William Group, Manhattan, USA. | 09.21 AM.Ruang rapat senyap setelah salah satu divisi melakukan presentasi. Pena di atas meja itu diketuk beberapa kali setelah mendengarkan penjelasan pegawainya. Perwakilan dari bagian desain yang ikut menghadiri rapat. Layar besar yang menggunakan infokus itu dipandang oleh semua orang yang menghadiri rapat. Setelah persentasi itu selesai, mereka berunding untuk membahas kembali tentang apa yang sudah dipaparkan. Tiga puluh menit kemudian rapat ditutup oleh Sean. “Baik, rapat kali ini saya tutup sampai di sini. Jika merasa ada yang kurang dipahami, nanti resumenya akan di kirimkan oleh Mia.” Sean bangkit dari duduknya, melepas kancing jasnya karena merasa gerah.Sebelum keluar ruangan, Sean menatap laki-laki paruh baya yang bertugas di bagian pemasaran. “Untuk file-filenya sebelum diberikan kepada Luke, suruh Mia untuk mengecek ulang. Karena saya tidak menerima kesalahan sekecil pun,” kata Sean dengan tegas. Metanya menatap Mia, memberi kode pada
William Group, Manhattan, USA. | 12.21 AM.Sean berkata seletelah melihat beberapa persiapan yang memang di ambil alih oleh Ken. “Butuh sekitar dua bulan lagi untuk menyelesaikan bangunannya. Minggu depan jika kalian ingin melihatnya langsung, kita bisa pergi ke sana.” Ken menyandarkan tubuhnya sambil melihat grafik pembangungan kantor mereka. Gedung itu sudah seperti gedung pencakar langit, jika dilihat dari dekat. “Orang-orangmu memang tidak pernah gagal, Sean,” ujar Julian kagum, memang selama ini para pekerja di bawah kepemimpinan Sean jarang gagal. Bisa mengatur pembangunan rumah produksi mereka padahal Sean sendiri sedang sibuk-sibuknya mengatur pembangunan hotel di Los Angeles yang sedikit banyaknya dibantu prosesnya oleh Ken. Hotel yang nantinya dipersembahkan oleh Mark kepada Angeline.“Aku sudah tidak sabar untuk melihat tempatnya,” balas Ken. Dia juga sama tidak sabarnya karena sudah sekian lamanya menanti. Perjuangan mereka bertiga selama satu tahun penuh ini pastinya a
Manhattan, USA. | 08.21 AM.Hari ini adalah weekday, namun dikarenakan tanggal merah serentak mendadak weekend. Para pekerja diliburkan untuk menghabiskan waktu liburnya dengan keluarga atau pun orang tersayang. Dan hari ini pula Sean sudah memiliki janji dengan Kate untuk pergi ke sebuah perkebunan anggur milik keluarganya Julian.Berada di ruang tamu tempat tinggal Kate itu membuat Sean nyaman. Jika dia orang yang memiliki tingkat keingintahuan yang maksimal maka sebuah benda yang terlihat seperti lukisan yang ditutup menggunakan menggunakan kain putih itu sudah Sean buka dan lihat wujudnya. Tetapi dia menghargai privasi Kate, maka dan memandang ingin tahu dari jarak jauh sepertinya cukup menyenangkan.Rasanya Sean tidak pernah bosan untuk ke tempat ini. Tempat di mana keberadaan pujaan hatinya, lagi pula urusan pekerjaan bersama kedua saudaranya sudah dia tuntaskan. Ke lokasi pembangunan pun sudah dilakukan minggu kemarin. Jadi biarlah untuk hari ini dia bersenang-senang sebentar.“
Mansion William’s, Manhattan, USA. | 18.52 PM.Terhitung sudah tiga belas hari merasa tidak memiliki gairah dalam menjalani hidup. Dampak dari penolakan pertama yang benar-benar terasa, luar dan dalam. Dia ingin berteriak pada semesta, mengapa ini harus terjadi. Jelaskanlah jika pengungkapan perasaannya yang terkesan terburu-buru. Katherine tidak mencintainya, Katherine hanya menganggapnya sebagai teman. Sisi otoriter dalam dirinya menguar, ingin mengklaim Kate hanya untuknya. Namun kenyataan berkata lain, memberikan kejutan lain pula.Kenyataan bahwa perasaannya tidak terbalas begitu sulit Sean terima, rasanya begitu berat menjalani hari sisa patah hati. Sudah lima hari dia mematikan ponsel, tidak masuk kantor dengan alasan tidak sehat. Alhasil Mark yang mengambil alih pekerjaannya, sebenarnya Sean tidak enak hati tapi biarlah sekali-kali dia merasa kembali seperti anak remaja tujuh belas tahun. Lagi pula Mark tidak terlihat keberatan, malah laki-laki paruh baya itu menyuruh Sean un
Manhattan, USA. | 20.14 PM.Malam ini Liam datang ke tempatnya setelah Kate pulang dari tempat Paman Rodrigo. Karena sudah tiga hari dia mengabaikan pesan dan telepon Liam, setelah dia melihat secara langsung Liam merangkul seorang perempuan yang mengenakan masker. Kate tidak buta, dia dapat mengenali Liam meski dari radar yang jauh. Dia sudah mengenal Liam bertahun-tahun lamanya. Waktu itu Kate menelpon Liam, menanyakan keberadaannya. Dan laki-laki itu menjawab sedang meeting di kantor, hal itu membuat Kate marah karena merasa dibohongi. Pemikirannya langsung merambat ketika James yang memberi tahunya sempat melihat Liam dengan seorang perempuan. Dan sekarang Liam berada di hadapannya, duduk di sofa ruang tamunya.“Jadi apa yang membuatmu mengabaikanku selama tiga hari ini, Kate?” tanya Liam dengan sabar. Dia sudah kalang kabut untuk menghadapi sang kekasih jika sudah berubah seperti ini. Kate mendengkus, memutar bola matanya dengan malas kemudian menatap Liam datar. “Kau tahu aku
Manhattan Square, USA. | 16.41 PM.Pada sore hari parkiran Manhattan Square begitu ramai. Orang-orang yang mengendarai mobil mewah keluar masuk. Setelah kemacetan di jalan raya akibat jam pulang orang bekerja, kini Kate harus mengantri untuk sekedar memarkirkan mobilnya. Setelah lima belas menit berlalu, Kate sudah duduk cantik di sebuah restaurant Itali yang berada di lantai dasar Manhattan Square. Menunggu orang yang akan mengambil lukisan. Sudah satu minggu Liam berada di California, entah apa yang sedang dikerjakan laki-laki itu.Pertentangan yang terjadi malam itu masih terngiang-ngiang di benak Kate. Dia sudah merasa lelah dan tidak ingin terlalu memikirkan apa yang sudah terjadi. Cincin yang dikasih oleh Liam ketika hari jadi mereka, dia gabungkan dengan kalung pemberian Bryan. Dia ingin lupa sejenak, setidaknya sampai emosinya mereda. Sembari menunggu Kate memesan minuman dan makanan ringan. Sesaat Kate teringat dengan Sean, sudah begitu lama dia tidak mengetahui bagaimana k
Manhattan Square, USA. | 17.12 PM.Sean mengusap wajahnya dengan kesal. Menatap Zara yang justru tengah melemparkan senyuman jahilnya, turut menyadari ketika beberapa wartawan mulai menghampiri tempat mereka. Sean sudah menduga hal ini akan terjadi, Zara dan segala obsesinya kembali menjeratnya seperti ini.“Kenapa jadi ada wartawan begini?” tanya Kate bingung sendiri. Menatap satu persatu orang yang mulai berbondong-bondong menghampiri tempatnya.“Sudah cukup, Ra. Aku tidak mau lagi terjebak berita bodoh ini.” Sean memejamkan matanya sejenak. Mengabaikan orang-orang yang bertanya tentang kelangsungan hubungannya dengan Zara. Serta menanyakan siapa perempuan yang sedang bergabung dengan mereka. Sean tahu jika Kate mulai menunjukan ekspresi risih begitu ketara, desak-desakkan itu tidak berlangsung lama ketika para pengawalnya datang membelah kerumunan bersama Luke. Mengiring para wartawan itu untuk menjauh. “Mengapa Sean? Sampai kapan kau terus bersikap seperti sekarang ini?” tanya Za
Mansion Amberlane, Madrid, Spain. | 20.41 PM.Para pelayan berjalan hilir mudik keluar masuk membawa kebutuhan untuk malam pergantian tahun. Suasana kediaman Amberlane begitu ramai meski hanya ada satu keluarga, tapi ditambah dengan belasan pengawal dan pelayan.Bryan menjemputnya di Manhattan, laki-laki itu menepati janjinya. Menunda beberapa pekerjaannya di Kanada, demi keluarganya Bryan pasti akan mengusahakannya. Apa pun itu kesibukannya, dia akan selalu mengusahakannya. Hubungannya dengan Liam belum menemukan titik terang. Dia selalu menghindari laki-laki itu, baik lewat pesan atau pun panggilan. Lalu pertemuan terakhirnya dengan Sean tidak meninggalkan kesan yang buruk. Laki-laki itu sempat mengajaknya untuk merayakan pergantian tahun bersama keluarganya. Tentu saja dia menolak, karena sudah menjadi rutinitasnya setiap tahun merayakan bersama keluarga. Lagi pula Gustavo sudah memintanya untuk mengusahakan agar pulang, katanya ada yang harus dia bicarakan dengan Kate. “Kate, na