Home / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Bab 31: Elegansi Dalam Pembalasan

Share

Bab 31: Elegansi Dalam Pembalasan

Author: Vivits
last update Last Updated: 2025-01-12 16:44:01

Kartini duduk di ruang tamu, mengenakan pakaian rapi setelah pulang kerja. Wajahnya yang semakin cerah dan tubuh yang lebih terawat menambah pesona yang tak lagi tertutupi rasa takut atau rendah diri. Ia terlihat sibuk membaca buku motivasi yang dipinjam dari perpustakaan hotel, sambil sesekali menyeruput teh hangat.

Bastian masuk dengan wajah masam. Ia melewati Kartini tanpa berkata sepatah kata, seperti biasa. Kartini tak peduli. Kehidupan mereka di rumah itu sekarang bagai dua orang asing yang tinggal di bawah satu atap.

Kadita muncul dari dapur, membawa piring berisi buah-buahan. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini terlihat agak tegang. Ia melirik Kartini dengan tajam, lalu melempar komentar sinis.

“Enak ya sekarang? Bisa santai-santai di sini setelah sibuk... apa sih istilahnya, oh iya, menjilat para bos?” Kadita tertawa kecil, mencoba menyindir.

Kartini mendongak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pelakormu vs Aku   Bab 32: Perjalanan Baru

    Beberapa bulan telah berlalu sejak Kartini memulai perjalanan karir barunya. Ia sudah jauh lebih dari sekadar cleaning service yang datang setiap hari dengan perasaan ragu. Kini, ia berdiri tegak di atas kaki sendiri, mengenakan seragam supervisor yang menunjukkan betapa jauh ia sudah melangkah. Pagi itu, saat matahari baru saja menyinari kota dengan lembut, Kartini melangkah dengan langkah pasti menuju ruangannya di Hotel Fransco The Swiss. Ia baru saja menerima kabar bahwa ia dipromosikan menjadi supervisor tim kebersihan. Hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. “Selamat, Kartini!” ucap salah seorang rekan kerjanya, yang kini tak lagi hanya melihatnya sebagai rekan di bawah, tetapi sebagai seorang pemimpin yang layak dihormati. Kartini tersenyum, masih tidak bisa sepenuhnya percaya dengan pencapaiannya. Dari sekadar wanita yang dipandang sebelah mata di rumah, kini ia menjadi seorang yang dihormati oleh rekan-reka

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pelakormu vs Aku   Bab 33: Perubahan yang Tak Terduga

    Kartini kini tak hanya dikenal sebagai wanita yang kuat dalam karir, tetapi juga sebagai wanita yang penuh pesona. Berkat teman-temannya yang selalu mendukung dan memberinya semangat, ia mulai memperhatikan penampilannya lebih dari sebelumnya. Kehidupan barunya sebagai wanita karir membawa dampak besar—bukan hanya pada pekerjaan, tetapi juga pada penampilannya. Sejak bergabung dengan teman-temannya yang sudah lebih dulu sukses di dunia profesional, Kartini mulai merasakan perbedaan besar. Mereka bukan hanya teman di kantor, tetapi mereka juga memiliki gaya hidup yang membuat Kartini semakin terinspirasi. Teman-temannya sering mengajak Kartini untuk pergi ke gym bersama mereka, dan Kartini yang dulu tak terlalu memperhatikan hal itu kini merasa penasaran. "Yuk, Kartini, kita pergi gym. Kamu pasti bakal suka. Lagian, jangan cuma fokus sama kerja aja, dong. Kamu harus jaga tubuh biar tetap fit," ujar Maya, salah satu temannya, yang selalu tampil bugar dan

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pelakormu vs Aku   Bab 34: Cap itu gak akan hilang

    Pagi itu, suasana meja makan di rumah Bastian kembali dipenuhi percakapan seperti biasa. Bastian duduk di kursinya dengan wajah penuh percaya diri, memulai pembicaraan sambil sesekali melirik Kadita yang duduk di sampingnya. "Aku sedang mengurus promosi Kadita," kata Bastian sambil mengaduk kopinya. "Posisinya sebentar lagi setara denganku. Owner saja sudah memberikan banyak pujian atas kerja kerasnya." Kadita tersenyum puas, melipat tangan di meja. "Ya, owner bilang aku ini salah satu aset terbaik perusahaan. Nggak heran, kan? Kerja keras itu memang nggak pernah mengkhianati." Ibu Sulastri menimpali sambil terkekeh kecil. "Itu namanya rejeki memang milik orang yang pintar dan gigih, Nak. Kadita ini contoh istri yang sempurna, pintar mencari uang, bisa mengurus diri sendiri, dan nggak merepotkan suami." Kartini yang duduk di ujung meja diam saja sambil menikmati teh paginya. Namun, ekspresi wajahnya sudah menggambarkan keti

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pelakormu vs Aku   Bab 35: Sanksi sosial

    Pagi itu, Kadita berjalan di lorong lantai tiga menuju ruang meeting. Suasana hotel masih sibuk seperti biasa, tapi telinganya menangkap sesuatu yang membuat langkahnya terhenti sejenak. “Eh, lihat deh, itu dia orangnya.” “Iya, yang dulu rebut suami orang, kan?” “Pantes aja bisa cepat naik jabatan. Ada ‘jalur khusus’, ya.” Bisik-bisik itu terdengar dari dua karyawan yang sedang merapikan pantry di sudut lorong. Begitu Kadita menoleh, mereka pura-pura sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tetapi senyum sinis di wajah mereka jelas terlihat. Kadita menarik napas dalam-dalam, mencoba mengabaikan komentar tersebut. Namun, hatinya terasa panas. Setiap hari, situasi seperti ini terus berulang. Di mana pun ia berada di hotel, selalu ada bisik-bisik di belakangnya. ____ Di Pantry Karyawan Kadita masuk ke pantry untuk mengambil kopi sebelum rapat. Beberapa karyawan yang seda

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pelakormu vs Aku   Bab 36: Bayangan Pilihan yang Keliru

    -Malam itu di Kamar Kadita dan Bastian Tangisan bayi memecah keheningan malam. Di kamar yang remang-remang, Askana-bayi laki-laki hasil hubungan mereka, menangis keras di boks kecilnya. Bastian, yang sudah terjaga sejak beberapa menit lalu, berusaha menenangkan bayinya sambil menggoyangkan boks pelan. Namun, tangis Askana tidak kunjung reda. Bastian mengalihkan pandangannya ke tempat tidur, melihat Kadita yang tampak tidur nyenyak tanpa peduli pada suara tangisan itu. Dengan suara sedikit tinggi, Bastian memanggilnya. "Kadita, bangunlah! Anak kita menangis, ayo bantu aku," ujarnya sambil mencoba membangunkan istrinya. Kadita mengerang pelan, lalu berguling ke arah lain. "Mas, aku capek... Aku baru tidur satu jam. Kamu aja yang urus," jawabnya malas tanpa membuka mata. "Capek?" Bastian mendengus kesal. "Kamu cuma tidur-tiduran sepanjang hari! Ini anak kita, Kadita. Tanggung jawab

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pelakormu vs Aku   Bab 37: Pamer Kemenangan

    Kartini berdiri di halaman rumah, memandangi motor baru yang terparkir dengan bangga. Motor itu, meski sederhana, adalah bukti nyata perjuangannya. Uang yang didapat dari kerja kerasnya di hotel, akhirnya bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang ia inginkan, tanpa bergantung pada siapapun. Ia tersenyum puas, meskipun hatinya terasa kosong. Bastian masih di rumah, tapi Kartini merasa seperti sudah jauh dari pria itu, meski status pernikahannya masih sah. ____ Di Dalam Rumah Setelah masuk, Kartini melihat Ibu Sulastri sedang duduk santai di ruang tamu. Tatapan Ibu Sulastri tidak bisa ia hindari—sebuah tatapan penuh curiga, seolah ingin menemukan kesalahan. "Motor baru, ya?" kata Ibu Sulastri dengan nada sinis. "Emang perlu banget, sih? Lagi pamer barang aja." Kartini memandang Ibu Sulastri tanpa emosi, mencoba menahan diri agar tidak terbawa emosi. "Ini baru langkah pertama, Bu. Kalau motor saja

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pelakormu vs Aku   Bab 38: Pilihan yang Tak Terduga

    Kadita duduk di depan cermin, menatap bayangannya sendiri yang kini terasa semakin asing. Ia tak bisa menahan pikiran tentang Kartini yang semakin berkembang pesat, dan rasa cemas itu semakin menggerogoti dirinya. Semua yang dilihatnya tentang Kartini—kesuksesannya, kemajuan ekonominya, bahkan bagaimana Kartini kini bisa berdiri dengan bangga di kaki sendiri—semakin membuat hatinya cemas. "Jangan sampai aku kalah sama dia," gumam Kadita pada dirinya sendiri. Hatinya dipenuhi kekhawatiran. Ia sudah cukup lama menikmati kesenangan dunia, dan sekarang, dengan segala perubahan di hidupnya, ia merasa terancam. Ia tak ingin menjadi seperti Kartini di masa lalu dengan kehidupan yang dulu, menjadi ibu rumah tangga yang bergantung pada suami, dan merawat anak. Itu semua terlalu mengingatkannya pada masa lalu yang penuh dengan keterbatasan. Akhirnya, dengan rasa cemas yang semakin membesar, Kadita memutuskan untuk menelepon mantan suaminya, Antonio. Ia tak bisa m

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pelakormu vs Aku   Bab 39: Dendam Antonio

    Antonio duduk di ruang kerjanya yang mewah, dengan jendela besar yang menampilkan pemandangan kota di malam hari. Segelas anggur merah terletak di tangan kirinya, sementara tangan kanannya dengan santai mengetuk meja mahoni di depannya. Ia memandang gelas itu, memutar anggurnya perlahan, seolah mencari jawaban di dalamnya. “Hmm… Kadita,” gumamnya dengan suara rendah dan penuh penekanan. "Beraninya kau kembali padaku setelah semua ini.” Antonio meneguk anggurnya, bibirnya membentuk senyum tipis yang sinis. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam yang nyaman, wajahnya mencerminkan kepuasan dan niat yang dingin. “Kalau ini yang kau pilih, aku akan menunjukkan padamu konsekuensinya.” Ia meraih ponsel di meja, menelusuri kontaknya yang dipenuhi nama-nama penting di industri perhotelan. Nama-nama besar yang hanya dia yang memiliki akses. Dengan sentuhan satu jari, ia menghubungi koleganya yang pertama. Panggi

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Pelakormu vs Aku   Bab 93 : Lukisan di Kamar

    Langit sore mulai meredup ketika Antonio melangkah masuk ke rumahnya setelah selesai dengan sesi latihan tembaknya. Kaus polo hitam yang ia kenakan melekat sempurna pada tubuh atletisnya, menyiratkan kelelahan sekaligus kesan menawan yang tak terbantahkan. Langkahnya tenang, tetapi tatapannya tajam menyusuri ruangan, mencari seseorang—Kartini. Namun, Kartini tidak terlihat di mana-mana. Antonio mengerutkan dahi. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung melangkah menuju kamarnya. Begitu membuka pintu, ia berhenti sejenak. Kartini ada di sana. Wanita itu berdiri diam di depan dinding besar yang dihiasi sebuah lukisan wanita mengenakan gaun marun. Kartini tampak terpaku, matanya menatap lekat pada detail lukisan itu. Antonio bersandar di ambang pintu, kedua lengannya menyilang di dada. Matanya mengamati Kartini yang tampak begitu terpesona, tetapi ekspresinya tetap dingin. “Kartini,” suara baritonnya memecah

  • Pelakormu vs Aku   Bab 92 – Tepat Sasaran

    Antonio berdiri di area latihan tembak dengan postur tegap, mengenakan pakaian olahraga hitam yang membuat auranya semakin mencolok. Sebuah pistol semi-otomatis berada di genggamannya, siap untuk digunakan. Ia menarik napas panjang, menatap target yang berada beberapa meter di depannya—sebuah lingkaran dengan titik merah di tengah. DOR! Tembakan pertama melesat, tepat mengenai tepi lingkaran tengah. Antonio sedikit menghela napas, tampak tak puas. Ia mengangkat pistolnya lagi, tetapi kali ini wajahnya tampak lebih serius. Dalam pikirannya, ia membayangkan wajah seseorang. “Bastian,” gumamnya sambil mengarahkan pistol. “Kalau saja kamu tahu betapa menyebalkannya dirimu…” DOR! Kali ini tembakannya tepat di tengah. Antonio menyeringai kecil, senang membayangkan dirinya sedang "mengalahkan" Bastian, meski hanya di pikirannya. “Pak Antonio, Anda tampaknya sangat f

  • Pelakormu vs Aku   Bab 91 – Pertemuan yang Tak Pernah Tenang

    Antonio berjalan dengan tenang di lorong hotel, memeriksa setiap detail dari pelayanan hingga suasana hotel. Mata tajamnya memperhatikan kerapian meja, keramahan staf, hingga suasana yang dihadirkan. Hari itu seharusnya menjadi hari biasa. Tapi, tentu saja, tidak bagi Bastian. “Antonio!” suara khas itu memecah keheningan. Antonio berhenti sejenak, menoleh, lalu kembali berjalan. Namun, seperti biasa, Bastian tak menyerah. Ia mengejar dengan langkah cepat, membawa senyum yang seolah penuh kemenangan. “Kenapa selalu buru-buru kalau ketemu aku? Takut kalah debat, ya?” goda Bastian sambil menyamakan langkah dengan Antonio. Antonio menghela napas pelan, menoleh tanpa banyak ekspresi. “Kalau tidak ada yang penting, lebih baik kembali ke pekerjaanmu.” “Tenang dulu, bos. Aku cuma mau ngobrol ringan. Kamu tahu Kartini pindah kerja ke mana?” tanyanya tiba-tiba, mencoba terdengar santai, tapi matanya penuh selidik.

  • Pelakormu vs Aku   Bab 90 – Misteri di Balik Nama Kontak

    Di sebuah sore yang sibuk, Bastian berjalan menuju ruang kerja Antonio dengan setumpuk dokumen di tangannya. Laporan ini adalah hasil kerja keras timnya, dan walau hubungan mereka sering penuh tensi, ia tahu bahwa tugas adalah tugas. Antonio, sebagai atasan langsungnya, tetap harus menerima laporan tersebut. Setibanya di ruangan Antonio, pria itu duduk dengan sikap serius seperti biasa, membaca laporan yang baru saja diberikan oleh Bastian. Ia mengernyit sedikit, menunjuk beberapa bagian. “Ini tidak sinkron dengan data sebelumnya. Revisi, dan perbaiki sebelum sore ini,” kata Antonio, nada suaranya dingin namun profesional. Bastian mengangguk kecil, lalu menjawab, “Baik, saya akan perbaiki. Tapi bagian mana yang lebih detil harus dirapikan?” Sebelum Antonio sempat menjawab, tiba-tiba ponsel di mejanya berdering. Antonio dengan refleks melirik layar ponselnya dan terlihat agak tegang. Di layar ponsel itu, hanya ada

  • Pelakormu vs Aku   Bab 89 – Kemenangan Sang Juara

    Malam sudah semakin larut, tetapi suasana di lapangan golf masih terasa hangat dan penuh semangat. Pertandingan final dimulai kembali setelah jeda istirahat 20 menit. Antonio kembali ke lapangan dengan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya. Keringat yang mengucur deras membasahi kemejanya, membuatnya semakin tidak nyaman. Tanpa banyak basa-basi, ia meraih kerah bajunya, menariknya ke atas, dan melepaskannya begitu saja. Kartini, yang berdiri tak jauh, menahan napas. Di bawah sinar lampu lapangan yang terang, tubuh Antonio terlihat begitu memukau. Dadanya yang bidang dengan lebar sekitar 80 cm terlihat jelas, kulitnya kecokelatan sempurna, dengan garis otot yang terpahat rapi. Lengan yang kokoh, punggung lebar, dan perutnya yang berotot menciptakan perpaduan sempurna antara kekuatan dan estetika. Keringat yang masih menetes di kulitnya seperti menambah kilauan, membuatnya terlihat seperti sosok dari lukisan dewa-dewa Yunani. Terlebih tinggi badannya

  • Pelakormu vs Aku   Bab 88: Saat Hobi Bertemu Perasaan

    Setelah hampir dua jam bertanding, Antonio terlihat sangat santai, bahkan senyum tipis tak pernah lepas dari wajahnya. Pukulan demi pukulan dilontarkan dengan presisi tinggi, sementara rekan-rekannya sudah tampak kelelahan. Tatiana dan Kartini berdiri di pinggir lapangan, menyaksikan dengan takjub. "Wow, Kak Antonio ini nggak ada capeknya, ya?" Tatiana tertawa, menonton kakaknya yang tampaknya begitu menikmati permainannya. Kartini, yang agak khawatir, menatap Antonio dengan tatapan bingung. "Apa selama ini Pak Antonio memang main golf terus tanpa henti seperti ini?" tanyanya, sedikit khawatir. Tatiana mengangguk, terlihat sudah terbiasa dengan kebiasaan kakaknya. "Kakakku itu bisa main sampai sore, bahkan malam. Golf itu hobinya. Makanya dia punya koleksi tongkat golf yang harganya nggak main-main," jawabnya sambil tersenyum lebar. Kartini mengangguk pelan, sedikit mengerti, meskipu

  • Pelakormu vs Aku   Bab 87: Lapangan Golf

    Langit cerah membentang luas di atas lapangan golf yang hijau dan rapi. Angin sepoi-sepoi menambah kesejukan udara, menciptakan suasana yang seharusnya tenang dan damai. Namun, suasana hati Antonio sepertinya sedang bergolak. Ia berdiri di atas rumput, tongkat golf di tangannya, dan tatapannya penuh amarah, seolah setiap pukulan adalah pelampiasan untuk perasaan yang tak terungkapkan. Tatiana, yang duduk di dekat buggy golf, hanya menggelengkan kepala. "Kak, ini main golf, bukan mau tanding tinju atau perang , lho," ujarnya setengah bercanda sambil memandang kakaknya yang terus-menerus memukul bola dengan agresif. Antonio hanya mengangguk pelan tanpa menjawab. Pukulannya terdengar keras, dan bola itu terlempar jauh, hampir menabrak pembatas lapangan. Kartini yang berdiri tidak jauh dari situ mengerutkan keningnya, menyaksikan dengan cemas. Ia mendekat, memegang bola golf baru, dan dengan hati-hati meletakkann

  • Pelakormu vs Aku   Bab 86: Persaingan Halus di Depan Investor

    Ruang lobi hotel dipenuhi suasana formal saat rombongan investor asing tiba. Antonio dengan setelan jas rapi, berdiri dengan penuh wibawa di samping Pak Hendro. Di sebelahnya, Bastian juga terlihat santai tetapi dengan senyum penuh percaya diri. Para investor ini adalah kunci untuk meningkatkan modal hotel, dan setiap ide yang mereka presentasikan hari ini akan menentukan keputusan besar. Ketika Antonio mulai memaparkan idenya, suaranya terdengar tegas dan meyakinkan. "Strategi kita ke depan adalah mengintegrasikan layanan berbasis teknologi untuk tamu bisnis. Dengan aplikasi custom, tamu dapat memesan fasilitas meeting, catering, hingga transportasi langsung dari ponsel mereka. Ini akan memberikan kemudahan yang menjadi nilai tambah." Para investor tampak tertarik. Salah satu dari mereka mengangguk, mencatat poin yang disampaikan Antonio. Namun, sebelum Antonio bisa melanjutkan, Bastian menyela dengan senyum halus. "Itu id

  • Pelakormu vs Aku   Bab 85: Ladang Persaingan

    Rapat pagi itu di ruang konferensi besar terasa tegang sejak awal. Antonio duduk di kursinya dengan postur tegak dan wajah dingin, tangannya yang baru sembuh sebagian dari gips bertumpu di meja. Di seberangnya, Bastian tampak lebih santai, tetapi sorot matanya jelas penuh tantangan. Topik diskusi adalah strategi pemasaran untuk meningkatkan okupansi hotel, terutama di segmen tamu bisnis. "Rencana itu terlalu berisiko," Antonio memulai, suaranya tegas. "Mengalihkan sebagian besar anggaran ke pemasaran digital tanpa memastikan ROI yang jelas akan membuat kita rentan terhadap kerugian." Bastian langsung menyela. "Antonio, kalau kita terus berpikir konservatif seperti itu, kita akan tertinggal. Kompetitor kita sudah berinvestasi besar di media digital, dan mereka mulai melihat hasilnya. Kita harus berani mengambil langkah besar." Antonio mendengus pelan, lalu menatap Bastian dengan dingin. "Langkah besar tanpa perhit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status