Ring ring
Dania nyaris saja menaiki ranjang jika saja ponselnya tak berbunyi begitu nyaring. Dania menoleh ke arah sofa putih di sudut ruangan, menatap tas yang di dalamnya terdapat ponselnya.Nyatanya suara ponsel itu juga sedikit menarik perhatian Allard yang sedari tadi bersandar di kepala ranjang. Namun hanya sedikit, ia segera mengalihkan pandangannya pada sang mantan istri."Dania," panggilnya dengan suara rendah. Sukses membuat Dania menoleh pada Allard."Apa yang kau tunggu?" tanya Allard."Y-ya."Dania memutuskan untuk mengabaikan panggilan itu dan menaiki ranjang, mendekati Allard dan meraih ikatan jubah di pinggang Allard. Dengan rasa gugupnya yang luar biasa ia menarik ikatan itu hingga terlepas, selanjutnya ia hanya tinggal membukanya saja.Dania meneguk ludahnya, rasanya ia benar-benar ingin semua ini berakhir. Ini memalukan dan juga mendebarkan. Siapa yang menyangka ia akan berada di posisi ini? Bercinta dengan mantan suaminya dengan status pelacur dan pelanggan. Oh, mungkin lebih tepatnya disebut berhubungan seks.Sebutan bercinta hanya cocok untuk pasangan yang saling mencintai.Ring ringPonsel kembali berbunyi, memecah konsentrasi Dania. Untuk kedua kalinya Dania kembali menoleh ke arah tasnya.Melihat itu Allard berdecak kesal, ia menarik pergelangan tangan Dania. Memaksa wanita itu menatap padanya. "Kukatakan untuk fokus pada pekerjaanmu, Dania." Allard berujar tajam."Sebagai pelacur profesional kau harusnya tahu apa yang menjadi prioritasmu saat kau sudah telanjang di sini," tambah Allard sembari melepaskan pergelangan tangan Dania."Pergi ke sana, matikan ponsel itu!" Ucapan Allard terdengar seperti perintah, Dania meneguk ludahnya. Allard dalam mode seperti ini agak menakutkan.Dania tak banyak bicara, dengan cepat ia segera turun dari ranjang dan meraih tasnya. Mengambil ponsel dari dalam tas itu dan hendak mematikan.Wanita 29 tahun itu akan menekan tombol untuk mematikannya, namun sebuah pesan dari aplikasi bewarna hijau menarik perhatiannya disertai sebuah foto yang masuk. Dania melirik Allard dengan sudut matanya, pria itu juga masih menatapnya."Membacanya sebentar mungkin tak masalah." Dania membatin.Dengan cepat Dania membuka kunci ponselnya, membuka aplikasi itu dan matanya membulat sempurna ketika sebaris pesan yang mengejutkan itu berhasil ia baca.[Maaf, Buk. Angel masuk rumah sakit karena keracunan makanan di sekolahnya.][Foto.]Pesan itu disertai dengan sebuah gambar yang menunjukkan jika putrinya berada di atas bangsal rumah sakit, tampak begitu lemah hingga Dania juga merasakan kakinya ikut melemas.Putrinya keracunan!Dania meremas ponselnya dengan perasaan gelisah, bahkan tangannya bergetar karena rasa khawatir. Malaikatnya, sekarang sedang sakit.Ia melirik Allard kemudian melirik ponselnya lagi. "Oh, apa yang harus aku lakukan?"°°°Ekspresi Dania tampak jelas mengkhawatirkan sesuatu, namun Allard tak mau ambil pusing. Sejujurnya rasa kekesalan Allard sudah bertambah ke level selanjutnya melihat Dania yang berdiri kaku sembari memegang ponselnya.Oh, ayolah. Allard sudah menunggu waktu ini, waktu di mana ia akan menginjak-injak harga diri Dania."Dania kau-""Allard," panggil Dania memotong perkataan Allard.Alis pria berwajah rupawan itu terangkat naik melihat Dania yang mendekatinya dengan wajah pucat. Sesekali wanita itu meremas ponsel dan menatapnya ragu-ragu."Bisakah kita melakukannya lain kali?"°•°•°•°"Bisakah kita melakukannya lain kali?"Dania tahu ini akan membuat Allard kesal, tapi ia benar-benar tak bisa sekarang. Ia harus segera melihat putrinya, menjenguknya, dan merawatnya. Nalurinya sebagai seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya benar-benar membuat Dania gelisah."Apa yang kau maksud dengan kata 'lain kali' Dania?" Nada tak setuju itu keluar dari mulut Allard, pria itu bangkit kemudian menghampiri Dania."Apa kau ingin berhenti ditengah jalan? Dengan sesuka hatimu?" tanyanya sembari bersedekap.Allard berdiri menjulang di depan Dania, matanya yang menatap tajam mengeluarkan aura intimidasi yang sukses membuat Dania meneguk ludahnya.Dania menggeleng cepat, membuang jauh-jauh rasa takutnya. Sekarang keadaan Angel jauh lebih penting dari apapun. "Bukan begitu, Allard. Sungguh aku tidak bisa melakukannya sekarang. Ada sesuatu penting yang harus aku lakukan.""Kau memerintahku?" tanya Allard. Nada suaranya tak berubah, masih dingin dan tajam. Entah apa yang membuatnya begitu kesal.Lagi dan lagi Dania menggeleng, sepertinya hanya itu aksi yang bisa ia lakukan di depan Allard saat ini. "Tidak, Allard. Ini benar-benar penting. Aku ... Aku mohon." Di akhir kata, suara Dania melemah.Ia memohon pada mantan suaminya.Allard membalikkan tubuhnya, kemudian berjalan ke arah ranjang dan duduk di sana, netranya menelisik Dania yang berdiri di depannya dengan tubuh gemetar. Membuat Allard berpikir urusan apa yang membuat Dania tampak begitu gelisahnya."Urusan apa?" tanya Allard.Seperti mendapat secercah harapan, Dania menoleh cepat ke arah Allard. Ia hendak menjawabnya, namun sesuatu dalam pikiran mencegahnya untuk berucap."Aku tidak bisa memberitahunya jika aku punya anak." Dania membatin."I-ini urusan penting, aku tidak bisa menjawabnya. T-tapi, aku mohon izinkan aku pergi hari ini, tanpa memberitahu pada Madam." Tetap saja, Dania tak bisa memberitahukannya pada Allard.Hanya Allard harapannya saat ini, ia ingin pergi tanpa ketahuan oleh Madam. Tanpa komplain dari Allard pada Madam juga tentunya."Apa itu sebegitu pentingnya?" Allard berujar dalam hati, sejenak ia tampak berpikir sebelum akhirnya sesuatu yang licik melintas di otaknya. Membuat sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman miring."Tidak," ujarnya tegas mendapatkan tatapan tak percaya dari Dania."T-tapi-""Tidak, Dania," potong Allard cepat sembari menikmati wajah menyedihkan yang Dania perlihatkan.Dania memelas, sepertinya tak ada tanda-tanda Allard akan mengizinkannya. "Allard, Aku mohon."Dania perlahan menurunkan tubuhnya, membuang harga dirinya kemudian bersimpuh di hadapan Allard yang duduk di atas ranjang. Mata coklat terangnya perlahan berkaca-kaca. "Aku mohon, sekali ini saja ... Allard." Dania mengucapkan kata itu sembari menekuk wajahnya ke bawah, menatap lantai yang terasa dingin ketika menyentuh kulitnya.Perasaan Dania campur aduk, tak tahu harus melakukan apa lagi. Sekarang rasa khawatir dan prihatin memenuhi hatinya. Dania putus asa.Rupanya apa yang Dania lakukan itu membuat Allard terkejut, tak menyangka Dania akan berbuat seperti ini. Tapi, rasa kejut yang ia rasakan berubah jadi rasa bangga dan puas, Dania sang mantan istrinya sekarang bersimpuh di hadapannya. Hal ini membuat Allard merasa berkuasa atas Dania, merasa unggul karena membuat Dania bersimpuh dan memohon di hadapannya.Yah, inilah yang ia harapkan. Melebihi ekspektasinya."Baiklah."Dania mengangkat wajahnya, menatap Allard dengan mata penuh pengharapan."Aku tak akan memberitahu pada atasanmu ataupun meminta pengembalian dana." Allard berdehem sembari memperbaiki posisi duduknya, matanya menatap angkuh pada Dania."Tapi itu tidak gratis, ada harga yang harus kau bayar.""A-apa ...?""Maka, jadilah pelacur pribadiku.""Kau berselingkuh!"Mata Allard memerah, urat di lehernya tampak menonjol kala ia membentak seorang wanita yang berstatus sebagai istrinya. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, bukti betapa marahnya ia saat ini.Dania menggeleng tegas. "Aku. Tidak. Selingkuh!" Satu persatu kata ia tekankan, matanya tak kalah nyalang menatap sang suami. Merasa jika tuduhan Allard padanya itu tidak benar."Heh." Senyum sinis tersungging di wajah Allard. "Masih mau mengelak?" tanyanya remeh."Mengelak apanya? Aku tidak berselingkuh, Al! Tidak pernah!" Suara Dania naik, ia bahkan tak peduli jika pertengkaran mereka di ruang tamu ini akan terdengar sampai ke luar. Allard merasakan darahnya mendidih, kemudian ia mengambil sesuatu yang ia simpan dalam saku celananya. Sedetik kemudian, Allard melemparkannya ke arah Dania hingga benda itu berceceran di lantai.Beberapa foto Dania yang tampak tidur dengan pria yang berbeda-beda. Total ada 10 foto."Lihat!" Allard menunjuk foto-foto itu, tak ada yang meny
"Aku menyukai teknikmu, memuaskan. Aku ingin melakukannya lagi pada hari kamis depan." Sebuah senyum terbit di bibir merah seorang wanita ketika pelanggannya memberikan pujian atas pelayanan yang telah ia lakukan. Mata cantiknya menoleh ke arah ranjang, di sana seorang pria berbaring tanpa busana sembari menatap dirinya lapar. "Kau bisa langsung ke Madam saja, ia yang mengatur jadwalku." Wanita itu kembali kembali menoleh ke cermin, menatap dirinya yang sudah kembali rapi. Rambut sebahu yang tadi berantakan sudah ia sisir rapi, disempurnakan dengan dress merah ketat yang ia pakai. Memancarkan aura seorang wanita dewasa."Ya, aku ingin melakukannya lagi. Tak masalah membayar lebih karena kau yang terbaik, Dania."Dania Fajarina, wanita penghibur kalangan elit. Dibayar mahal atas kepuasan yang ia berikan pada pria-pria hidung belang yang membutuhkan kehangatan di atas ranjang. Senyum manis tak hilang dari wajahnya. "Aku pergi dulu." "Sampai jumpa Kamis depan, Dania." Dania tak menj
Dania sudah pergi sejak beberapa saat yang lalu, tapi Allard masih berdiri di ambang pintu kamar hotel dengan rasa yang tak bisa ia deskripsikan. Semua rasa itu bercampur, sakit, dendam, marah, dan juga jijik. Allard masuk ke dalam kamar, lalu mengambil ponselnya. Mencari-cari nama Cakra di daftar kontak hingga ia menemukan dan menyambungkannya."Kenapa, Al? Sudah memanggil wanitanya? Apakah kau tidak menyukainya?" Suara di seberang bertanya heran."Brengsek! Apa maksudmu?!" bentak Allard pada Cakra. Ia menendang meja nakas hingga suara tendangannya terdengar oleh Cakra. "Kau sengaja, hah?" "Apa? Aku tidak mengerti maksudmu." Nada bicara Cakra terdengar bingung."Pelacur yang datang itu adalah Dania?""What?!" ~~~"Kau terlihat tidak fokus hari ini, ada beban pikiran?"Dania menoleh pada seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamar mandi, ia lihat pelanggannya itu hanya memakai jubah mandi. Berjalan mendekati Dania yang duduk di atas ranjang."Bukan apa-apa, Pak Burhan.
Dania tak pernah merasakan keraguan sebesar ini sebelumnya ketika menemui pelanggannya, tidak pernah karena Dania selalu bersiap atas semua kemungkinan yang ada. Petinggi pemerintah, pengusaha, bahkan orang-orang lain dengan jabatan tinggi sebelumnya, Dania tak pernah ragu.Ia bahkan pernah melayani seorang aktor terkenal ternama yang sudah memiliki istri dan anak, aktor yang selalu mengumbar kehidupan bahagia keluarganya di media sosial, dan Dania tak pernah terganggu oleh itu.Namun, sekarang ini berbeda. Yang akan ia layani sekarang adalah mantan suaminya, Allard Brawijaya. Pria yang pernah menjalani kehidupan bahagia bersamanya. Dan di sinilah Dania, berdiri tak jauh dari sang mantan suami dengan perasaan aneh yang susah Dania deskripsikan."Kau akan berdiri di sana selamanya?"Suara berat dari mantan suaminya membuat Dania tersentak dari lamunannya, jantungnya berdegup kencang kala nada bicara Allard lebih lembut dari pada sebelumnya. Dania menggeleng sembari memegang erat gagang
Ring ringDania nyaris saja menaiki ranjang jika saja ponselnya tak berbunyi begitu nyaring. Dania menoleh ke arah sofa putih di sudut ruangan, menatap tas yang di dalamnya terdapat ponselnya.Nyatanya suara ponsel itu juga sedikit menarik perhatian Allard yang sedari tadi bersandar di kepala ranjang. Namun hanya sedikit, ia segera mengalihkan pandangannya pada sang mantan istri."Dania," panggilnya dengan suara rendah. Sukses membuat Dania menoleh pada Allard."Apa yang kau tunggu?" tanya Allard."Y-ya."Dania memutuskan untuk mengabaikan panggilan itu dan menaiki ranjang, mendekati Allard dan meraih ikatan jubah di pinggang Allard. Dengan rasa gugupnya yang luar biasa ia menarik ikatan itu hingga terlepas, selanjutnya ia hanya tinggal membukanya saja.Dania meneguk ludahnya, rasanya ia benar-benar ingin semua ini berakhir. Ini memalukan dan juga mendebarkan. Siapa yang menyangka ia akan berada di posisi ini? Bercinta dengan mantan suaminya dengan status pelacur dan pelanggan. Oh, m
Dania tak pernah merasakan keraguan sebesar ini sebelumnya ketika menemui pelanggannya, tidak pernah karena Dania selalu bersiap atas semua kemungkinan yang ada. Petinggi pemerintah, pengusaha, bahkan orang-orang lain dengan jabatan tinggi sebelumnya, Dania tak pernah ragu.Ia bahkan pernah melayani seorang aktor terkenal ternama yang sudah memiliki istri dan anak, aktor yang selalu mengumbar kehidupan bahagia keluarganya di media sosial, dan Dania tak pernah terganggu oleh itu.Namun, sekarang ini berbeda. Yang akan ia layani sekarang adalah mantan suaminya, Allard Brawijaya. Pria yang pernah menjalani kehidupan bahagia bersamanya. Dan di sinilah Dania, berdiri tak jauh dari sang mantan suami dengan perasaan aneh yang susah Dania deskripsikan."Kau akan berdiri di sana selamanya?"Suara berat dari mantan suaminya membuat Dania tersentak dari lamunannya, jantungnya berdegup kencang kala nada bicara Allard lebih lembut dari pada sebelumnya. Dania menggeleng sembari memegang erat gagang
Dania sudah pergi sejak beberapa saat yang lalu, tapi Allard masih berdiri di ambang pintu kamar hotel dengan rasa yang tak bisa ia deskripsikan. Semua rasa itu bercampur, sakit, dendam, marah, dan juga jijik. Allard masuk ke dalam kamar, lalu mengambil ponselnya. Mencari-cari nama Cakra di daftar kontak hingga ia menemukan dan menyambungkannya."Kenapa, Al? Sudah memanggil wanitanya? Apakah kau tidak menyukainya?" Suara di seberang bertanya heran."Brengsek! Apa maksudmu?!" bentak Allard pada Cakra. Ia menendang meja nakas hingga suara tendangannya terdengar oleh Cakra. "Kau sengaja, hah?" "Apa? Aku tidak mengerti maksudmu." Nada bicara Cakra terdengar bingung."Pelacur yang datang itu adalah Dania?""What?!" ~~~"Kau terlihat tidak fokus hari ini, ada beban pikiran?"Dania menoleh pada seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamar mandi, ia lihat pelanggannya itu hanya memakai jubah mandi. Berjalan mendekati Dania yang duduk di atas ranjang."Bukan apa-apa, Pak Burhan.
"Aku menyukai teknikmu, memuaskan. Aku ingin melakukannya lagi pada hari kamis depan." Sebuah senyum terbit di bibir merah seorang wanita ketika pelanggannya memberikan pujian atas pelayanan yang telah ia lakukan. Mata cantiknya menoleh ke arah ranjang, di sana seorang pria berbaring tanpa busana sembari menatap dirinya lapar. "Kau bisa langsung ke Madam saja, ia yang mengatur jadwalku." Wanita itu kembali kembali menoleh ke cermin, menatap dirinya yang sudah kembali rapi. Rambut sebahu yang tadi berantakan sudah ia sisir rapi, disempurnakan dengan dress merah ketat yang ia pakai. Memancarkan aura seorang wanita dewasa."Ya, aku ingin melakukannya lagi. Tak masalah membayar lebih karena kau yang terbaik, Dania."Dania Fajarina, wanita penghibur kalangan elit. Dibayar mahal atas kepuasan yang ia berikan pada pria-pria hidung belang yang membutuhkan kehangatan di atas ranjang. Senyum manis tak hilang dari wajahnya. "Aku pergi dulu." "Sampai jumpa Kamis depan, Dania." Dania tak menj
"Kau berselingkuh!"Mata Allard memerah, urat di lehernya tampak menonjol kala ia membentak seorang wanita yang berstatus sebagai istrinya. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, bukti betapa marahnya ia saat ini.Dania menggeleng tegas. "Aku. Tidak. Selingkuh!" Satu persatu kata ia tekankan, matanya tak kalah nyalang menatap sang suami. Merasa jika tuduhan Allard padanya itu tidak benar."Heh." Senyum sinis tersungging di wajah Allard. "Masih mau mengelak?" tanyanya remeh."Mengelak apanya? Aku tidak berselingkuh, Al! Tidak pernah!" Suara Dania naik, ia bahkan tak peduli jika pertengkaran mereka di ruang tamu ini akan terdengar sampai ke luar. Allard merasakan darahnya mendidih, kemudian ia mengambil sesuatu yang ia simpan dalam saku celananya. Sedetik kemudian, Allard melemparkannya ke arah Dania hingga benda itu berceceran di lantai.Beberapa foto Dania yang tampak tidur dengan pria yang berbeda-beda. Total ada 10 foto."Lihat!" Allard menunjuk foto-foto itu, tak ada yang meny