Home / Romansa / Pelabuhan Akhir Sang Pewaris / 19 : A - Menentukan Pilihan

Share

19 : A - Menentukan Pilihan

Author: Eunmon
last update Last Updated: 2022-09-25 20:35:58

19 : A – Menentukan Pilihan

Manhattan, USA. | 14.37 PM.

Audio yang diputar ketika sedang berada dalam mobil menjadi teman perjalanannya. Lagu dari penyanyi Miley Cyrus yang sudah tidak asing dipendengaran penyuka musik. Volume yang kecil membuat lagu itu mengalun dengan begitu tenang, tidak terkesan buru-buru.

Kate teringat dengan ucapan Sean mengenai kata jatuh cinta sendirian benar-benar mengusik pikiran Kate selama satu minggu ini. Apalagi sekarang laki-laki itu tidak sedang berada di Manhattan, karena dua hari yang lalu Sean mengatakan akan menghadiri undangan acara bersama ketiga saudaranya.

Sedangkan saat ini Kate diantar oleh Liam ke butik Maria setelah mereka selesai makan siang bersama. Kate teringat dengan janjinya kepada Gustavo, sedangkan dia sudah sebulan membuang waktu dan belum memiliki alasan untuk kembali ke Madrid.

Waktu tiga bulan yang dia minta kepada Ayahnya kini tersisa dua bulan lagi. Setelah itu Kate harus kembali ke Madrid sesuai dengan janjinya, memutuskan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   19 : B - Mulai Berubah

    Toronto, Canada, USA. | 20.31 PMPerayaan ulang tahun perusahaan yang digelar oleh Rodriguez Group begitu megah. Para bussines man dari penjuru dunia sudah menginjakkan kakinya di sebuah hotel bintang lima. Tentunya hotel itu milik perusahaan Rodriguez. Suasananya begitu ramai, para pengusaha mengajak gandengan mereka. Kilatan blitz dari berbagai arah, mendokumentasikan seputar kegiatan apa saja yang terjadi di acara puncak pada tahun ini. Para paparazi diijinkan untuk masuk, namun jika ingin mewawancarai mereka harus menunggu acara ini selesai, benar-benar selesai. Mereka juga berdiri di ujung ruangan bersama para pengawal yang berjaga. Mengondisikan para paparazi itu agar tidak mengacau, hanya ingin memburu Adam Rodriguez, pemilik perusahaan ini.Relasi Mark dengan Adam Rodriguez sudah terjalin begitu lama. Mereka adalah sahabat yang dapat menguntungkan satu sama lain. Namun pada tahun ini dia yang mewakili William Group untuk hadir, duduk di bangku barisan depan yang sudah di sedi

    Last Updated : 2022-10-01
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   20 : A - Menolak Dengan Halus

    Manhattan, USA. | 16.13 PMManhattan pada sore hari tidak berubah dari hari ke harinya bedanya kali ini ditemani hujan. Jalanannya hampir setiap hari macet, karena terlalu padat dengan penduduk. Kota metropolitan yang digemari banyak orang. Sehingga membuatnya sebagai pendatang pun begitu nyaman di tempat ini. Angin berhembus dengan pelan, tapi terasa begitu dingin sehingga Kate tidak membuka mantelnya meski berada dalam sebuah Kafe pinggir jalan. Nuansa Kafe yang terlihat seperti zaman kuno, klasik dan juga unik, kalau kata Liam Kafe ini tidak menghilangkan kesan dahulu kala sebelum bangunan berubah modern.Pengunjung Kafe tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Banyak anak remaja yang sengaja datang untuk mengerjakan tugas kuliah, mereka berkumpul bersama-sama terlihat begitu menyenangkan.Mengingat kalau berada di Madrid Kate tidak jauh dari rumah. Dia selalu enggan keluar rumah, berbeda ketika berada di kota orang. Kate jadi orang yang suka jalan-jalan sendirian untuk mengusir

    Last Updated : 2022-10-01
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   20 : B - Pada Akhirnya

    Manhattan, USA. | 19.25 PMTangan Kate melambai begitu mobil yang dikendarai oleh Liam mulai meninggalkan gedung panthousenya. Membuat Kate terdiam beberapa menit sebelum masuk ke dalam. Bersandar pada dinding kokoh di belakangnya bersama tatapan yang lurus ke depan.Karena setelah ini pada akhirnya dia akan kembali ke Madrid untuk memenuhi janjinya kepada Gustavo. Meninggalkan Liam di sini, Kate bisa saja menyelesaikan hubungan mereka ketika berada di Kafe. Namun Kate takut jika dia yang menyesal, jadi biarlah ini berjalan seperti air yang mengalir. Kakinya melangkah masuk ke dalam, berjalan menuju lift yang akan membawanya ke unitnya. Sedari tadi ponselnya bergetar, dan Kate sudah bisa menebak kalau itu adalah dari Sean. Dia merasa sedang bermain kucing-kucingan dengan Sean. Mengabaikan ratusan pesan yang dikirimkan laki-laki itu padanya, dalam satu hari Sean pasti beberapa kali mengiriminya pesan. Tetapi jika dipikir ulang, Sean bisa saja datang ke tempatnya. Namun laki-laki itu

    Last Updated : 2022-10-03
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   21 : A B - Semakin Jauh

    Mansion William’s, Manhattan, USA. | 20.31 PMKali ini suasana mansion William cukup ramai karena kepulangan Shanice. Adik Sean yang aktif itu tidak bisa diam ketika tiba di mansion, terus merecoki Sean dengan berbagai pertanyaan tidak penting. Tapi sekarang Shanice justru menikmati waktunya dengan Ken, kejar-kejaran seperti anak kecil.Bahkan Angeline sampai kewalahan melarang keduanya. Untung saja Mark belum kembali dari Chicago, karena Ayahnya tidak menyukai keributan. Jika saja Mark sudah di rumah maka mereka berdua akan dipisahkan secara paksa. “Ken! Kau mau lari ke mana hah?!” Shanice berlari memutari mobil Sean yang belum dia masukkan ke garasi. Mobilnya masih terparkir di aula rumah, penjaga pun tidak ada yang berani menyentuh jika Sean belum melemparkan kuncinya. Di sebelahnya ada mobil milik Ken, karena Pamannya lah yang menjemput Shanice dari bandara.“Sudahlah Shan, aku lelah meladenimu. Jika kau merindukan ketampananku bukan seperti ini caranya!” teriak Ken sambil

    Last Updated : 2022-10-04
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   22 : A - Bersama Yang Lain

    Manhattan, USA. | 06.31 AM Tiga puluh menit sudah berlalu, dan orang-orang sudah mulai keluar dari kediaman mereka satu persatu dengan pakaian yang sudah rapi. Kali ini suasana gedung tempat tinggal Zara begitu ramai dengan orang hilir mudik keluar masuk. Bahkan sudah tidak aneh lagi jika bertemu atau melihat model yang berada di kawasan ini. Karena penthouse mewah ini bisa dibilang tempat singgah para model berasal dari berbagai negara yang berkarir di New York.Liam tidak berhenti mengetuk ujung ponselnya ke atas meja. Merasa bosan menunggu Zara keluar, perempuan yang tiga tahun ini sudah bersamanya di belakang Kate. Zara Mellano, seorang model papan atas yang berasal dari Chicago itu belum menunjukan batang hidungnya. Tapi Liam tahu, meski sudah melihat Zara dia tidak bisa mengajaknya begitu saja. Melihat situasi ramai seperti sekarang, bisa-bisa namanya terseret isu baru dengan model itu. Meski di balik itu ada yang lebih parah dari sekedar bertemu. Setengah jam menunggu membu

    Last Updated : 2022-10-06
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   22 : B - Lari Dari Kenyataan

    Xaviendra’s Group, Manhattan, USA. | 08.09 AMRasa panik yang dirasakan oleh James semakin menjadi-jadi ketika Kate tidak kunjung menjawab teleponnya. Saat ini dia juga sudah menduga kalau Kate pingsan di sana. Dengan tergesa dia mendorong pintu masuk perusahaan Liam dengan tidak sabar. James memanggil resepsionis dan petugas keamanan yang berjaga di sekitarnya. Laki-laki itu makin panik ketika mendapati wajah orang-orang itu yang terlihat bingung, menatap James yang menggedor pintu lift dari luar.“Ada apa Pak? Mengapa anda terlihat begitu panik?” tanya Bertha, resepsionis yang menyusul James. “Saudaraku terjebak di dalam lift sialan ini, dan dia pingsan. Karena tidak biasa dengan tempat sempit,” jawab James dengan suara yang sedikit kasar. Pakaiannya sudah tidak serapi saat berangkat, bahkan dia melupakan di mana keberadaan jas dokternya. “Sialan! Mengapa masih berdiri di sini? Cepat ke ruangan kontrol lift untuk menyalakan liftnya.” James berteriak dengan keras sehingga menimbul

    Last Updated : 2022-10-06
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   23 : A - Sebuah Penolakan

    William’s Group, Manhattan, USA. | 16.37 PMWilliam Group pada sore hari ini tidak seramai siang hari, para karyawan sudah pulang satu persatu terkecuali untuk karyawan yang lembur. Dalam waktu dua puluh empat jam, kantornya tidak pernah tidak ada manusia di dalamnya. Keamanan perusahaan semakin diperketat. Kemarin juga Sean menambah pengawal baru sebanyak tiga puluh orang yang diseleksi oleh Luke dan Joshua kepala pengawal yang sudah berkerja dengan William Group semenjak dia kecil. “Luke, sepertinya aku tidak pulang cepat hari ini. Katakan pada Mom ketika kau menjemputnya nanti,” ucap Sean sekembalinya dari kantin perusahaan. Luke yang berjalan di belakangnya membalas ucapan Sean. “Baik Pak, akan saya sampaikan. Kalau begitu saya pamit lebih dulu untuk menjemput, mrs, William.” Laki-laki kaku itu membungkuk lalu berjalan menuju pintu keluar perusahaan. Sedangkan Sean berjalan kembali ke ruangannya. Mengabaikan sapaan para karyawan yang melewatinya. Kata sombong dengan malas meny

    Last Updated : 2022-10-07
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   23 : B - Tentangnya

    Cambridge, Boston, Amerika Serikat. | 18.10 PM“Bagaimana bisa kau menyimpulkan begitu Kate? Dari yang aku lihat Liam begitu mencintaimu, tidak memungkinkan untuk dia selingkuh.” Samuel mengidikan bahunya. Dia lebih memilih untuk mendengarkan cerita Kate lebih dulu, bahkan dia sudah merapikan tugasnya.Mereka pindah duduk di sebuah sofa panjang yang berada di dalam ruangan tengah penthouse Samuel. Ruangan yang tampak elegan, dengan desain ala laki-laki. “Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, Muel. Lagi pula bukan hanya aku yang mencurigainya. Kak Bry, James, dan Maria, mereka juga sempat mengatakan hal yang serupa. Meski tidak dengan gamblang mengatakan Liam selingkuh seperti yang dikatakan oleh Kak Bry,” jelas Kate panjang lebar. Dia sedang butuh didengarkan, bukan dihakimi. Samuel bergeser, merangkul Kakak perempuannya yang terlihat rapuh. Samuel tahu, jika Kate tidak pernah berani bercerita perkara Liam kepada Ibu mereka. Selain Lauren yang hobi ngegas, Lauren juga anti seka

    Last Updated : 2022-10-08

Latest chapter

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   Pelabuhan Akhir Sang Pewaris

    POV Katherine MargarethaHal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya adalah menua bersama seseorang yang kau cintai dan kau kasihi dengan sepenuh hati, seseorang yang mampu mengubah hidupmu menjadi lebih indah dari sekadar angan-angan yang samar di ujung pikiran. Sean Axel William, pria yang kini menjadi suamiku, telah berhasil menjadikanku perempuan paling beruntung di dunia ini. Dengan kesabaran yang tak pernah goyah, usaha yang tulus dalam setiap langkahnya, dan cinta yang dia tunjukkan melalui tindakan-tindakan kecil yang penuh makna, dia mampu menyentuh diriku dari berbagai sudut yang bahkan aku sendiri tidak pernah sadari sebelumnya. Ada saat-saat ketika aku bertanya pada diriku sendiri, bagaimana mungkin seorang pria seperti Sean—dengan segala kelebihan yang dimilikinya, dengan ketegasan dan kelembutan yang berdampingan—memilih untuk mencurahkan hatinya sepenuhnya kepadaku? Namun, jawaban itu selalu sama: cinta sejati tidak memerlukan alasan yang rumit, hanya ketulusan untuk

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   57 : Gamaliel Nicholas William

    Hospital International, Manhattan, USA | 18.45 PMTiga bulan kemudian, di sebuah rumah sakit besar di pusat New York, suasana ruang bersalin dipenuhi ketegangan sekaligus harapan yang membumbung tinggi di antara dinding-dinding putih steril yang mencerminkan cahaya lampu neon terang. Ruangan itu luas namun terasa sesak oleh emosi yang bergolak, dengan aroma antiseptik yang tajam menusuk hidung, bercampur dengan suara monitor detak jantung bayi yang berdengung pelan di latar belakang. Ritme cepat dan teratur dari monitor itu menjadi pengingat bahwa kehidupan baru sedang berjuang untuk hadir ke dunia, sebuah suara yang sekaligus menenangkan dan menegangkan. Kate terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat pasi namun penuh tekad, rambut cokelatnya yang basah oleh keringat menempel di dahi dan pipinya, membingkai wajahnya yang lelah. Kontraksi datang bertubi-tubi seperti gelombang yang tak kenal lelah, membuatnya menggenggam tangan Sean dengan kekuatan yang mengejutkan untuk tubuhnya

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   56 : Pregnancy

    William’s Mansion, Manhattan, USA | 07.21 AMPagi itu, sinar matahari lembut menyelinap melalui celah-celah tirai beludru tebal yang menghiasi jendela besar kamar tidur utama di kediaman Sean dan Kate, sebuah rumah mewah bergaya modern yang berdiri di pusat kota dengan pemandangan taman hijau yang luas. Cahaya keemasan itu memantul di lantai marmer putih mengilap, menciptakan pola-pola halus yang menari-nari di sekitar ranjang besar berkanopi kayu mahoni tempat Kate duduk. Dia mengenakan gaun katun longgar berwarna putih yang lembut, kainnya mengalir lembut menutupi perutnya yang kini membuncit di usia kehamilan lima bulan. Beberapa bantal tambahan disusun di punggungnya, memberikan sedikit kenyamanan pada tubuhnya yang terasa semakin berat setiap hari. Udara pagi membawa aroma kopi yang baru diseduh oleh pelayan dari dapur di lantai bawah, bercampur dengan hembusan angin sejuk yang menyelinap melalui jendela yang sedikit terbuka, membawa serta wangi samar bunga mawar dari taman. Kate

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   55 : Family Reunion

    Mansion William’s, Manhattan, USA | 20.54 PMMalam itu, kediaman keluarga Sean di kawasan pinggiran kota dipenuhi kehangatan yang khas dari reuni keluarga. Rumah besar bergaya Victorian itu berdiri megah dengan dinding bata merah dan jendela-jendela lengkung yang dikelilingi taman kecil penuh bunga mawar. Ruang makan di dalamnya luas, dengan meja kayu mahoni panjang yang sudah berusia puluhan tahun, permukaannya dipoles hingga mengilap. Lampu gantung antik dari kuningan dan kristal bergoyang pelan di langit-langit, menyebarkan cahaya kuning keemasan yang lembut ke seluruh ruangan. Aroma daging panggang yang baru keluar dari oven bercampur dengan wangi kentang tumbuk dan sayuran segar, menciptakan suasana yang menggugah selera sekaligus nostalgia. Angeline sibuk mengatur hidangan di atas meja dan dibantu oleh beberapa pelayan. Wanita berusia lima puluh lima tahun itu mengenakan gaun biru tua yang sederhana namun elegan, rambutnya yang mulai memutih disanggul rapi. Mark duduk di ujung m

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   54 : Maria And James

    Manhattan, USA | 09.12 PMPagi itu, sebuah kafe kecil di pinggir kota menjadi saksi pertemuan Maria dan James. Bangunan sederhana dari kayu dengan jendela-jendela besar itu berdiri di tepi jalan yang sepi, dikelilingi pepohonan maple yang daunnya mulai menguning di awal musim gugur. Di dalam, aroma kopi panggang dan roti bakar mengisi udara, bercampur dengan suara mesin espresso yang berdengung pelan di belakang konter. Meja kayu kecil di sudut ruangan, tempat Maria dan James duduk berhadapan, tampak sederhana dengan dua cangkir kopi yang mulai mendingin dan beberapa remah roti di piring kecil. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela menyinari wajah mereka, namun suasana di antara keduanya terasa jauh dari hangat. Maria duduk dengan tangan bertopang di dagu, matanya yang cokelat tua menatap James dengan campuran harap dan frustrasi yang sulit disembunyikan. Rambutnya yang hitam panjang tergerai di bahunya, sedikit berantakan karena dia berkali-kali mengusapnya dengan gelisah. Dia menge

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   53 : Meeting

    William Group’s, Manhattan, USA | 08.00 AMPagi itu, pukul delapan tepat, sinar matahari pagi menyelinap melalui jendela-jendela besar ruang rapat di lantai dua puluh gedung William Group, perkantoran modern yang menjulang di pusat kota. Cahaya keemasan itu memantul di permukaan kaca tempered yang menjadi dinding ruangan, menciptakan kilau lembut yang kontras dengan suasana tegang di dalam. Meja konferensi panjang dari kayu walnut mengilap mendominasi ruang, dikelilingi kursi-kursi kulit hitam yang ergonomis, tempat duduk para karyawan senior perusahaan. Aroma kopi yang baru diseduh menguar dari mesin espresso di sudut, bercampur dengan suara lembut kertas-kertas yang dibolak-balik dan ketukan pelan jari di tablet digital. Sean, direktur operasional berusia tiga puluh empat tahun yang baru menikah tiga bulan lalu, duduk di ujung meja, posisinya mencerminkan otoritas yang telah dia bangun selama bertahun-tahun di perusahaan ini. Sean mengenakan setelan abu-abu gelap dengan potongan sem

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   52 : Liam Xaviendra Side

    Xaviendra’ Penthouse, Brooklyn, USA | 01.45 AM Malam itu, setelah meninggalkan pesta pernikahan megah Sean Axel William dan Katherine Margaretha, Liam Xaviendra kembali ke penthouse barunya di Brooklyn. Ruangan itu terasa dingin dan sepi, hanya diterangi lampu meja kecil di sudut yang memancarkan cahaya kuning redup. Liam duduk di sofa tua kesayangannya, setelan abu-abu yang dia kenakan di pesta masih melekat di tubuhnya, namun dasinya telah dilepaskan, tergeletak sembarangan di lantai. Di tangannya, dia memegang segelas wiski, memutar-mutar cairan itu sambil menatap kosong ke arah jendela. Pemandangan kota New York yang biasanya memukau kini terasa hampa baginya. Bayangan Kate dalam gaun pengantin putih terus menghantui pikirannya. Senyum bahagia Kate saat menari dengan Sean, tatapan penuh cinta yang dia berikan pada suaminya, semua itu menusuk hati Liam seperti pisau. Dia tahu, dia tak punya hak atas apa pun lagi. Dua tahun lalu, dia menghancurkan hubungan mereka dengan perselingkuh

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   51 : I Love You More

    Mature content!William’s Mansion, Manhattan, USA | 01.02 AM Malam setelah pesta pernikahan megah, Sean Axel William dan Katherine Margaretha, kini suami-istri, tiba di mansion mewah Sean di Upper East Side, New York, pada pukul satu dini hari. Bangunan bergaya klasik itu telah disulap menjadi tempat istimewa untuk malam pertama mereka. Lampu-lampu redup menerangi fasad luar, sementara di dalam, kelopak mawar merah bertebaran di lantai kayu mengilap, membentuk jalur menuju kamar tidur utama. Lilin-lilin kecil berkelip di sepanjang lorong, memancarkan cahaya hangat yang berpadu dengan aroma lavender dan vanila, menciptakan suasana intim yang memabukkan. Jendela besar di kamar memperlihatkan gemerlap kota New York, menjadi latar sempurna untuk malam yang penuh cinta. Sean membuka pintu depan, tangannya menggenggam tangan Kate dengan erat. Kate, yang telah berganti dari gaun pengantinnya ke gaun satin putih sederhana, melangkah masuk, matanya membelalak kagum. Kelopak mawar membentuk jal

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   50 : Wedding Party

    Malam ini dalam sebuah gedung megah di kota metropolitan Manhattan, New York City berkilau di bawah lampu kota yang tak pernah padam, saat pesta pernikahan Sean Axel William dan Katherine Margaretha berlangsung megah di ballroom The Plaza Hotel. Ruangan itu bagaikan istana modern, dengan chandelier kristal raksasa menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya ke meja-meja berbalut linen putih yang dihiasi rangkaian mawar putih, peony, dan aksen emas. Sean, pewaris William Group, tampak gagah dalam tuksedo hitam beraksen emas. Sementara Kate memukau dalam gaun pengantin berenda halus yang dirancang khusus, memancarkan aura anggun dan memikat. Di luar, media massa berdesakan, kamera berkedip tanpa henti, mencatat momen dengan tagline malam itu: "Sang Pewaris William Group Menemukan Cinta Sejatinya." Ballroom dipenuhi ratusan tamu dari kalangan elit, suara gelas sampanye berdenting bercampur dengan tawa dan obrolan ringan. Orkestra klasik memainkan melodi lembut di sudut ruangan, seme

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status