"Maksud tante apa?" tanya Hamid.
"Kamu harus menikahi Bunga!" ucap tante Rani enteng, dia melirik Bunga yang sedang tersenyum.
"Astaga ... apa lagi ini? Ternyata, ada udang di balik batu!" ejek Alika, dia tersenyum meremehkan.
Dari awal dia bertemu Bunda dan tante Rani pada saat makan bersama, membuatnya tau kalau gadis itu memiliki perasaan kepada Hamid, hanya saja dia belum bisa membuktikan karena mereka baru ketemu.
Alika memutar ingatannya ke beberapa hari yang lalu, waktu dia dan Hamid bertemu keluarga lelaki itu, Alika melihat gelagat yang tak baik dari Bunga. Dia sampai harus beberapa kali ke toilet untuk membuktikan firasatnya.
Setiap Alika ke toilet, maka Bunga akan bersikap agresif ke Hamid, bahkan tak segan-segan memegang tangan dan bersandar di pundak lelaki itu, ketika Alika sedang tak ada, hal itu Alika ketahui, karena diam-diam dia mengintip mereka.
Hal itu pula yang membuat Alika meny
Darah segar mengalir dari sela rambut Hamid, Alika membantu Adam berdiri."Ayo kita pergi, tak ada gunanya di sini," ucap Alika.Dia menarik Adam agar bisa bangkit, mereka berdua keluar dari rumah Tante Rani.Hamid yang jatuh pingsan, akibat hantaman Alika, di tangani Bunga."Mau kemana kamu, sial*n?" Bunga menarik jilbab Alika, ternyata dia menyusul mereka keluar rumah.Alika tak mau mengalah, Adam dia jatuhkan begitu saja, lalu berbalik memegang tangan Bunga dan memelintirnya, membuat gadis itu berteriak."Mama, tolong!!!"Tante Rani datang tergopoh-gopoh, dia menolong melerai keduanya."Pergi dari sini!" teriak tante Rani.Tanpa di suruh untuk yang ke-dua kalinya, Alika kembali memapah Adam dan membawanya pergi.Tante Rani membiarkan Adam dan Alika pergi begitu saja.
Pak Arsyad sudah di bolehkan pulang, Alika memintanya untuk tinggal bersama mereka, sampai keadaan pak Arsyad pulih betul.Sayangnya, orang tua itu menolak, dia lebih memilih pulang kampung, alasannya di kampung banyak yang akan mengurus dirinya.Berat hati Alika melepaskan orang yang di cintai nya itu, seharian dia mengurung diri di kamar. Sejak peristiwa gagal menikah, Alika sudah tak pernah lagi ke kantor, dia berencana untuk mengundurkan diri.Adam yang sedang sibuk mengumpulkan informasi tentang lelaki yang akan dia bunuh, seolah melupakan keberadaan Alika.Dia pergi ketika Alika belum bangun dan datang ketika gadis itu sudah tidur.Hari ini dia ingin memberi surprise untuk Alika, dia berencana mengajaknya makan malam di sebuah restoran mewah.'Malam ini, berpakaian lah seperti ratu, karena raja akan membawamu ke suatu tempat yang istimewa.'
"Lepaskan, kamu mabuk!" Bunga meronta, mencoba melepaskan diri dari pelukan Hamid.Semakin kuat gadis itu meronta, semakin erat pula pelukan Hamid. Sampai akhirnya, dia sudah tak punya tenaga untuk melawan. Bunga pasrah berada di pelukan lelaki itu.Dalam pengaruh alkohol, Hamid mulai menciumi Bunga, memindai setiap jengkal kulit gadis itu dengan bibirnya.Bunga pasrah, baginya menghabiskan malam dengan Hamid dalam keadaan mabuk, itu lebih baik, daripada harus menghabiskan malam pertama sendirian.Hamid begitu lembut memperlakukan Bunga, membuat gadis itu terbuai begitu dalam, tubuh mereka kini menyatu, menyambut surga dunia."Alika!"Sebuah nama lolos dari bibir Hamid, ketika mereka mencapai puncak. Ada lubang yang tiba-tiba saja menganga di dalam hati Bunga, dia memaksa membalik badan Hamid yang menindih tubuhnya.Plak!
Hamid menyeringai senang, dia memutuskan untuk kembali ke tempat tante Rani. Kini dia punya rencana untuk menghancurkan Adam dan mengambil kembali Alika, hanya saja, dia butuh sekutu. Saat ini,menjadi sekutu Tante Rani dan Bunga adalah langkah yang dia rasa cukup bagus.Belum lagi, dia mengetahui kalau Adam adalah orang yang berbahaya, jadi untuk menghancurkan lelaki itu, Hamid butuh rencana yang matang.Di perjalanan, Hamid berkali-kali melihat pesan yang di kirim kepada Alika, centang dua, masih berwarna abu-abu.Dia sedikit menyesali diri, kenapa harus terburu-buru mengirimkan bukti foto kepada Alika, apalagi dia memakai nomornya, bisa saja wanita itu berasumsi kalau dia merencanakan sesuatu untuk Alika dan Adam.Selama perjalanan, Hamid tak berhenti menyusun rencana, dia tak bisa memikirkan hal paling mudah, selain menjatuhkan Adam lewat Alika.*****
Semua berbalik ke arah suara, ternyata Bunga sudah kembali dari kamar mandi. Dia tak sengaja menyentuh pas yang ada di atas meja, wajahnya merah menahan tangis.Malam ini Bunga tak kala menawannya dengan Alika, dia menggunakan gaun berwarna merah tanpa lengan, rambutnya yang panjang di gulung ke atas, dengan liontin indah menghias lehernya yang jenjang.Hamid segera melepaskan Alika dari pelukannya, lalu mendorong wanita itu, hingga hampir jatuh."Sayang, kamu sudah kembali!" Hamid berkata sambil memdekati Bunga, dia mengelus lembut lengan wanita yang kini terlihat menekuk wajah."Kamu ingin aku selamanya di kamar mandi?" tanya Bunga?" Dia menepis kasar tangan Hamid."Nggak begitu, aku kira kamu masih lama," ucap Hamid."Kamu berharap aku lama, supaya kamu bisa berduaan dengan pela*ur itu?" Bunga semakin bersng, dia maju untuk mencakar muka Alika, untung di t
Suara Bunga terdengar kencang, dia menarik wanita yang duduk dipangkuan Hamid untuk pindah."Kamu mau cari mati?" tanya Bunga dengan suara sangat besar, matanya melotot seperti ingin menelan wanita penghibur itu."Maaf, maksud Bos apa? Saya hanya bekerja," ucap wanita itu takut-takut."Dia suami saya, kenapa kamu masih merayunya?" tanya Bunga, kini dia mulai menjambak rambut wanita yang dia kenal bernama Anggita."Say tidak tau, Bos!" jawab Anggi takut-takut."Sudahlah, ayo kita masuk kedalam dia tidak mengenalku," ucap Hamid, dia melerai keduanya."Tidak boleh begitu dong, dia harusnya bertanya dulu, tidak langsung main tarik saja," tolak Bunga, dia masih ingin memberi pelajaran kepada Anggita."Sudah, tak usah meladeni dia, nanti cantiknya hilang," goda Hamid.Dia memegang kedua bahu Bunga dari belakan
"Sialan!" teriak Adam, dia menghantam meja kerjanya.Dari mesin pencarian diketahui kalau mobil tersebut milik sebuah perusahaan ekspedisi, tapi tahun lalu hilang di curi dan sampai sekarang tak ditemukan di mana."Bagaimana aku bisa menemukan jejak mereka? Alika juga tak membawa hape." Adam terlihat kalut, selama ini dia tak pernah setakut ini.Dia mulai mengambil hape, mencari nama orang yang bisa membantu. Sayangnya, sampai nama di kontaknya,dia sama sekali tak menemukan nama yang cocok.Adam kembali menutup hape, pandangannya beralih ke laptop, mendalami siapa pencuri mobil itu.*****Di gudang."Argh." Alika berteriak menahan sakit, dia baru saja siuman, tangannya terasa kesemutan, dia mengubah posisi dari terlentang ke miring. Matanya mengerjap-ngerjap, mencoba menyesuaikan dengan pencahayaan yang sedikit minim.
Sehari semalam, Adam tak bisa tidur, dia terus memikirkan Alika,dia sudah berkeliling tempat hiburan malam untuk mencari info yang berkaitan dengan minivan yang menculik Alika.Pikiran Adam kacau, telpon dari Bella pun dia abaikan, dia hanya mengirim pesan agar tak mengganggunya, karena lagi menjalankan misi.Ketika pikirannya sangat kalut, seseorang menepuk pundaknya dari belakang, ternyata orang itu adalah Andika, sahabat sekaligus klien paling setianya."Tumben, Lo di sini, kembali ke jalan sesat nih?" tanya Andika.Memang, setelah menikah Adam memberi tahu sahabatnya itu, bahwa dia ingin berhenti dari dunia hitam dan Andika sangat setuju akan keputusan sahabatnya itu.Sayangnya malam ini dia melihat Adam kembali di club, membuatnya berpikir untuk sekedar menyapa."Nggak, gue lagi pusing, istri gue di culik, sampe sekarang gue nggak tau dia di mana, pencul