. Matanya mulai berkelana, menyusuri setiap inci wajah Syahira tanpa ada satu pun yang lepas dari tatapannya.Tiba-tiba saja Samuel merasakan tubuh bagian bawahnya bereaksi, ketika tak sengaja dada bidangnya itu bersent
Lagi dan lagi, entah untuk yang keberapa kalinya malam ini kata-kata Samuel sukses membuat wajah Syahira terasa memanas dan tampak memerah. Bisikan suara Samuel yang begitu lembut, masih terasa berdenging tepat di telinganya. Syahira bahkan bisa merasakan sapuan nafas hangat Samuel menerpa telinga dan lehernya."Bagaimana? Apa kamu benar-benar menunggu saya untuk menggendong kamu?" bisik Samuel, bertanya sekali lagi.Lutut Syahira terasa semakin bergetar dibuatnya. Kali ini ia sudah tak bisa menahan detak jantungnya yang nyaris saja melompat keluar. Meskipun kedua lututnya terasa lemas, tetapi Syahira sudah tak mempunyai pilihan lain lagi saat ini."Aku … aku …."Berusaha memaksakan kakinya yang terasa gemetar, Syahira pun akhirnya memutuskan untuk berjalan mundur beberapa langkah. Tatapan matanya masih mengarah lekat pada Samuel, sedangkan dadanya tampak naik turun karena deru nafasnya yang memburu."Ayolah, tenang saja. Aku akan melakukannya pelan-pelan," ucap Samuel lagi, sembari t