19 : A – Menentukan PilihanManhattan, USA. | 14.37 PM.Audio yang diputar ketika sedang berada dalam mobil menjadi teman perjalanannya. Lagu dari penyanyi Miley Cyrus yang sudah tidak asing dipendengaran penyuka musik. Volume yang kecil membuat lagu itu mengalun dengan begitu tenang, tidak terkesan buru-buru. Kate teringat dengan ucapan Sean mengenai kata jatuh cinta sendirian benar-benar mengusik pikiran Kate selama satu minggu ini. Apalagi sekarang laki-laki itu tidak sedang berada di Manhattan, karena dua hari yang lalu Sean mengatakan akan menghadiri undangan acara bersama ketiga saudaranya. Sedangkan saat ini Kate diantar oleh Liam ke butik Maria setelah mereka selesai makan siang bersama. Kate teringat dengan janjinya kepada Gustavo, sedangkan dia sudah sebulan membuang waktu dan belum memiliki alasan untuk kembali ke Madrid. Waktu tiga bulan yang dia minta kepada Ayahnya kini tersisa dua bulan lagi. Setelah itu Kate harus kembali ke Madrid sesuai dengan janjinya, memutuskan
Toronto, Canada, USA. | 20.31 PMPerayaan ulang tahun perusahaan yang digelar oleh Rodriguez Group begitu megah. Para bussines man dari penjuru dunia sudah menginjakkan kakinya di sebuah hotel bintang lima. Tentunya hotel itu milik perusahaan Rodriguez. Suasananya begitu ramai, para pengusaha mengajak gandengan mereka. Kilatan blitz dari berbagai arah, mendokumentasikan seputar kegiatan apa saja yang terjadi di acara puncak pada tahun ini. Para paparazi diijinkan untuk masuk, namun jika ingin mewawancarai mereka harus menunggu acara ini selesai, benar-benar selesai. Mereka juga berdiri di ujung ruangan bersama para pengawal yang berjaga. Mengondisikan para paparazi itu agar tidak mengacau, hanya ingin memburu Adam Rodriguez, pemilik perusahaan ini.Relasi Mark dengan Adam Rodriguez sudah terjalin begitu lama. Mereka adalah sahabat yang dapat menguntungkan satu sama lain. Namun pada tahun ini dia yang mewakili William Group untuk hadir, duduk di bangku barisan depan yang sudah di sedi
Manhattan, USA. | 16.13 PMManhattan pada sore hari tidak berubah dari hari ke harinya bedanya kali ini ditemani hujan. Jalanannya hampir setiap hari macet, karena terlalu padat dengan penduduk. Kota metropolitan yang digemari banyak orang. Sehingga membuatnya sebagai pendatang pun begitu nyaman di tempat ini. Angin berhembus dengan pelan, tapi terasa begitu dingin sehingga Kate tidak membuka mantelnya meski berada dalam sebuah Kafe pinggir jalan. Nuansa Kafe yang terlihat seperti zaman kuno, klasik dan juga unik, kalau kata Liam Kafe ini tidak menghilangkan kesan dahulu kala sebelum bangunan berubah modern.Pengunjung Kafe tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Banyak anak remaja yang sengaja datang untuk mengerjakan tugas kuliah, mereka berkumpul bersama-sama terlihat begitu menyenangkan.Mengingat kalau berada di Madrid Kate tidak jauh dari rumah. Dia selalu enggan keluar rumah, berbeda ketika berada di kota orang. Kate jadi orang yang suka jalan-jalan sendirian untuk mengusir
Manhattan, USA. | 19.25 PMTangan Kate melambai begitu mobil yang dikendarai oleh Liam mulai meninggalkan gedung panthousenya. Membuat Kate terdiam beberapa menit sebelum masuk ke dalam. Bersandar pada dinding kokoh di belakangnya bersama tatapan yang lurus ke depan.Karena setelah ini pada akhirnya dia akan kembali ke Madrid untuk memenuhi janjinya kepada Gustavo. Meninggalkan Liam di sini, Kate bisa saja menyelesaikan hubungan mereka ketika berada di Kafe. Namun Kate takut jika dia yang menyesal, jadi biarlah ini berjalan seperti air yang mengalir. Kakinya melangkah masuk ke dalam, berjalan menuju lift yang akan membawanya ke unitnya. Sedari tadi ponselnya bergetar, dan Kate sudah bisa menebak kalau itu adalah dari Sean. Dia merasa sedang bermain kucing-kucingan dengan Sean. Mengabaikan ratusan pesan yang dikirimkan laki-laki itu padanya, dalam satu hari Sean pasti beberapa kali mengiriminya pesan. Tetapi jika dipikir ulang, Sean bisa saja datang ke tempatnya. Namun laki-laki itu
Mansion William’s, Manhattan, USA. | 20.31 PMKali ini suasana mansion William cukup ramai karena kepulangan Shanice. Adik Sean yang aktif itu tidak bisa diam ketika tiba di mansion, terus merecoki Sean dengan berbagai pertanyaan tidak penting. Tapi sekarang Shanice justru menikmati waktunya dengan Ken, kejar-kejaran seperti anak kecil.Bahkan Angeline sampai kewalahan melarang keduanya. Untung saja Mark belum kembali dari Chicago, karena Ayahnya tidak menyukai keributan. Jika saja Mark sudah di rumah maka mereka berdua akan dipisahkan secara paksa. “Ken! Kau mau lari ke mana hah?!” Shanice berlari memutari mobil Sean yang belum dia masukkan ke garasi. Mobilnya masih terparkir di aula rumah, penjaga pun tidak ada yang berani menyentuh jika Sean belum melemparkan kuncinya. Di sebelahnya ada mobil milik Ken, karena Pamannya lah yang menjemput Shanice dari bandara.“Sudahlah Shan, aku lelah meladenimu. Jika kau merindukan ketampananku bukan seperti ini caranya!” teriak Ken sambil
Manhattan, USA. | 06.31 AM Tiga puluh menit sudah berlalu, dan orang-orang sudah mulai keluar dari kediaman mereka satu persatu dengan pakaian yang sudah rapi. Kali ini suasana gedung tempat tinggal Zara begitu ramai dengan orang hilir mudik keluar masuk. Bahkan sudah tidak aneh lagi jika bertemu atau melihat model yang berada di kawasan ini. Karena penthouse mewah ini bisa dibilang tempat singgah para model berasal dari berbagai negara yang berkarir di New York.Liam tidak berhenti mengetuk ujung ponselnya ke atas meja. Merasa bosan menunggu Zara keluar, perempuan yang tiga tahun ini sudah bersamanya di belakang Kate. Zara Mellano, seorang model papan atas yang berasal dari Chicago itu belum menunjukan batang hidungnya. Tapi Liam tahu, meski sudah melihat Zara dia tidak bisa mengajaknya begitu saja. Melihat situasi ramai seperti sekarang, bisa-bisa namanya terseret isu baru dengan model itu. Meski di balik itu ada yang lebih parah dari sekedar bertemu. Setengah jam menunggu membu
Xaviendra’s Group, Manhattan, USA. | 08.09 AMRasa panik yang dirasakan oleh James semakin menjadi-jadi ketika Kate tidak kunjung menjawab teleponnya. Saat ini dia juga sudah menduga kalau Kate pingsan di sana. Dengan tergesa dia mendorong pintu masuk perusahaan Liam dengan tidak sabar. James memanggil resepsionis dan petugas keamanan yang berjaga di sekitarnya. Laki-laki itu makin panik ketika mendapati wajah orang-orang itu yang terlihat bingung, menatap James yang menggedor pintu lift dari luar.“Ada apa Pak? Mengapa anda terlihat begitu panik?” tanya Bertha, resepsionis yang menyusul James. “Saudaraku terjebak di dalam lift sialan ini, dan dia pingsan. Karena tidak biasa dengan tempat sempit,” jawab James dengan suara yang sedikit kasar. Pakaiannya sudah tidak serapi saat berangkat, bahkan dia melupakan di mana keberadaan jas dokternya. “Sialan! Mengapa masih berdiri di sini? Cepat ke ruangan kontrol lift untuk menyalakan liftnya.” James berteriak dengan keras sehingga menimbul
William’s Group, Manhattan, USA. | 16.37 PMWilliam Group pada sore hari ini tidak seramai siang hari, para karyawan sudah pulang satu persatu terkecuali untuk karyawan yang lembur. Dalam waktu dua puluh empat jam, kantornya tidak pernah tidak ada manusia di dalamnya. Keamanan perusahaan semakin diperketat. Kemarin juga Sean menambah pengawal baru sebanyak tiga puluh orang yang diseleksi oleh Luke dan Joshua kepala pengawal yang sudah berkerja dengan William Group semenjak dia kecil. “Luke, sepertinya aku tidak pulang cepat hari ini. Katakan pada Mom ketika kau menjemputnya nanti,” ucap Sean sekembalinya dari kantin perusahaan. Luke yang berjalan di belakangnya membalas ucapan Sean. “Baik Pak, akan saya sampaikan. Kalau begitu saya pamit lebih dulu untuk menjemput, mrs, William.” Laki-laki kaku itu membungkuk lalu berjalan menuju pintu keluar perusahaan. Sedangkan Sean berjalan kembali ke ruangannya. Mengabaikan sapaan para karyawan yang melewatinya. Kata sombong dengan malas meny