Home / Romansa / Pelabuhan Akhir Sang Pewaris / 08 : B - Tidak Bisa Lupa

Share

08 : B - Tidak Bisa Lupa

Author: Eunmon
last update Last Updated: 2022-08-30 21:25:10

Colage Art, Manhattan, USA. | 19.26 AM.

Suasana pameran galeri seni cukup ramai, pemandangan orang-orang yang berlalu lalang membuat mata tidak berhenti untuk memandangi. Alunan musik klasik yang terdengar di penjuru ruangan membuat nyaman pengunjung.

Kali ini Kate tidak memamerkan karyanya, dia sudah berdiskusi dengan Paman Rodrigo karena pameran lukisannya akan dia gelar bulan depan. Lukisan yang Kate buat dengan rasa yang begitu percaya diri, sebuah lukisan yang semata-mata dia buat menggambarkan perasaannya yang paling dalam kepada Liam.

Namun jika mengingat sosok Liam, dia jadi teringat pembicaraannya dengan James dua hari yang lalu.

2 hari yang lalu.

“Dua hari yang lalu aku melihat Liam keluar dari hotel bersama seorang perempuan. Aku tidak mau berburuk sangka, tapi apa Liam sempat bercerita perihal ini?”

Wajah Kate berubah datar, tidak ada ekspresi terkejut yang terlintas di wajahnya selain datar dan tatapannya yang begitu dingin. Apalagi ini?

“Tidak sama sekali James,” bala
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   09 : A - Malam Yang Romantis

    Los Angeles, USA. | 18.24 PM.Sean melepaskan tangan yang merangkulnya begitu mesra. Menatap tajam perempuan yang justru tersenyum begitu genit seolah tidak merasa terintimidasi oleh tatapan yang diberikan oleh Sean.Zara tertawa begitu anggun, mengabaikan bagaimana dinginnya raut wajah Sean saat ini. “Kita memang berjodoh ya, Sean. Bisa berada di sebuah tempat yang sama.”Dia mengetahui Sean berada di Los Angeles karena bertanya langsung kepada Ken. Setelah pulang dari California dia langsung ke sini, demi menemui Sean. Pujaan hatinya.Laki-laki itu berjalan meninggalkan Zara. Namun dia tidak pantang menyerah tetap mengikuti ke mana langkah Sean akan membawanya. Kemudian Sean berdecih, menatap Zara dari samping. “Dalam mimpimu, Zara.”“Meskipun hanya ada dalam mimpiku, seperti katamu. Tetapi entah mengapa aku begitu senang, Sean,” ucap Zara sembari terkikik, merasa lucu dengan perkataanya sendiri.Langkah Sean kembali berhenti di dekat anak-anak yang berusia lima tahunan. Anak-anak it

    Last Updated : 2022-08-31
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   09 : B - Karena Dirimu

    William’s Group, Manhattan, USA. | 22.43 PM.Sepulangnya dari Los Angeles sore tadi, Sean tidak pulang ke panthousenya dia langsung ke kantor ditemani oleh Luke. Memeriksa beberapa berkas yang sudah menumpuk di ruangannya karena selama lima hari dia tinggalkan. Selain memikirkan pekerjaan, Sean juga memikirkan Kate yang sedari tadi dia hubungi lewat pesan namum tidak kunjung membalas. Dia sudah mengirimi banyak pesan, nihil tidak ada balasan satu pun.Maka seperti inilah dampaknya, sebuah pekerjaan yang tertunda akan dia selesaikan malam ini juga. Bukan Sean namanya jika tidak berlarut-larut dalam pekerjaan. Jika ingin membuat Sean lupa terhadap suatu hal, maka dengan begini dia akan mudah lupa. Seakan-akan perkerjaan dapat menelan setengah pemikiran yang bersifat pribadi, anggap saja dengan cobaan hati. “Pak, ini sudah malam. Anda tidak ingin pulang?” tanya Luke yang sedari tadi menemani Sean. Laki-laki itu duduk di sofa berhadapan dengan sebuah laptop yang menyala.“Tidak Luke, ji

    Last Updated : 2022-09-03
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   10 : A - Santa Beach

    Mansion William's, Manhattan, USA. | 07.23 AM.Pagi yang cerah ini Sean, Ken, beserta Julian sengaja berkumpul di rumah kedua orang tua Sean. Membahas untuk proyek yang akan mereka garap bersama-sama. Rumah megah ini kosong, Ayah dan Ibunya berangkat kemarin sore ke London untuk menjenguk Shanice yang katanya sedang sakit.Sean awalnya akan ikut bersama, tetapi Mark melarang dan menyuruh Sean untuk menjaga rumah. Awalnya Sean sempat mengomel karena disamakan dengan seorang penjaga rumah.“Aku merekomendasikan untuk kita pergi ke pantai di hari libur ini.” Julian tersenyum sembari memeluk sebuah toples kaca yang berisi camilan.Ken mendelik, melempari Julian dengan snack. “Lebih tepatnya memaksa untuk libur, Jul. Kau yang merencanakan ini semua,” cibir Ken.Sejak menginjakkan kaki di rumah ini Ken sudah curiga dari awal ketika melihat Julian berpenampilan seperti orang yang mau ke pantai.“Lagi pula kita kan bosnya, tidak ada salahnya seorang bos mengambil cuti selama sehari. Anggap sa

    Last Updated : 2022-09-04
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   10 : B - Kate, dan Santa Beach

    Manhattan, USA. | 08.47 AM.Setelah pintu panthouse itu dibuka, Kate menatap laki-laki yang terlihat begitu kesal karena lama dibukakan pintu. Rupanya Sean Axel benar-benar nekat mendatangi tempat tinggalnya. Kate melambaikan sebelah tangannya, tanda menyapa laki-laki itu disertai dengan senyum masamnya. “Oh … hi, Sean. Kau datang?” “Kau membuatku kesal Kate, begitu sulit dihubungi.” Sean menatap Kate dengan datar, tangannya dia lipat di depan dada. Menatap penampilan Kate yang terlihat berantakan. Ada noda warna yang menempel di bajunya.Perempuan itu balas menatap Sean dengan garang sambil berkacak pinggang. “Lagi pula kau mau apa? Harusnya seorang bos sepertimu masuk kerja, bukan keluyuran seperti ini.” Sean mengidikan kedua bahunya dengan begitu acuh. “Aku bosnya, jadi tidak masalah seorang bos mengambil cuti.”Kate menghela napasnya dengan malas, meraup wajahnya dengan gaya frustasi. “Lalu sekarang ada apa gerangan kau datang ke tempatku?” tanyanya.Dia berjalan dua langkah se

    Last Updated : 2022-09-05
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   11 : A - Satu Alasan Untuk Jatuh Cinta

    Santa Beach, Manhattan, USA. | 13.06 PM.Selama di atas kapal pesiar, meski sambil memancing obrolan ketiganya mengenai bisnis yang akan mereka jalankan dalam waktu dekat ini tetap berlanjut. Ini adalah bisnis keluarga pertama yang akan mereka garap setelah William Group meningkat pesat.Dan Sean juga tidak pernah menyangka kalau Kate akan begitu mudah bergaul dan mudah kenal dengan orang baru di sekitarnya. Terlihat sedang mengobrol dengan riang dengan Alicia bahkan Sean sesekali menyimak pembicaraan mereka. “Aku tidak menjamin ini akan berhasil, Jul,” kata Ken, tangannya kembali melempar kail pancing itu. Dia sudah jenuh karena tidak kunjung mendapat hasil.“Hei ... aku mengajakmu memancing bukan untuk mendapatkan ikan, supaya kau tidak bosan. Jika ingin ikan, kau tidak perlu susah payah memancing selagi masih bisa membelinya.” Julian menatap Ken disertai dengan tawanya.“Aku memancing untuk mendapatkan ikan, Jul. Bukan untuk menghilangkan rasa bosan. Lagi pula bagaimana caranya me

    Last Updated : 2022-09-06
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   11 : B - Tidak Wajar

    Manhattan, USA. | 20.21 PM.Pukul setengah sembilan malam Kate sudah merasa damai karena hendak tidur. Dia menikmati kegiatannya seharian ini begitu menyenangkan. Selama mengenal Sean, Kate tidak mengambil sikap dari sisi lainnya. Tidak terlalu menganggap perasaan Sean padanya, karena dia hanya ingin berteman.Seharian ini juga dia terbebas dengan benda yang bernama ponsel, lagi pula Liam jarang menghubunginya. Jadi Kate merasa tidak ada hal yang perlu di khawatirkan dari Liam selama ini. Tangannya sibuk menggeser gambar yang masih berada di dalam kamera analognya. Berdiri mengambil sebuah laptop yang disimpan di dalam laci meja di kamarnya. Kate membuka kamera analog itu untuk mengambil memori cardnya karena hendak memindahkan gambarnya pada laptop. Suara bel panthousenya kembali berbunyi, Kate melirik jam dalam hati bertanya-tanya. Siapa yang datang malam-malam begini, lagi pula Kate tidak sedang memesan makanan atau sejenisnya. Jadi mau tidak mau dia harus memeriksa tamunya.Kate

    Last Updated : 2022-09-07
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   12 : A - Persiapan Usaha Bersama

    William Group, Manhattan, USA. | 09.21 AM.Ruang rapat senyap setelah salah satu divisi melakukan presentasi. Pena di atas meja itu diketuk beberapa kali setelah mendengarkan penjelasan pegawainya. Perwakilan dari bagian desain yang ikut menghadiri rapat. Layar besar yang menggunakan infokus itu dipandang oleh semua orang yang menghadiri rapat. Setelah persentasi itu selesai, mereka berunding untuk membahas kembali tentang apa yang sudah dipaparkan. Tiga puluh menit kemudian rapat ditutup oleh Sean. “Baik, rapat kali ini saya tutup sampai di sini. Jika merasa ada yang kurang dipahami, nanti resumenya akan di kirimkan oleh Mia.” Sean bangkit dari duduknya, melepas kancing jasnya karena merasa gerah.Sebelum keluar ruangan, Sean menatap laki-laki paruh baya yang bertugas di bagian pemasaran. “Untuk file-filenya sebelum diberikan kepada Luke, suruh Mia untuk mengecek ulang. Karena saya tidak menerima kesalahan sekecil pun,” kata Sean dengan tegas. Metanya menatap Mia, memberi kode pada

    Last Updated : 2022-09-10
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   12 : B - Nyaman Sebagai Teman

    William Group, Manhattan, USA. | 12.21 AM.Sean berkata seletelah melihat beberapa persiapan yang memang di ambil alih oleh Ken. “Butuh sekitar dua bulan lagi untuk menyelesaikan bangunannya. Minggu depan jika kalian ingin melihatnya langsung, kita bisa pergi ke sana.” Ken menyandarkan tubuhnya sambil melihat grafik pembangungan kantor mereka. Gedung itu sudah seperti gedung pencakar langit, jika dilihat dari dekat. “Orang-orangmu memang tidak pernah gagal, Sean,” ujar Julian kagum, memang selama ini para pekerja di bawah kepemimpinan Sean jarang gagal. Bisa mengatur pembangunan rumah produksi mereka padahal Sean sendiri sedang sibuk-sibuknya mengatur pembangunan hotel di Los Angeles yang sedikit banyaknya dibantu prosesnya oleh Ken. Hotel yang nantinya dipersembahkan oleh Mark kepada Angeline.“Aku sudah tidak sabar untuk melihat tempatnya,” balas Ken. Dia juga sama tidak sabarnya karena sudah sekian lamanya menanti. Perjuangan mereka bertiga selama satu tahun penuh ini pastinya a

    Last Updated : 2022-09-10

Latest chapter

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   Pelabuhan Akhir Sang Pewaris

    POV Katherine MargarethaHal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya adalah menua bersama seseorang yang kau cintai dan kau kasihi dengan sepenuh hati, seseorang yang mampu mengubah hidupmu menjadi lebih indah dari sekadar angan-angan yang samar di ujung pikiran. Sean Axel William, pria yang kini menjadi suamiku, telah berhasil menjadikanku perempuan paling beruntung di dunia ini. Dengan kesabaran yang tak pernah goyah, usaha yang tulus dalam setiap langkahnya, dan cinta yang dia tunjukkan melalui tindakan-tindakan kecil yang penuh makna, dia mampu menyentuh diriku dari berbagai sudut yang bahkan aku sendiri tidak pernah sadari sebelumnya. Ada saat-saat ketika aku bertanya pada diriku sendiri, bagaimana mungkin seorang pria seperti Sean—dengan segala kelebihan yang dimilikinya, dengan ketegasan dan kelembutan yang berdampingan—memilih untuk mencurahkan hatinya sepenuhnya kepadaku? Namun, jawaban itu selalu sama: cinta sejati tidak memerlukan alasan yang rumit, hanya ketulusan untuk

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   57 : Gamaliel Nicholas William

    Hospital International, Manhattan, USA | 18.45 PMTiga bulan kemudian, di sebuah rumah sakit besar di pusat New York, suasana ruang bersalin dipenuhi ketegangan sekaligus harapan yang membumbung tinggi di antara dinding-dinding putih steril yang mencerminkan cahaya lampu neon terang. Ruangan itu luas namun terasa sesak oleh emosi yang bergolak, dengan aroma antiseptik yang tajam menusuk hidung, bercampur dengan suara monitor detak jantung bayi yang berdengung pelan di latar belakang. Ritme cepat dan teratur dari monitor itu menjadi pengingat bahwa kehidupan baru sedang berjuang untuk hadir ke dunia, sebuah suara yang sekaligus menenangkan dan menegangkan. Kate terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat pasi namun penuh tekad, rambut cokelatnya yang basah oleh keringat menempel di dahi dan pipinya, membingkai wajahnya yang lelah. Kontraksi datang bertubi-tubi seperti gelombang yang tak kenal lelah, membuatnya menggenggam tangan Sean dengan kekuatan yang mengejutkan untuk tubuhnya

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   56 : Pregnancy

    William’s Mansion, Manhattan, USA | 07.21 AMPagi itu, sinar matahari lembut menyelinap melalui celah-celah tirai beludru tebal yang menghiasi jendela besar kamar tidur utama di kediaman Sean dan Kate, sebuah rumah mewah bergaya modern yang berdiri di pusat kota dengan pemandangan taman hijau yang luas. Cahaya keemasan itu memantul di lantai marmer putih mengilap, menciptakan pola-pola halus yang menari-nari di sekitar ranjang besar berkanopi kayu mahoni tempat Kate duduk. Dia mengenakan gaun katun longgar berwarna putih yang lembut, kainnya mengalir lembut menutupi perutnya yang kini membuncit di usia kehamilan lima bulan. Beberapa bantal tambahan disusun di punggungnya, memberikan sedikit kenyamanan pada tubuhnya yang terasa semakin berat setiap hari. Udara pagi membawa aroma kopi yang baru diseduh oleh pelayan dari dapur di lantai bawah, bercampur dengan hembusan angin sejuk yang menyelinap melalui jendela yang sedikit terbuka, membawa serta wangi samar bunga mawar dari taman. Kate

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   55 : Family Reunion

    Mansion William’s, Manhattan, USA | 20.54 PMMalam itu, kediaman keluarga Sean di kawasan pinggiran kota dipenuhi kehangatan yang khas dari reuni keluarga. Rumah besar bergaya Victorian itu berdiri megah dengan dinding bata merah dan jendela-jendela lengkung yang dikelilingi taman kecil penuh bunga mawar. Ruang makan di dalamnya luas, dengan meja kayu mahoni panjang yang sudah berusia puluhan tahun, permukaannya dipoles hingga mengilap. Lampu gantung antik dari kuningan dan kristal bergoyang pelan di langit-langit, menyebarkan cahaya kuning keemasan yang lembut ke seluruh ruangan. Aroma daging panggang yang baru keluar dari oven bercampur dengan wangi kentang tumbuk dan sayuran segar, menciptakan suasana yang menggugah selera sekaligus nostalgia. Angeline sibuk mengatur hidangan di atas meja dan dibantu oleh beberapa pelayan. Wanita berusia lima puluh lima tahun itu mengenakan gaun biru tua yang sederhana namun elegan, rambutnya yang mulai memutih disanggul rapi. Mark duduk di ujung m

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   54 : Maria And James

    Manhattan, USA | 09.12 PMPagi itu, sebuah kafe kecil di pinggir kota menjadi saksi pertemuan Maria dan James. Bangunan sederhana dari kayu dengan jendela-jendela besar itu berdiri di tepi jalan yang sepi, dikelilingi pepohonan maple yang daunnya mulai menguning di awal musim gugur. Di dalam, aroma kopi panggang dan roti bakar mengisi udara, bercampur dengan suara mesin espresso yang berdengung pelan di belakang konter. Meja kayu kecil di sudut ruangan, tempat Maria dan James duduk berhadapan, tampak sederhana dengan dua cangkir kopi yang mulai mendingin dan beberapa remah roti di piring kecil. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela menyinari wajah mereka, namun suasana di antara keduanya terasa jauh dari hangat. Maria duduk dengan tangan bertopang di dagu, matanya yang cokelat tua menatap James dengan campuran harap dan frustrasi yang sulit disembunyikan. Rambutnya yang hitam panjang tergerai di bahunya, sedikit berantakan karena dia berkali-kali mengusapnya dengan gelisah. Dia menge

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   53 : Meeting

    William Group’s, Manhattan, USA | 08.00 AMPagi itu, pukul delapan tepat, sinar matahari pagi menyelinap melalui jendela-jendela besar ruang rapat di lantai dua puluh gedung William Group, perkantoran modern yang menjulang di pusat kota. Cahaya keemasan itu memantul di permukaan kaca tempered yang menjadi dinding ruangan, menciptakan kilau lembut yang kontras dengan suasana tegang di dalam. Meja konferensi panjang dari kayu walnut mengilap mendominasi ruang, dikelilingi kursi-kursi kulit hitam yang ergonomis, tempat duduk para karyawan senior perusahaan. Aroma kopi yang baru diseduh menguar dari mesin espresso di sudut, bercampur dengan suara lembut kertas-kertas yang dibolak-balik dan ketukan pelan jari di tablet digital. Sean, direktur operasional berusia tiga puluh empat tahun yang baru menikah tiga bulan lalu, duduk di ujung meja, posisinya mencerminkan otoritas yang telah dia bangun selama bertahun-tahun di perusahaan ini. Sean mengenakan setelan abu-abu gelap dengan potongan sem

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   52 : Liam Xaviendra Side

    Xaviendra’ Penthouse, Brooklyn, USA | 01.45 AM Malam itu, setelah meninggalkan pesta pernikahan megah Sean Axel William dan Katherine Margaretha, Liam Xaviendra kembali ke penthouse barunya di Brooklyn. Ruangan itu terasa dingin dan sepi, hanya diterangi lampu meja kecil di sudut yang memancarkan cahaya kuning redup. Liam duduk di sofa tua kesayangannya, setelan abu-abu yang dia kenakan di pesta masih melekat di tubuhnya, namun dasinya telah dilepaskan, tergeletak sembarangan di lantai. Di tangannya, dia memegang segelas wiski, memutar-mutar cairan itu sambil menatap kosong ke arah jendela. Pemandangan kota New York yang biasanya memukau kini terasa hampa baginya. Bayangan Kate dalam gaun pengantin putih terus menghantui pikirannya. Senyum bahagia Kate saat menari dengan Sean, tatapan penuh cinta yang dia berikan pada suaminya, semua itu menusuk hati Liam seperti pisau. Dia tahu, dia tak punya hak atas apa pun lagi. Dua tahun lalu, dia menghancurkan hubungan mereka dengan perselingkuh

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   51 : I Love You More

    Mature content!William’s Mansion, Manhattan, USA | 01.02 AM Malam setelah pesta pernikahan megah, Sean Axel William dan Katherine Margaretha, kini suami-istri, tiba di mansion mewah Sean di Upper East Side, New York, pada pukul satu dini hari. Bangunan bergaya klasik itu telah disulap menjadi tempat istimewa untuk malam pertama mereka. Lampu-lampu redup menerangi fasad luar, sementara di dalam, kelopak mawar merah bertebaran di lantai kayu mengilap, membentuk jalur menuju kamar tidur utama. Lilin-lilin kecil berkelip di sepanjang lorong, memancarkan cahaya hangat yang berpadu dengan aroma lavender dan vanila, menciptakan suasana intim yang memabukkan. Jendela besar di kamar memperlihatkan gemerlap kota New York, menjadi latar sempurna untuk malam yang penuh cinta. Sean membuka pintu depan, tangannya menggenggam tangan Kate dengan erat. Kate, yang telah berganti dari gaun pengantinnya ke gaun satin putih sederhana, melangkah masuk, matanya membelalak kagum. Kelopak mawar membentuk jal

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   50 : Wedding Party

    Malam ini dalam sebuah gedung megah di kota metropolitan Manhattan, New York City berkilau di bawah lampu kota yang tak pernah padam, saat pesta pernikahan Sean Axel William dan Katherine Margaretha berlangsung megah di ballroom The Plaza Hotel. Ruangan itu bagaikan istana modern, dengan chandelier kristal raksasa menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya ke meja-meja berbalut linen putih yang dihiasi rangkaian mawar putih, peony, dan aksen emas. Sean, pewaris William Group, tampak gagah dalam tuksedo hitam beraksen emas. Sementara Kate memukau dalam gaun pengantin berenda halus yang dirancang khusus, memancarkan aura anggun dan memikat. Di luar, media massa berdesakan, kamera berkedip tanpa henti, mencatat momen dengan tagline malam itu: "Sang Pewaris William Group Menemukan Cinta Sejatinya." Ballroom dipenuhi ratusan tamu dari kalangan elit, suara gelas sampanye berdenting bercampur dengan tawa dan obrolan ringan. Orkestra klasik memainkan melodi lembut di sudut ruangan, seme

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status