"Maafkan saya Nona." Ucapan itu diucapkan dengan penuh rasa sesal hingga membuat Ara, Anton dan juga Aman terdiam. Beberapa pertanyaan muncul begitu saja di otak menanti sebuah jawaban.
"Maaf kan saya," lirih preman itu lagi yang membuat Ara dan yang lainnya tidak mengerti apa yang membuat Alim sampai bersujud itu.
Alim bangkit dari sujud nya Dan kemudian menatap Ara beberapa detik sebelum ia berdiri dan kemudian lari dengan begitu kencangnya hingga membuat Aman dan Anton ternganga dan kemudian ikut mengejar Alim yang sudah tak kelihatan lagi wujud nya itu.
Melihat ketiga preman itu berlari meninggalkan dirinya Ara benar-benar merasa sangat aneh sekali. Lebih lagi saat mendengar permohonan maaf yang dilontarkan oleh Alim begitu tulusnya. Sebenarnya ada apa sebenarnya saat ini?
Ara berdiri dari duduknya, ia sudah tidak mabuk lagi dan mungkin ia akan berjalan kaki lebih jauh lagi untuk mencari angkutan
"Lagi dapet orderan?" Tanya orang itu dengan nada mengejeknya.Bila menaikkan alisnya sebagai jawaban dari ucapan Tian. Entah kenapa laki-laki ini sungguh sangat mengganggu nya dalam hal apapun itu yang ia sendiri tidak tahu apa maksudnya."Kalau iya, kenapa hm? Sewot ya?" Tanya Ara sambil melewati Tian yang berdiri menghalangi jalannya itu.Tian terkekeh mendengar ucapan Ara itu, apakah wanita itu tidak salah bicara? Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa dirinya sedang sewot? Astaga terasa begitu lucu sekali saat ini mendengar ucapan Ara.Apa yang harus ia sewot kan dari Ara? Bukankah itu bagus jika Ara mendapatkan orderan dan itu tandanya perawan pelacur pemula itu sudah pecah?
"Iya sih pelacur, tapi belum resmi." Jawab Ara yang langsung membuat Tian langsung menghentikan tawanya. Kini raut wajahnya berubah menjadi penuh tanya."Maksud nya?""Kan belum pernah Wiwik." Jawab Ara yang begitu frontal sekali.Tian membelalakkan matanya dan kemudian ia menggeleng kepalanya itu, sungguh ia tak mengerti apa sebenarnya yang ada dalam pikiran wanita di depannya ini."Ra, Are you Ok?" Tanya Tian dengan raut serius.Ara mengangguk kan kepalanya, "iya, kenapa?" Tanya Ara yang benar-benar polos sekali seolah tak mengerti kesalahan atas ucapan nya yang begitu frontal itu.Tian menghela nafasnya dengan kasar dan kemudian melirik sekilas arloji di pergelangan tangan nya itu.Hari sudah begitu larut, mungkin kah karena kecapean Ara menjadi seperti ini? Jika iya, sebaiknya wanita itu istirahat agar tidak ada lagi ocehan seperti it
"Ra, ayo pacaran." Ucap Tian yang langsung membuat Ara menarik dirinya dari pelukan Tian itu. Matanya terbelalak karena tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.Diam, hening dan sunyi dalam gelap nya malam ditambah lagi karena mati lampu. Hanya terdengar suara petir yang menyambar dan rintik air hujan yang jatuh membasahi bumi."Mau?" Tanya Tian lagi setelah lama tak mendapatkan respon apapun dari Ara.Tak lama terdengar suara tawa Ara hingga membuat Tian menjadi bingung."Ah udah deh Tian nggak usah bercanda gitu. Kedengarannya itu benar-benar aneh telinga aku tau nggak sih." Ucap Ara di sela tawanya.Suara petir yang begitu kuat kembali bergema hingga lagi-lagi membuat Ara jatuh ke dalam pelukan Tian."Aaaaa kak Ardan." Panggil Ara lagi dengan begitu kuat.Sungguh Tian benar-benar geram dibuat nya. Hatinya Tidak terima mulut Ara meny
"Tapi, aku ini seorang pelacur Tian dan kau tahu kan itu artinya apa? Itu artinya kau harus membayarku seharga satu triliun?" Ucap Ara yang langsung membuat Tian terdiam, sedangkan Ara ia terkekeh dalam diam karena bisa membuat Tian terdiam.Ah, untung saja pikirannya mengingat waktu Tian mengatakan bahwa laki-laki itu tak akan mau memberikan uang satu triliun untuk dirinya. Uang sebanyak itu tak akan sebanding untuk membeli keperawanan nya.Ingatannya masih berfungsi dengan sangat baik sekali rupanya saat ini.Tian berdehem sebentar sebelum menjawab ucapan Ara itu."Aku mengajakmu pacaran Ra bukan mengajakmu tidur sehingga aku harus membayar mu seharga satu triliun seperti itu." Ucap Tian."CK! Bagiku itu sama saja Tian. Jadi kau harus membayar tarif yang sama untuk itu.""Aku mengajak mu pacaran dengan baik-baik Ara, kenapa kau malah ingin merampok ku hm?"
Pagi telah menjelang bersama sinar matahari yang mengintip lewat celah-celah jendela kamar milik Ara.Namun Ara belum ingin lepas dari selimut yang membungkus dirinya itu. Ia benar-benar kesulitan untuk memejamkan matanya tadi malam hingga saat pagi menjelang seperti ini, ia menjadi sulit untuk bangun pagi. Padahal ia paling anti bangun kesiangan.Masih terasa lembut yang membekas di bibir ciuman itu tapi kemudian ia langsung menepis Semua nya dengan kasar saat wajah Karin mampir di otak nya.Tidak, ia tidak boleh seperti ini. Ia harus bisa mengontrol dirinya. Pelacur adalah kedok nya nya namun alasan di balik pelacur itulah yang sampai saat ini masih ia pegang dengan teguh.Suara deringan ponsel membuat Ara menggerakkan tangan nya ke sisi kasur yang ia yakini terakhir kali ia menaruh ponselnya itu disana.Tepat sekali, Ara menemukan ponselnya yang berdering itu di sisi kasurnya.
Ara keluar dari kontrak kan nya tepat sekitar pukul sepuluh. Setelah menyelesaikan ritual makan es batu yang sangat membuat dirinya Bahagia itu, kini ia berniat untuk berkunjung ke rumah orangtuanya. Ada beberapa hal yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Terutama kepada sang kakak Ardan!Sebuah mobil sudah menunggu dirinya saat ia baru saja selesai mengunci rumahnya.Alisnya berkerut karena ia tak mengenali mobil tersebut. Itu bukan mobil dari rumahnya ataupun mobil milik Tian. Untuk kalangan atas Ken, mobil ini tentunya juga bukan miliknya. Ia sangat hafal sekali selera sahabat nya itu. Dan ia Sangat yakin bukan Ken lah pemilik mobil tersebut.Kakinya melangkah untuk mendekati mobil itu, ah bukan. Lebih tepatnya untuk berlalu saja agar bisa segera sampai ke tempat tujua
Ara sibuk memainkan ponselnya yang ia sendiri tidak tahu apa yang sedang ia mainkan itu. sudah hampir 20 menit berlalu namun sosok Tian tak kunjung datang. Bukankah ia sangat menginginkan pertemuan ini? lalu mengapa ia seperti ini? seharusnya Tian lah yang menunggu dirinya.Ara melihat ke arah pintu masuk, tak ada tanda-tanda Tian akan datang, atau memang laki-laki itu tidak akan datang menemuinya seperti apa yang ia katakan tadi malam? apakah saat ini ia sedang di permainkan? awas saja jika benar iya.Ia coba untuk tetap tenang dan menepis semua dugaan yang ada di dalam otaknya, ia tahu bahwa Tian tak akan mungkin melakukan hal seperti ini padanya.tapi bagaimana bisa ia mempercayai laki-laki yang bahkan membuat ia menunggu terlalu lama seperti ini?
“Apa yang kalian ingin lakukan?” Tanya Ara.“Maaf kan kami nona, tapi kami hanya menerima perintah dari tuan muda. jadi mari kita kerja sama untuk ketenangan kita berdua.” Jawab pelayan yang berkulit hitam manis tanpa ada sedikitpun senyum yang terbit di wajahnya.Alarm di otak Ara sudah berbunyi pertanda bahwa saat ini ia sedang berada dalam bahaya. Tapi saat seperti ini pada siapa ia akan meminta bantuan? Tidak! ia tidak boleh seperti ini. pokoknya ia harus bisa keluar dari situasi seperti ini bagaimana pun caranya.Nama Ardan muncul begitu saja diotaknya hingga membuat ia mengembangkan sebuah senyum tanda ia sudah tau apa yang harus ia lakukan.Sementara para pelayan itu sibuk mendandani d
“Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola
Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka
"Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber
Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya
Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir
Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini
"Ra." Panggil Ken yang langsung membuat tawa Ara berhenti."Ya." Jawab Ara."Maaf."Ara menaikkan alisnya, "Untuk?" Tanya Ara."Aku terlibat dalam pembunuhan kak Karin malam itu." Ucap Ken dengan begitu hati-hati bahkan ia memejamkan matanya tak berani menatap wajah dan ekspresi dari Ara yang entah seperti apa saat ini.Hening menyelimuti suasana di danau saat ini. Bahkan Ara benar-benar tidak tahu harus merespon apa dari ucapan Ken barusan tadi. Rasanya begitu sangat Sesak sekali di dadanya seperti tak ada udara yang bisa ia hirup.Waktu seolah berhenti sejenak, ucapan Ken seperti sebuah tamparan keras untuk dirinya. Orang yang ia percaya selama ini merupakan salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan sang kakak.Apakah semua ini sebuah lelucon? Jika iya, maka dengan sangat terpaksa Ara akan mengatakan bahwa lelucon ini tidak
"Tolong, Katakan dengan sejujurnya semua yang kamu ketahui tentang ucapan Ardan tadi." Ucap Ara yang langsung membuat Ken terdiam.Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus ia katakan, lebih tepatnya ia tak tahu darimana ia harus memulainya. Pikirannya menerawang jauh memikirkan sesuatu yang sampai saat ini sangat ia sesali.Ia benci keadaan ini, benci dengan situasi yang semuanya palsu. Dan yang paling terpenting ia benci dirinya sendiri.Ia benci semua yang melibatkan dirinya sampai sejauh ini dalam Masalah yang ia sendiri tidak tahu mengapa menghampiri hidupnya yang tenang.Hidup dalam sebuah sandiwara hingga saat ini dan benar-benar jauh dari jati dirinya sendiri.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menunggu jawaban dari Ken itu.Wajah polos yang selalu mempercayai dirinya selama ini, apakah ia tega menyakiti perasaannya?"Ra." Panggil Ke
"Ken, tolong Jangan pergi. Tolong beri aku penjelasan Dari semua ini." Lirih Ara.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menatap nya dengan tatapan sendu. Ken melepas kan tangan Ara dari tangan nya dengan Sangat hati-hati sekali. Sebuah senyum tak lupa ia kembangkan di hadapan Ara."Bukan aku yang berhak dalam menjelaskan semuanya ini Ra. Yang berhak itu adalah keluarga kamu. Aku hanya orang asing disini yang kebetulan mendapatkan tawaran bersama dengan kamu memimpin perusahaan mu.""Tapi, bukannya kamu tahu bahwa aku tak menginginkan perusahaan itu? Kau tahu itu kan Ken.""Banyak hal Ra, banyak hal yang memang harus kamu mengerti dari semua nya ini. Jangan terlalu sibuk dengan hidupmu sendiri. Jangan terlalu fokus dengan masalah mu Ra. Banyak hal di sekeliling mu yang harus kamu perhatikan. Ingat, jati dirimu sebenarnya adalah seorang tuan putri dan itu tidak akan bisa kamu hilangkan meskipun kamu ingi