Home / Romansa / Pelacur Berkelas / Pelacur Adalah Cita-cita ku

Share

Pelacur Adalah Cita-cita ku

Author: Pena Baper
last update Last Updated: 2021-05-13 13:23:03

Hening beberapa menit menyelimuti keduanya sampai Tian berdehem untuk mencair kan suasana. "Bagaimana dengan Pertanyaan ku tadi Ara. Berapa yang harus aku bayar untuk membuat mu mendesah sepanjang malam?"

Ara diam sejenak, memilih kata yang pas untuk jawaban yang memang sejak awal sudah di lontarkan oleh Tian itu.

"Untuk pelacur pemula seperti ku ini, Apakah bayaran 1 Triliun merupakan hal yang begitu besar?" Jawab Ara dengan sedikit hati-hati.

Tian menganga mendengar jawaban dari Ara, "Sebenarnya apa yang sedang ada di pikiran gadis ini saat meletakkan harga?" Gumam Tian dalam hatinya sendiri.

Bukannya menjawab Tian malah melemparkan sebuah pertanyaan pada Ara, "Sejak kapan kamu mulai terjun ke dunia malam?"

Nampak Ara sedikit berpikir sebentar, "Seperti nya baru tiga hari yang lewat Tuan." Jawab Ara.

Tian menaikkan alisnya sambil kedua tangannya ia lipat di atas dada. Ditatapnya wajah Ara yang begitu cantik di hadapannya itu. Bibir yang sedikit berisi berwarna merah, wajah mulus yang terlihat begitu cantik dan mata coklat yang begitu teduh dengan bulu mata lentik. 

Jika di lihat-lihat dalam jarak yang begitu dekat seperti ini, Ara tidak hanya cantik melainkan mempunyai Aura yang begitu memabukkan setiap kali bertatapan dengan mata coklat nya itu.

"Sudah ku bilang sejak awal jangan menatapku seperti itu Tuan, kau bisa jatuh cinta dan aku sudah menegaskan nya bahwa aku tidak akan bertanggung jawab jika hal itu Sampai terjadi ya." Ucap Ara yang berhasil membuat Tian kembali pada kesadaran nya semula.

Tian berdehem untuk mengusir kecanggungan yang entah sejak kapan hinggap antara mereka.

"Kau terlalu percaya diri sekali Nona." Jawab Tian.

Ara terkekeh, "Bukan terlalu percaya diri, tapi kau tahu Tuan bahkan itu sudah terbukti kebenarannya. Sudah beberapa pangeran berjas putih datang untuk menjadikan aku bagian dari hidup mereka hanya dengan satu kali kedipan mata saja." Jawa Ara santai.

Tian melihat jas putih yang ia kenakan, entah kenapa tiba-tiba ia merasa malu sendiri ketika mata Ara menatap dirinya. "Jangan kau sama kan aku dengan pria-pria itu Nona. Bahkan aku belum mengatakan bahwa aku menginginkan dirimu." Jawab Tian membela dirinya sendiri.

Kembali Ara tertawa, "Bukan belum tapi sedang." Jawab Ara

Tian menaikkan alisnya karena tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Ara barusan itu. "Maksudnya?"

"Iya, bukan belum menginginkan tapi sedang menginginkan. Itulah mengapa kita berada disini saat ini." Jawab Ara lagi sambil kembali meminum coklat nya.

Tian terdiam di tempatnya, benar apa yang dikatakan oleh Ara barusan. Untuk apa mereka berdua berada disini kalau dirinya tidak menginginkan Ara? Alasan apa yang bisa menjelaskan tentang keadaan saat ini? Bahkan mereka bukan Lah dua orang sahabat yang baru bertemu kembali setelah terpisah sekian lama. Tidak, bahkan drama seperti itu begitu menjijikkan bagi Tian untuk ia perankan.

Semua asumsi yang terlintas di otaknya segera ia tepis. Tian menggeleng kepalanya mengusir semua itu. Dan semua yang dilakukan oleh Tian itu tidak luput dari pandangan mata Ara. Gadis itu mengembangkan senyumnya saat dirinya merasa bahwa Kelakuan Tian begitu menggemaskan.

Sadar akan tatapan mata Ara yang seperti mengejek dirinya itu, Tian langsung berdehem dan tiba-tiba saja keadaan menjadi hening.

"Berapa umurmu Ara?" Tanya Tian

"25 tahun." Jawab Ara cepat.

Tian menganggukkan kepalanya, "Apa yang membuatmu terjun ke dunia malam? Apakah tentang ekonomi?" Tanya Tian, ia sungguh penasaran mengapa gadis muda dan cantik seperti Ara bisa tergiur dengan dunia malam?

Dengan cepat Ara menggelengkan kepalanya. "Bahkan aku terlahir dari keluarga serba berkecukupan tuan." Jawab Ara santai.

Memang benar adanya bahwa ia lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan. Usaha orang tuanya tidak seperti usaha-usaha pejabat petinggi kebanyakan itu. Tapi meski seperti itu, dengan usaha orang tua nya itu bisa membuat Ara merasa kecukupan dalam segala hal. Bahkan orang tuanya tidak pernah membuat Ara kekurangan sedikit pun.

Mata Tian terbelalak saat mendengar penuturan dari Ara, "Serius bahwa dirimu berasal dari keluarga berkecukupan?" Tanya Tian yang langsung di anggukkan oleh Ara.

"Bahkan jika Aku mau aku bisa membeli seorang laki-laki tuan." Ucap Ara.

Tian terdiam sebentar, entahlah baginya saat ini wanita yang berada di hadapannya ini sungguh sangat misterius dan mampu membuat dirinya begitu ingin tahu lebih dalam tentang Ara.

"Jika seperti itu kenyataan yang sesungguhnya kenapa kamu menjadi pelacur? Tidakkah kamu berniat memenuhi cita-cita mu? Oh iya, bicara tentang cita-cita. Apa cita-cita kamu Ara?" 

Ara tersenyum, "Bahkan yang sedang aku kerjakan saat ini adalah usahaku untuk membuat cita-cita ku tersalurkan Tuan."

Tian menaikkan alisnya karena merasa tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Ara barusan. Entahlah sejak tadi ia merasa bicara dengan Ara membuat ia menjadi bodoh sendiri. Padahal ia termasuk orang yang memiliki IQ di atas rata-rata.

"Apa maksi Ara?" Tanya Tian yang memang tak bisa lagi mencerna dengan baik ucapan Ara sejak tadi yang entah kemana arah tujuan sebenarnya itu.

"Seperti pertanyaanmu tadi, apa cita-cita ku? Tidakkah aku sudah menjawabnya tuan? Cita-cita ku ya seperti inilah." Ara menggantungkan kan ucapannya, dilihatnya wajah Tian yang sudah begitu terlihat sangat penasaran.

"Cita-cita ku adalah menjadi pelacur tuan." Sambung Ara tanpa beban apapun. Seolah-olah yang ia katakan bukan lah hal yang tidak pas dan juga bukanlah sebuah hal yang sangat keji.

Tiba-tiba Tian tertawa terbahak-bahak hingga membuat Ara mengerutkan keningnya karena bingung, apa ada yang salahkan dengan jawaban yang ia katakan tadi itu?

"Mengapa anda tertawa tuan?" Tanya Ara dengan wajah bingung nya.

Tian menggeleng kan kepalanya cepat berusaha menahan tawanya agar tidak kembali pecah dan membuat Ara semakin bingung.

"Apa ada yang salahkah?" Tanya Ara lagi

"Apa menurutmu menjadi pelacur itu merupakan sebuah cita-cita Ara?" Tanya Tian setelah bisa mengendalikan dirinya itu.

Ara mengangguk kan kepalanya, "Memangnya kenapa? Salah?" Tanya Ara

"Begini Ara, sebenarnya kamu tahu tidak apa itu yang di maksud dengan cita-cita?" 

"Tentu saja aku tahu, bahkan anak kecil juga tahu jawabannya itu Tuan."

"Jika kamu tahu, mengapa kamu bisa mengatakan kalau menjadi pelacur itu adalah sebuah cita-cita?"

"Karena ingin." Jawab Ara singkat.

"Kamu tahu bukan bagaimana orang memandang seorang pelacur itu? Jadi kenapa kamu ingin menjadi bagian dari mereka Ara? Kamu cantik dan kamu masih sehat seperti saat ini seharusnya kamu bisa mendapatkan pekerjaan apapun yang sesuai dengan bakat kamu bukan malah jadi pelacur."

"Bahkan karena diriku masih sangat muda, seksi dan begitu menggoda inilah saatnya untuk terjun menjadi pelacur." Jawab Ara dengan begitu percaya diri hingga membuat Tian terdiam tak bisa lagi untuk berkata-kata sungguh dirinya juga tidak tahu apa sebenarnya yang ada dalam pikiran wanita cantin di hadapannya itu.

Related chapters

  • Pelacur Berkelas   Telepon Tengah Malam

    Ara kembali ke kostan nya yang begitu kecil namun cukup nyaman bagi dirinya untuk tinggal di situ. Ia langsung membaringkan tubuhnya di kasur nya yang terbilang tidak empuk itu. Tapi karena sudah terbiasa ia tak memperdulikan semuanya itu, yang ia tahu ia bisa melepaskan rasa penat nya.Saat ingin menutup mata, sebuah telepon masuk dari nomor Ayahnya hingga dengan cepat membuat Tiara langsung mengangkat telepon itu pada deringan ke tiga. Ia bingung dan sekaligus takut jika mendapatkan telepon dari rumah nya itu. Ia takut ada apa-apa disana."Halo yah." Ucap Tiara setelah menekan tombol hijau mengangkat telepon."Apa kabar Nak?" Tanya Ayah Kaira dise

    Last Updated : 2021-05-17
  • Pelacur Berkelas   Memenuhi Panggilan

    Subuh sekali, Ara sudah tiba di depan pagar yang menjulang tinggi berwarna coklat tua. Di dalam sana ada rumah megah berwarna putih biru.Pintu gerbang dibuka oleh seorang satpam yang sedang bertugas pagi. "Selamat pagi Nona." Sapa satpam itu saat melihat sosok Tiara yang sedang berdiri dengan tangan dilipat di dada."Bapak tidur ya?" Tanya Ara, tatapannya begitu mendalam pada satpam itu."Anu Non, itu-""Anu apa hm?" Potong Ara cepat membuat Satpam itu semakin ketakutan.

    Last Updated : 2021-05-18
  • Pelacur Berkelas   Hal Yang Tak Pernah Terpikirkan

    Ara melangkah kan kaki nya memasuki hotel bintang lima tersebut dengan begitu hati-hati membuat Tian mengerutkan keningnya."Apa yang kau lakukan nona? Tanya Tian saat sejak tadi Ara seperti sedang berwaspada di setiap langkahnya.Bukannya menjawab Ara malah menegang di tempatnya saat melihat seorang laki-laki sedang merangkul wanita di sampingnya sambil sesekali mencium dengan penuh nafsu pada wanita itu.Ara menghentikan langkahnya, mata nya masih sangat fokus menatap dua insan yang sedang melewati dirinya dan juga Tian."Ck! Jika sudah diperbudak oleh nafsu itu tandanya tidak mempunyai rasa malu sedikitpun. Bahkan diriku disampingnya juga tidak di hiraukan." Gumam Ara yang bisa didengar oleh Tian.Tian melihat laki-laki yang sedang melewati mereka bersama wanita cantik di sampingnya, seperti nya wanita itu adalah wanita malam.Tanpa mengatakan apapun lagi, Ara melanjutkan l

    Last Updated : 2021-05-19
  • Pelacur Berkelas   Kejutan Pagi

    Setelah berdebat terlalu panjang bersama Tian akhirnya keduanya berakhir di sebuah warung pinggir jalan untuk memakan bubur ayam sebagai pengganjal perut di pagi hari."Ck! Tak hanya pelit kau juga perhitungan ternyata."Tian menaikkan alisnya dan menghentikan suapan lontong yang ia pesan tadi. "kenapa?" Tanya Tian seperti tidak bersalah sama sekali."Kenapa?" Ara mengulang pertanyaan Tian tadi dengan nada yang sangat kesal."Yang seperti ini kah yang membuat kau menelponku malam-malam? Sarapan seperti inikah yang kau maksud?" Lanjut Ara yang masih tak percaya bahwa Tian mengajak dirinya sarapan di warung pinggir jalan seperti saat ini.Bukannya dirinya tidak suka atau tidak level makan di warung seperti ini melainkan dirinya masih tidak terima bahwa pengusaha sukses dan terkenal seperti Tian itu mengajak dirinya sarapan ditempat ini.Bukankah seharusnya Tian mengajak dirinya makan

    Last Updated : 2021-05-22
  • Pelacur Berkelas   Tentang Tujuh Tahun Lalu

    Setelah bisa menguasai dirinya kembali, Ara melangkah menuju meja makan bergabung bersama kedua orang tuanya."Selamat pagi," sapa Ara kepada kedua orangtuanya."Pagi sayang, kok telat?""Bukannya pak satpam sudah bilang? Tadi aku ada telepon dadakan Bu."Ibu Ara yang bernama Tika mengangguk dan kemudian menatap lekat wajah Ara yang terlihat begitu tenang sambil mengambil nasi goreng ke dalam piring nya.Benar saja apa yang telah Ara duga bahwa ibunya itu akan memasak banyak saat mendengar kabar dirinya akan datang walaupun sering sekali ia mengingkari janji nya untuk pulang itu."Ardan, mengapa kau disitu nak. Sini, duduklah bersama." Titah sang ayah saat melihat Ardan yang hanya berdiri di tempat ia menyambut kedatangan Ara tadi.Ardan mengangguk dan kemudian berjalan mendekati meja makan."CK! Masih punya muk

    Last Updated : 2021-06-09
  • Pelacur Berkelas   Usaha Ardan

    Tok..tok..tokPintu kembali diketuk oleh manusia Yang sangat malas Ara lihat. Ia tidak tahu mimpi apa dirinya semalam sampai bisa menerima nasib kurang bagus pagi ini."Ara." Panggil Ardan dari luar dengan begitu lembut.Setelah malam itu ia tak pernah lagi mendengar suara Ardan bahkan ia lupa bagaimana suara Ardan yang selalu menenangkan dirinya dalam tangis."Ara, please bicaralah. Aku tahu kau ada di dalam."Ara diam, ia masih menatap kosong ke arah pintu itu. Bahkan untuk membuka mulut saja rasanya begitu susah. Apakah sebegitu benci nya dirinya terhadap Ardan?"Ara beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya Ra." Ucap Ardan lagi di balik pintu itu sambil mengetuk pintu kamar Ara.Dengan langkah gontai Ara melangkah mengambil baju di lemari dan kemudian langsung melangkah menuju kamar mandi miliknya. Sepertinya ia butuh menenangkan

    Last Updated : 2021-06-10
  • Pelacur Berkelas   Orang Yang Datang

    Lepas." Ucap Ara sambil mengeluarkan dirinya dari pelukan Ardan.Ardan menganga tak menyangka bahwa Ara bisa melakukan itu kepada nya. Sejak tadi ia berharap bahwa Ara akan kemabli menjadi adik bungsu nya seperti dulu lagi. Namun entah kenapa rasanya sulit sekali untuk menghara hak itu untuk terjadi mengingat tujuh tahun berlalu tak pernah ada sapaan ataupun komunikasi antara mereka berdua"Jangan sentuh aku lagi. Tolong, tetaplah pada batasanmu."Ardan terdiam cukup lama akibat ucapan Ara barusan. Namun setelah ia bisa menguasai dirinya ia berdehem sebelum untuk mencair kan suasana.Matanya menyapu sekeliling kamar Ara dan berhenti di sebuah bingkai foto. Bibirnya mengembangkan senyuman yang entah mau dikatakan apa

    Last Updated : 2021-06-12
  • Pelacur Berkelas   Ardan dan Tian

    "Hai nona Pelacur." Sapa orang itu sambil mengembangkan senyumnya.Ara terdiam, ditatap nya laki-laki yang berada di hadapan itu."Kamu lagi!" Ucap Ara yang sedikitpun tidak membuat senyum di wajah laki-laki itu luntur."Mau ngapain kamu kesini? Aku rasa telinga mu sedang tidak bermasalah hingga perkataan ku tadi pagi pasti bisa kamu dengar dengan baik bukan?" Lanjut Ara."Apa pembantu mu tadi tidak mengatakan siapa yang datang padamu hm?"Dengan polosnya Ara mengangguk, "Pacar katanya."Tian mengangguk, "Nah itu kamu sudah tahu. Jadi ceritanya itu sekarang pacar kamu ini mau ngajak kamu maka

    Last Updated : 2021-06-14

Latest chapter

  • Pelacur Berkelas   Aku mengizinkan mu

    “Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola

  • Pelacur Berkelas   Tolong lindungi aku

    Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka

  • Pelacur Berkelas   Aku setuju

    "Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber

  • Pelacur Berkelas   Dua Pilihan

    Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya

  • Pelacur Berkelas   Sebuah Rencana

    Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir

  • Pelacur Berkelas   Kesedihan Ara

    Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini

  • Pelacur Berkelas   Untuk apa?

    "Ra." Panggil Ken yang langsung membuat tawa Ara berhenti."Ya." Jawab Ara."Maaf."Ara menaikkan alisnya, "Untuk?" Tanya Ara."Aku terlibat dalam pembunuhan kak Karin malam itu." Ucap Ken dengan begitu hati-hati bahkan ia memejamkan matanya tak berani menatap wajah dan ekspresi dari Ara yang entah seperti apa saat ini.Hening menyelimuti suasana di danau saat ini. Bahkan Ara benar-benar tidak tahu harus merespon apa dari ucapan Ken barusan tadi. Rasanya begitu sangat Sesak sekali di dadanya seperti tak ada udara yang bisa ia hirup.Waktu seolah berhenti sejenak, ucapan Ken seperti sebuah tamparan keras untuk dirinya. Orang yang ia percaya selama ini merupakan salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan sang kakak.Apakah semua ini sebuah lelucon? Jika iya, maka dengan sangat terpaksa Ara akan mengatakan bahwa lelucon ini tidak

  • Pelacur Berkelas   Bersama Ken

    "Tolong, Katakan dengan sejujurnya semua yang kamu ketahui tentang ucapan Ardan tadi." Ucap Ara yang langsung membuat Ken terdiam.Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus ia katakan, lebih tepatnya ia tak tahu darimana ia harus memulainya. Pikirannya menerawang jauh memikirkan sesuatu yang sampai saat ini sangat ia sesali.Ia benci keadaan ini, benci dengan situasi yang semuanya palsu. Dan yang paling terpenting ia benci dirinya sendiri.Ia benci semua yang melibatkan dirinya sampai sejauh ini dalam Masalah yang ia sendiri tidak tahu mengapa menghampiri hidupnya yang tenang.Hidup dalam sebuah sandiwara hingga saat ini dan benar-benar jauh dari jati dirinya sendiri.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menunggu jawaban dari Ken itu.Wajah polos yang selalu mempercayai dirinya selama ini, apakah ia tega menyakiti perasaannya?"Ra." Panggil Ke

  • Pelacur Berkelas   Satu permintaan

    "Ken, tolong Jangan pergi. Tolong beri aku penjelasan Dari semua ini." Lirih Ara.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menatap nya dengan tatapan sendu. Ken melepas kan tangan Ara dari tangan nya dengan Sangat hati-hati sekali. Sebuah senyum tak lupa ia kembangkan di hadapan Ara."Bukan aku yang berhak dalam menjelaskan semuanya ini Ra. Yang berhak itu adalah keluarga kamu. Aku hanya orang asing disini yang kebetulan mendapatkan tawaran bersama dengan kamu memimpin perusahaan mu.""Tapi, bukannya kamu tahu bahwa aku tak menginginkan perusahaan itu? Kau tahu itu kan Ken.""Banyak hal Ra, banyak hal yang memang harus kamu mengerti dari semua nya ini. Jangan terlalu sibuk dengan hidupmu sendiri. Jangan terlalu fokus dengan masalah mu Ra. Banyak hal di sekeliling mu yang harus kamu perhatikan. Ingat, jati dirimu sebenarnya adalah seorang tuan putri dan itu tidak akan bisa kamu hilangkan meskipun kamu ingi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status