Alika tersenyum, dia mematut diri di cermin, nampak gaun pengantin yang sangat mewah, warna putih gading, bertabur butiran swarovski, kilatan permata kecil menambah indah gaun tersebut.
Hari ini adalah hari paling bahagia di hidup Alika, walaupun awalnya dia hanya menginginkan akad nikah, tapi Hamid sangat gigih membujuknya untuk membuat pesta resepsi. Maka di sinilah mereka sekarang, di sebuah kamar hotel, menunggu dirinya di tuntun untuk ke Aula tempat ijab kabul berlangsung.
Beberapa sahabatnya telah masuk, mereka nampak senang melihat Alika, setelah semua telah siap, Alika di bawa keluar untuk duduk bersanding dengan Hamid yang sedang duduk di depan penghulu.
Alika duduk di samping Hamid, lelaki itu menoleh ke arah wanita yang sebentar lagi akan sah menjadi istrinya.
Penghulu yang sedari tadi datang, mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk kelancaran ijab kabul.
Baru saja tangan Hamid di salami oleh penghulu, tiba
"Buktikan!""Apa untungnya kalau aku bisa membuktikan kalau itu bukan ulahku?" tanya Adam, dia menatap Alika dengan wajah serius."Keluarga pasien?"Seorang suster memanggil Alika, membuat percakapan mereka terhenti."Iya, Suster?"Gadis itu menghampiri suster yang memanggilnya."Pasien ingin bertemu, silahkan masuk!"Alika segera melangkah ke dalam ruangan, nampak pak Arsyad sedang terbaring, terdengar lapas kalam Allah terucap dari bibirnya. Melihat Alika masuk di ikuti oleh Adam, melihat Adam wajah pak Arsyad sendu, tapi hanya sesaat. Napasnya tiba-tiba saja terdengar cepat, dia seperti kesusahan walaupun telah di bantu oleh mesin."Nak, maukah kamu memenuhi permintaan Bapak?" tanya lelaki itu dengan suara lirih."Iya, Pak, apa yang Bapak mau, pasti Alika pen
"Oh... maling teriak maling!" teriak Alika, dia melihat Hamid sedang di pijat oleh Bunga, hal itu membuat emosinya meradang.Hamid yang tak menyangka Alika akan datang, segera bangun, Bunga sampai terjatuh ke belakang karena tersenggol oleh Hamid."Kamu, ngapain ke sini?""Aku ngapain ke sini? Harusnya aku yang bertanya, ngapain kamu sama pela*ur ini?" tanya Alika."Rupanya karena dia, kamu membatalkan pernikahan kita, dan menjadikan foto-fotoku dan Adam sebagai alasan, munafik kamu!" lanjutnya lagi."Jaga bicara kamu, aku tak seperti itu, dia hanya membantu, leherku tegang, kepalaku sakit, apa kamu pikir aku senang membatalkan pernikahan ini?""Alasan, tadinya aku sangat sedih pernikahan kita batal. Tapi, sekarang aku malah bersyukur, kamu memang tidak pantas untuk aku!"Alika dan Hamid saling adu mulut, Adam hanya duduk
"Maksud tante apa?" tanya Hamid."Kamu harus menikahi Bunga!" ucap tante Rani enteng, dia melirik Bunga yang sedang tersenyum."Astaga ... apa lagi ini? Ternyata, ada udang di balik batu!" ejek Alika, dia tersenyum meremehkan.Dari awal dia bertemu Bunda dan tante Rani pada saat makan bersama, membuatnya tau kalau gadis itu memiliki perasaan kepada Hamid, hanya saja dia belum bisa membuktikan karena mereka baru ketemu.Alika memutar ingatannya ke beberapa hari yang lalu, waktu dia dan Hamid bertemu keluarga lelaki itu, Alika melihat gelagat yang tak baik dari Bunga. Dia sampai harus beberapa kali ke toilet untuk membuktikan firasatnya.Setiap Alika ke toilet, maka Bunga akan bersikap agresif ke Hamid, bahkan tak segan-segan memegang tangan dan bersandar di pundak lelaki itu, ketika Alika sedang tak ada, hal itu Alika ketahui, karena diam-diam dia mengintip mereka.Hal itu pula yang membuat Alika meny
Darah segar mengalir dari sela rambut Hamid, Alika membantu Adam berdiri."Ayo kita pergi, tak ada gunanya di sini," ucap Alika.Dia menarik Adam agar bisa bangkit, mereka berdua keluar dari rumah Tante Rani.Hamid yang jatuh pingsan, akibat hantaman Alika, di tangani Bunga."Mau kemana kamu, sial*n?" Bunga menarik jilbab Alika, ternyata dia menyusul mereka keluar rumah.Alika tak mau mengalah, Adam dia jatuhkan begitu saja, lalu berbalik memegang tangan Bunga dan memelintirnya, membuat gadis itu berteriak."Mama, tolong!!!"Tante Rani datang tergopoh-gopoh, dia menolong melerai keduanya."Pergi dari sini!" teriak tante Rani.Tanpa di suruh untuk yang ke-dua kalinya, Alika kembali memapah Adam dan membawanya pergi.Tante Rani membiarkan Adam dan Alika pergi begitu saja.
Pak Arsyad sudah di bolehkan pulang, Alika memintanya untuk tinggal bersama mereka, sampai keadaan pak Arsyad pulih betul.Sayangnya, orang tua itu menolak, dia lebih memilih pulang kampung, alasannya di kampung banyak yang akan mengurus dirinya.Berat hati Alika melepaskan orang yang di cintai nya itu, seharian dia mengurung diri di kamar. Sejak peristiwa gagal menikah, Alika sudah tak pernah lagi ke kantor, dia berencana untuk mengundurkan diri.Adam yang sedang sibuk mengumpulkan informasi tentang lelaki yang akan dia bunuh, seolah melupakan keberadaan Alika.Dia pergi ketika Alika belum bangun dan datang ketika gadis itu sudah tidur.Hari ini dia ingin memberi surprise untuk Alika, dia berencana mengajaknya makan malam di sebuah restoran mewah.'Malam ini, berpakaian lah seperti ratu, karena raja akan membawamu ke suatu tempat yang istimewa.'
"Lepaskan, kamu mabuk!" Bunga meronta, mencoba melepaskan diri dari pelukan Hamid.Semakin kuat gadis itu meronta, semakin erat pula pelukan Hamid. Sampai akhirnya, dia sudah tak punya tenaga untuk melawan. Bunga pasrah berada di pelukan lelaki itu.Dalam pengaruh alkohol, Hamid mulai menciumi Bunga, memindai setiap jengkal kulit gadis itu dengan bibirnya.Bunga pasrah, baginya menghabiskan malam dengan Hamid dalam keadaan mabuk, itu lebih baik, daripada harus menghabiskan malam pertama sendirian.Hamid begitu lembut memperlakukan Bunga, membuat gadis itu terbuai begitu dalam, tubuh mereka kini menyatu, menyambut surga dunia."Alika!"Sebuah nama lolos dari bibir Hamid, ketika mereka mencapai puncak. Ada lubang yang tiba-tiba saja menganga di dalam hati Bunga, dia memaksa membalik badan Hamid yang menindih tubuhnya.Plak!
Hamid menyeringai senang, dia memutuskan untuk kembali ke tempat tante Rani. Kini dia punya rencana untuk menghancurkan Adam dan mengambil kembali Alika, hanya saja, dia butuh sekutu. Saat ini,menjadi sekutu Tante Rani dan Bunga adalah langkah yang dia rasa cukup bagus.Belum lagi, dia mengetahui kalau Adam adalah orang yang berbahaya, jadi untuk menghancurkan lelaki itu, Hamid butuh rencana yang matang.Di perjalanan, Hamid berkali-kali melihat pesan yang di kirim kepada Alika, centang dua, masih berwarna abu-abu.Dia sedikit menyesali diri, kenapa harus terburu-buru mengirimkan bukti foto kepada Alika, apalagi dia memakai nomornya, bisa saja wanita itu berasumsi kalau dia merencanakan sesuatu untuk Alika dan Adam.Selama perjalanan, Hamid tak berhenti menyusun rencana, dia tak bisa memikirkan hal paling mudah, selain menjatuhkan Adam lewat Alika.*****
Semua berbalik ke arah suara, ternyata Bunga sudah kembali dari kamar mandi. Dia tak sengaja menyentuh pas yang ada di atas meja, wajahnya merah menahan tangis.Malam ini Bunga tak kala menawannya dengan Alika, dia menggunakan gaun berwarna merah tanpa lengan, rambutnya yang panjang di gulung ke atas, dengan liontin indah menghias lehernya yang jenjang.Hamid segera melepaskan Alika dari pelukannya, lalu mendorong wanita itu, hingga hampir jatuh."Sayang, kamu sudah kembali!" Hamid berkata sambil memdekati Bunga, dia mengelus lembut lengan wanita yang kini terlihat menekuk wajah."Kamu ingin aku selamanya di kamar mandi?" tanya Bunga?" Dia menepis kasar tangan Hamid."Nggak begitu, aku kira kamu masih lama," ucap Hamid."Kamu berharap aku lama, supaya kamu bisa berduaan dengan pela*ur itu?" Bunga semakin bersng, dia maju untuk mencakar muka Alika, untung di t